Anin berlari meninggalkan Axelle dia menyetop taksi di halte yang tidak jauh dari kampus.
"Ke jalan Mawar ya pak!" Ucap Anin pada sopir taksi saat ia sudah duduk di kursi penumpang.
"Baik mbak." jawab supir taksi tersebut.
Sepanjang perjalanan wajah Anin terlihat masih menampakan kekesalan, ia tak menyangka pemuda yang sudah ber setatus suaminya beberapa bulan ini ternyata masih memiliki pacar padahal mereka sudah menikah dan ia baru mengetahui itu sekarang lebih sakit lagi ia harus tau dari orang lain.
Ia mengusap sudut matanya yang mulai meneteskan cairan keristal bening. Rasa kecewa nya semakin menjadi saat ia tak melihat Axelle mengejarnya atau mungkin hanya sekedar menghubungi nya pun Axelle tidak ada.
Tanpa Anin sadari sebuah mobil BMW i8 warna hitam mengikuti taksi yang Anin tumpangi.
Taksi yang di tumpangi Anin berhenti di depan sebuah club malam. Anin turun tanpa menyadari ada yang mengikutinya sedari tadi. Tempat ini adalah tempat yang sama ketika dulu pertama kali dia bertemu dengan Axelle. Dengan wajah masih di tekuk dia duduk di depan bartender.
"Hai Nin! lama gak kesini?" sapa bartender tersebut yang memang mengenal Anin karena gadis itu sudah menjadi langganan tetap di tempat itu.
"Sibuk gue, " Anin mengedarkan pandangannya "Yang lain masih suka pada kesini gak?"
"Masih lah, cuma lo doang yang gak ada, " Pemuda yang bekerja sebagai bartender itu menatap Anin dengan bibir tersenyum "Kirain gue udah tobat lo. " ia menggeleng pelan.
"Tobat gue. Tobat sambel haha.. " Seketika tawa Anin dan pemuda tersebut pecah.
"Minum apa nih? " tanya pemuda itu setelah berhenti tertawa.
"Wine donk! Masih tetep gak beubah. " jawab Anin dengan mata masih melihat ke sana ke sini.
"Kirain udah berubah."
"Yeee kagak lah.. "
"Oke siap. "
Anin minum banyak malam itu walaupun dia sudah mabuk tapi tidak mau berhenti minum. Ia tidak menyadari bahwa ada seorang pemuda duduk di samping Anin sedari tadi yang hanya diam menatapnya.
"Ngapain kamu di sini? " tanya pemuda tersebut
Anin mengangkat wajahnya menatap orang tersebut dengan sedikit kesadaran dia mengenali pemuda di sampingnya tersebut.
"Eh bang Ay."
"Cukup Nin kamu terlalu banyak minum," Aydin menghentikan tangan Anin yang hendak meraih gelas di depannya "Axelle kemana?"
"Udah lah bang gak usah nanyain dia, " Anin kembali meletakan gelas dan tidak jadi meminumnya "Aku lagi gak mood buat ngomongin dia."
"Kalian berantem?"
"Sejak awal kita menikah itu hanya sebuah kesalahan! " Anin menelungkupkan wajahnya pada meja di hadapannya.
"Maksud kamu Nin?"
"Karena tidak pernah ada cinta diantara kita bahkan aku sama sekali gak kenal dia. Dia egois suka marah marah. Main ngatur ngatur sesuka hatinya. Hidup aku berantakan sejak nikah sama dia dan kamu tahu bang ternyata dia punya pacar di belakang aku? Sampai sekarang? Sementara aku berteman dengan siapa aja di awasi di batasin, jangan kan sama cowok sama cewek aja di batasin terus. Pake baju aja di atur. Pokoknya segalanya harus ikut aturan dia. Aku benci sama dia benciiiiii.." Anin terisak air matanya luluh deras setelah dia mengeluarkan semua unek-uneknya yang selama ini dia pendam.
Aydin diam mendengarkan semua isi hati Anin seakan dia ikut merasakan kesedihan yang Anin alami. Aydin tidak menyangka ternyata rumah tangga Anin dan Axelle yang terlihat baik baik saja di luar tapi ternyata Anin menyimpan luka yang sangat dalam di hatinya.
