Tubuh besar Alva masih menimpa Joana. Bukannya langsung berpindah, tapi dia sibuk menikmati apa yang ada di pandangannya saat ini. Wajah Joana yang dilihat dari jarak beberapa sentimeter saja, terlihat sangat berbeda, manis. Bukan hanya itu, tapi dada Alva menyatu dengan dua bukit kenyal milik Joana. Terasa sangat jelas sebab wanita itu tidak memakai bra anti cup. Hanya sport braa biasa.
“Hmmhmmm… Pak berat.” keluh wanita itu, sambil menepuk-nepuk pundak Alva.
Merasa diusir, Alva langsung beringsut bangun. Otaknya pasti mulai tak waras karena betah menindih tubuh itu.
Gila ini gila. Batinnya.
“Salah kamu, kenapa narik-narik saya.” Alva membersihkan jasnya seakan tak sudi sudah tersentuh oleh Joana.
“Saya cuma mau bantu,” jawab Joana apa adanya.
“Joanaaaa!!” samar terdengar suara seseorang di luar rumah. Suara seorang lelaki, lebih tepatnya.
Ting tong
Ting tong
disertai suara bell yang berbunyi terus menerus.
Ah, itu pasti Kak Daniel.
Gumam Joana dalam hati lalu dia melangkah cepat menuju pintu.
“Ada tamu? siapa?” gumam Alva tak suka.
Dia merogoh sakunya mengambil remot mobilnya, bersiap untuk pergi. Merasa Joana pasti tak lagi butuh bantuannya. Dan anggap saja dia sudah melakukan apa yang diminta nenek.
“Hai Kak!” sapa Joana pda seorang lelaki tampan bertubuh tinggi. Lelaki itu memakai jaket kulit, outfit khas anak motor.
“Kamu kenapa nggak ngabarin aku dari semalam kalau kamu sakit?” tak segan-segan lelaki bernama Daniel itu meraba pipi, kening dan leher Joana. Tampak sangat khawatir.
“Ah iya semalam aku beneran nggak berdaya. Kakak bawa apa? ayo masuk!” titah Joana membuka pintu rumah selebar mungkin. Dan interaksi mereka berdua diperhatikan oleh seseorang di dalam sana.
“Makanan dan minuman kesukaan kamu,” jawab lelaki itu seraya melangkah masuk ke dalam. Langkahnya terhenti saat melihat sosok lelaki di dalamnya.
“Oh iya, kamu nggak sendirian?” tanya Daniel pada Joana, saat tatapannya bertemu dengan Alva.
“Oh kebetulan, ini Pak Alva, cucu Nek Merry pemilik rumah.” Joana hanya menerka saja, meski tak tahu pasti tapi sebenarnya dia curiga ada hubungan khusus dan sangat akrab antara Alva dan Nek Nerry.
“Oh ya, saya Daniel, Kakak angkatnya Joana. Jangan khawatir, saya udah sering ke sini dan Nek Merry juga udah kenal saya.” Daniel menyodorkan tangganya pada Alva hendak berkenalan.
“Oh begitu. Tolong ya kalian berdua, jaga etika di rumah orang. Jangan melakukan hal-hal mesum di sini atau saya laporkan ke ketua RT.” Ancam Alva, melirik tajam pada keduanya. Dan tentu saja dia tidak menyambut uluran tangan Daniel hingga lelaki itu menarik kembali tangannya.
Mata Joana mendelik ke arah Alva karena dengan ringannya lelaki itu berucap seolah menuduh mereka berdua akan berbuat macam-macam.
“Tenang aja, saya tau batasan. Lagian Joana ini adik saya, mana mungkin saya macam-macam ke dia.” untuk memperjelas, Daniel sengaja merangkul pundak Joana, mengusap kepala Joana ingin menunjukkan pada Alva bahwa mereka sangatlah akrab.
“Terserah kalian.” setelah mengucapkan dua kata itu, Alva berlalu begitu saja.
Di dalam mobilnya, dia belum berniat melajukan mobil sama sekali. Matanya masih mengarah pada pintu utama rumah, seakan sedang mengawasi dua orang di dalam sana.
“What?!” Alva memekik heran saat pintu ditutup oleh lelaki bernama Daniel itu. “Udah kuduga, mereka pasti mau mesum di dalam.”
Alva mengambil ponselnya.
“Nek!” bukan video call, tapi panggilan telepon agar cepat tersambung.
“Ada apa lagi? udah kamu lakukan apa yang nenek katakan? gimana keadaan Joana apa dia udah sembuh?”
“Dia sehat dan sangat sehat Nek. Apa selama ini nenek membiarkan cowok bernama Daniel masuk sembarangan ke dalam rumah? sekarang mereka lagi berduaan di sana, apa nenek nggak khawatir mereka bakalan mengotori rumah nenek dengan perbuatan mesum mereka?” ucap Alva panjang lebar, Matanya masih mengarah ke pintu.
Tak tahan lagi, dia turun dari mobil. Ingin kembali masuk ke dalam sana.
“Kamu nggak perlu khawatir. Itu memang kakak angkatnya Joana,” jelas nenek. “Mereka nggak akan berbuat seperti yang kamu pikirkan. Otakmu aja yang mesum!” Nenek menyangkal dan jelas sekali tampak membela Joana.
“Nenek bela mereka? lantas untuk apa nenek menyuruhku menjaga rumah?!”
“Terserah kamu mau mikir apa. Kamu cemburu pada Joana?” terdengar tawa nenek di seberang sana.
“Nek, aku nggak peduli terserah mereka mau apa. Tapi itu rumah nenek, jangan biarkan dikotori oleh perbuatan hina mereka.” Alva masih bersikeras menuduh yang tidak-tidak pada dua insan yang ada di dalam sana.
“Otakmu aja yang kotor perlu dicuci. Atau jangan-jangan selama dua malam kamu tinggal bareng Joana, kamu yang punya niat lain padanya? hah?”
Alva terdiam. Dia memilih mengakhiri panggilan. Sejak Joana hadir di antara mereka, wanita itu menjadi penyebab seringnya dia dan nenek berdebat.
🍑
“Jadi kamu nggak kerja hari ini? udah izin?” tanya Daniel pada wanita di hadapannya. Mereka duduk saling berhadapan di meja makan.
Joana menggeleng. “Iya Kak udah izin sehari. Kupikir semalam aku nggak hidup lagi, Kak. Lemas.” ucapnya jujur. “Sekarang udah baikan, tadi pagi aku dibawa ke IGD sama-“
“Bos kamu itu?” potong Daniel cepat.
“Iya Kak. Tapi kamu tau aku nggak betah lama-lama di rumah sakit, membuatku ingat lagi pada kejadian belasan tahun silam,” curhat Joana. “Aku kabur, dan dia kembali membawaku pulang,” jelas Joana apa adanya.
“Dibawa pulang sama Bos kamu yang songong itu?!” sentak Daniel lagi.
Brruuaakk.
Alva mendobrak pintu karena tak tahan lagi, mencurigai mereka. “Siapa yang kamu bilang songong?!” Alva mendelikkan mata tajamnya pada Daniel, seakan ingin menerkam lelaki itu sekarang juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sri Astuti
jd ketawa deh
2024-05-29
0
Clearesta Santoso
ngaca dulu pak bos. situ yg songong di omongin nggak mau
2022-04-06
1
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
cieeee cemburu bilang bos😂😂😂
2022-04-06
2