“Pintu ini gimana?” Daniel ingin berusaha menolong Joana, tapi dia tidak punya kemampuan di bidang pertukangan.
“Udah nggak apa-apa, nanti aku panggil orang yang biasa nenek panggil kalau ada apa-apa di rumah ini,” jawab Joana yakin. Ya, dia sangat takin saat itu.
Daniel mengangguk. “Aku pergi, hubungi aku ya kalau ada apa-apa.”
Ya…
Dalam hati Joana mengeluh panjang. Tidak bisakah lelaki itu bertahan lebih lama lagi di sini?
Karena pintu rumah yang rusak ulah cucu pemilik rumah, Joana tidak bisa pergi kemanapun hari itu. Dia bingung harus melakukan apa. Memperbaiki pintu? tentu tidak mungkin. Menghubungi seseorang yang biasa dihubungi nenek? sayang sekali, Joana tidak memiliki nomornya.
Pada akhirnya dia duduk di sofa ruang tamu, sembari memandang kekacauan yang sudah diciptakan Alva. Tidak tahu harus berbuat apa, Joana mencoba menghubungi Nek Merry lagi. Berulang kali, sambil terus berdo’a. Apa Joana punya salah, hingga Nek Merry menghindarinya. Di mana kesalahannya? sementara dia selalu saja menuruti apa yang dipinta nenek, layaknya nenek kandung Joana.
Tapi Joana ingat, beberapa hari lalu mereka sempat berdebat hebat perihal Joana yang tidak mau dikenalkan dengan seseorang. Nek Merry sudah memperispakan seorang lelaki untuknya. Tapi Joana menolak mentah-mentah tanpa alasan, padahal jelas-jelas dia jomlo.
“Nek, jangan samakan jaman sekarang dengan jaman nenek dulu. Aku nggak mau dijodohkan.”
“Tapi, ini semua demi kebaikan kamu. Beruntung kamu ketemu sama nenek yang udah anggap kamu seperti cucu sendiri. Nenek nggak selamanya hidup di dunia ini, kamu tau itu?! Siapa nanti yang mau jagain kamu? Daniel? berharap apa kamu dari dia, dia juga bakalan punya kehidupan sendiri dan kamu nggak akan dipedulikan lagi!” omelan panjang lebar Nek Merry kala itu berhasil membuat telinga Joana raanya panas. Tak hanya telinganya tapi juga hatinya.
“Aku nggak mau, Nek. Jangan berbuat sesuka hati terhadapku.” tegas Joana.
Dan detik itu, ya… Nek Merry mendiamkannya, mereka tak saling bicara sampai akhirnya Nek Merry menghilang tanpa kabar.
Nek, maafkan atas kata-kataku waktu itu ya. Tolong beri aku kabar, nenek di mana? apa nenek baik-baik aja. Hancur hidupku tanpa nenek.
Joana mengirimkan pesan, meski dia tahu Nek Merry takkan bisa membacanya.
“Permisi… selamat siang.”
Joana menoleh saat kedatangan dua orang lelaki berpakaian safari, ke rumah itu.
“Ya, siang. Eh Mas?” Joana merasa tak asing dengan dua orang itu, seperti sering melihat tapi di mana?
“Mbak resepsionis?” ucap salah satu dari mereka yang tentu juga tidak asing dengan wajah Joana meski tidak sedang dipoles make up.
“Ya benar,” sahut Joana. “Ada apa ya Mas?”
“Kami diperintahkan bos besar untuk ke rumah ini, katanya ada pintu yang rusak?” mereka adalah dua orang tehnisi serba bisa yang dipekerjakan di perusaahaan Alva.
“Oh…” Joana kebinguang, tapi pikirannya langsung mengarah pada lelaki yang telah merusak pintu ini.
ternyata dia punya pikiran juga. Sudah merusak, harus bertanggung jawab ya meski ini mungkin rumah neneknya.
“Ya Mas, pintu ini, rusak,” ucap Joana menunjuk daun pintu yang bersandar di dinding.
“Kok bisa sampai rusak begini, Mbak? padahal ini kuat sekali.”
“Iya Mas, tadi ada kuda ngamuk, nyeruduk pintu,” jawabnya asal bercampur kesal.
Dua orang itu tertawa. “Bisa aja Mbaknya. Mbak tinggal di sini?”
“Ya, saya tinggal di sini,” sahut Joana seadanya. “Oh ya, saya tinggal ke dapur dulu ya Mas.” Joana menuju dapur untuk membuatkan minuman.
🍑
Alva tiba di ruangannya dengan wajah masam. Ya, wajahnya memang selalu masam meski tampan, karena dia jarang sekali senyum. Lelaki itu membuka jas, melonggarkan ikatan dasinya, terlihat kesusahan, semua akan sulit dilakukan jika dalam keadaan emosi. “Ada apa dengan dasi ini?” dia menggerutu.
Zea yang sedang duduk di kursi kerjanya pun langsung menoleh, berdiri berjalan ke arah bosnya. “Mau saya bantu, Pak?” tanpa sungkan, Zea meletakkan kedua tangannya di pundak Alva, mengusapnya pelan, lalu membantu lelaki itu membuka dasinya.
“Zea…” lirih Alva, merasa tak nyaman berada sedekat ini dengan sekretarisnya itu.
“Iya Pak, jangan sungkan-sungkan minta tolong ke saya, saya siap membantu apapun itu.” Zea tersenyum manis.
Bagi Alva, sudah biasa baginya banyak wanita yang ingin menempel padanya dan Alva tidak terlalu menanggapi. Karena menurutnya wanita-wanita seperti itu, hanya ingin kesenangan sesaat saja. Termasuk Zea. Sekretarisnya itu jelas sekali, terang-terangan sengaja menggodanya, apalagi menampakkan belahan dada dan mengenakan rok yang belahan belakangnya cukup tinggi.
“Thanks,” ucap Alva singkat. “Pekerjaan apa yang mendesak saat ini?” tanya lelaki itu pada Zea.
Zea sigap membawa beberapa map yang berisi berkas-berkas yang butuh persetujuan Alva.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sri Astuti
klo tahu Alva serumah sm Joan, pasti Zea bkl ngomel
2024-05-29
0
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
ini si zea kan shbt Joana trs nnti Jo pcrn sama Alva nikah lah... gmn nnti sikap si zea yg trang2an buka aurat menggoda apa GK bkl malu gth ktmu si Alva LG ktmu Joana misal ending nya Jo jadi SM Alva ,, heran bnr knp zea terlihat mura-han
2022-04-16
0
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
yg ngamookkk kuda liar ya jo
2022-04-06
2