Aydin sedikit memahami apa yang Anin rasakan, ia tau Anin sangat tertekan dengan pernikahan muda ini. Di mana remaja seusia nya masih asik bermain bebas bergaul dengan siapa saja bebas melakukan hal yang ia sukai tanpa harus di batasi. Tapi berbeda dengan Anin ia terpaksa menjadi seorang istri di usianya yang bahkan belum genap delapan belas tahun.
"Nin, kalo boleh tahu gimana ceritanya kamu bisa nikah sama Axelle? " tanya Aydin dengan hati hati takut Anin tersinggung "kalo emang sejak awal kalian gak saling kenal? Bagaimana kalian bisa menikah?"
"Semua berawal dari sini, " Anin melihat sekeliling "Malam itu aku mabuk sampai salah masuk apartemen dan pagi nya saat aku bangun ternyata itu bukan kamar aku tapi kamar Axelle."
"Aku ngerti sekarang, " Aydin mengusap punggung Anin "Kamu yang sabar ya Nin. biar nanti aku coba ngomong sama Axelle agar dia lebih mengerti posisi kamu. Seharusnya ia faham karena posisi kalian sama."
Anin tersenyum tipis kesadaran nya perlahan mulai memudar.
Aydin membiarkan Anin menumpahkan kesedihan nya malam itu, karena mungkin dengan cara itu bisa mengurangi kesedihannya. Ia sendiri pun tak tau harus berbicara atau menasehati seperti apa karena memang ia sendiri belum paham mengenai permasalahan dalam rumah tangga.
Dua jam sudah berlalu Aydin berusaha membujuk Anin untuk pulang, dengan susah payah ia memapah Anin. Meski Anin menolak tapi Aydin tidak tega membiarkan Anin dalam pulang sendiri keadaan mabuk seperti itu.
****
Aydin menggendong Anin ala bridle style masuk ke dalam apartemen tempat Anin dan Axelle tinggal. Aydin yakin bahwa saat ini Axelle sedang kelimpungan mencari Anin, karena pasti sedari tadi Anin tidak memberi kabar pada suaminya itu.
Sampai di depan apartemen Axelle. Aydin beberapa kali menekan bell tapi tidak ada yang membuka pintu, Aydin sudah gelisah menunggu Axelle keluar dia juga kasihan pada Anin yang saat ini tengah tidur di dalam gendongannya. Ia ingin menghubungi Axelle tapi kesusahan mengambil ponsel didalam saku celana nya karena kedua tangannya di pakai mengendong Anin.
"Bang Ay.." Suara orang yang tengah di tunggu Aydin terdengar dari belakangnya.
"Ax.. Cepat buka pintu! kasihan Anin! " Perintah Aydin cepat.
"Anin. Ya ampun bang kenapa bisa kayak gini? " Axelle menghampiri Aydin dia hendak mengambil Anin dari tangan Aydin.
"Biar gue aja. Lo mending buka pintu, supaya Anin bisa istirahat dengan nyaman." Aydin mencegah Axelle ia masih kekeh mempertahankan Anin dalam gendongannya.
Axelle mengalah ia memilih menuruti Aydin karena dia tidak tega melihat Anin meski sebenarnya ada rasa tidak rela di hatinya melihat Anin tidur dalam pelukan sepupunya.
Aydin melangkah masuk mengikuti Axelle menuju kamar Anin. Ia merebahkan Anin di tempat tidurnya dengan hati hati, setelah menyelimuti Anin dia beranjak keluar di ikuti Axelle dengan wajah cemas melihat Anin.
Aydin menepuk pundak sepupunya dan mengajaknya keluar agar Anin bisa istirahat dengan tenang. Ia paham saat ini Axelle tengah khawatir pada istrinya itu namun ia juga ingin membicarakan masalah serius dengan pemuda itu makanya ia mengajak nya keluar agar tak mengganggu Anin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kenapa kalo strees milih club tempat menenang kan diri,yg ada bikin nambah masalah,Kan bisa pergi ke pantai atau tempat lain,gak harus pergi ke club juga..🤦🤦
2024-01-03
0
V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷
Lanjutkan Thor
2020-12-18
2
Juju Gleadis Delta
Lanjut
2020-09-27
2