Alva terlambat satu jam dari waktu yang telah mereka tentukan, untung saja pesona Zea mampu menyihir dua orang tamu mereka, agar tidak marah dan tetap sabar menanti kedatangan bosnya itu. “Maaf semuanya, ada sedikit kendala tadi,” ucap lelaki itu, lalu menyalami kedua tamunya.
“Kata Bu Zea, Pak Alva sedang di klinik tadi, apa terjadi sesuatu, Pak?” tanya salah satu dari tamunya.
“Oh ya, ada seseorang yang harus saya bawa ke IGD, membutuhkan perawatan, ya… walaupun dia pembantu saya, tapi saya harus bersikap baik, bukan?” Alva menjawab asal. Apa saja yang penting jawabannya masuk akal dan terkesan bahwa dia adalah pria yang murah hati.
“Jadi, sekarang, semuanya udah aman, kan Pak?” tanya Zea.
“Iya aman. Baik, bisa kita mulai sekarang? sekali lagi saya minta maaf atas keterlambatan dan ketidaknyamannya,” ucap lelaki itu lagi.
“Bukan masalah, Pak. Mari kita mulai.”
Semuanya gara-gara Joana.
Batin Alva. Dia pasti sudah di cap sebagai pimpinan yang tidak disimplin dan tidak on time.
“Pak, Bapak mau ke mana?” tanya Zea, meeting pagi itu sudah selesai, dan berjalan dengan lancar. Karena meeting mereka sepakati di sebuah coffee shop, maka saat ini mereka harus kembali ke kantor. Namun, Zea melihat atasannya itu tergesa-gesa.
“Saya mau…”
“Pak, saya tadi naik taksi dari rumah langsung ke coffee shop, saya nggak bawa kendaraan. Saya numpang sama Bapak ya?” pinta Zea dengan wajah memelas, dan nada manja.
“Kamu naik taksi aja, Zea. Saya mau ke klinik lagi,” jelas lelaki itu dengan tampang khawatir.
“Pak, saya belum makan dari pagi. Saya buru-buru demi bisa on time ketemu mereka, mana bapak telat lagi, untung saya bisa on time.” rengek Zea. usaha tetap maksimal untuk meluluhkan hati lelaki tampan ini.
Ya, sebenarnya Alva juga lapar saat ini. “Jadi kamu mau ajak saya sarapan bersama?” tanya Alva sambil menaikkan satu alisnya. Zea memang cantik, wajahnya teduh dan asyik untuk dipandang, membuat lelaki manapun sulit mengalihkan pandangan darinya. Tapi hal itu tidak atau belum berlaku untuk Alva.
“Boleh kalau Bapak mau,” jawab Zea girang.
sedikit lagii… bos. Lo bakal masuk ke perangkap gue.
siapa sih yang mampu menolak pesona seorang Zearra.
Batin Zea kegirangan.
“Oke ayo kita makan dulu, setelah itu saya antar kamu ke kantor, saya masih ada urusan di luar.”
“Iya Pak, siap.”
Mereka makan di tempat pilihan Zea, sebuah restoran yang khusus menyediakan menu sarapan. Alva tidak memesan makanan yang terlalu berat, begitu juga dengan Zea yang selalu menjaga bentu tubuhnya.
gimana keadaannya ya? semoga dia masih hidup.
Pikiran Alva terbagi, antara pekerjaan dan seseorang yang sedang terkapar dan dia tinggalkan di IGD tadi.
Aku khawatir? oh ya tentu saja, kalau sampai ada apa-apa sama dia, nenek pasti marah dan satu lagi… rumah nenek benar-benar akan berhantu andai Joana meninggal. Ah…
“Ayo cepat Zea, saya buru-buru.” Alva seolah tak sabar, ingin melihat kondisi Joana. Gawat jika wanita itu benar-benar mati, pikirnya.
“Pak, sebentar…” Zea menahan tangan Alva yang hendak berdiri. Zea mengambil selembar tisu, mengusap bibir Alva. “Ada saus Pak.” Zea tersenyum setelahnya.
“Oh ya, makasih.” Jawab Alva singkat, lalu meraih tisu lagi untuk menyeka bibirnya. “Ayo Zea.”
Mungkin jika lelaki lain yang diberi perhatian oelh gadis secantik Zearra, pasti sudah berdebar-debar. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Alva si lelaki berhati batu.
🍑
Joana membuka matanya. Melihat tempatnya saat ini begitu asing, dia panik. Kiri kanannya ada tira-tirai pembatas yang menggantung. Suasana sedikit riuh oleh suara obrolan orang-orang dan suara langkah kaki.
Di mana ini?
Gumam wanita itu di dalam hati. Tubuhnya berkeringat sampai bajunya basah. Dokter telah memberikan obat penurun panas padanya melalui jarum infus.
Joana menarik tangannya, ternyata tertahan oleh jarum infus. “Siapa yang bawa gue ke sini ya? nggak mungkin manusia kejam itu, kan?” dengan segala kekuatannya, Joana berhasil duduk. Dia ingin pulang setelah menyadari di mana dia berada. Rumah sakit. Salah satu tempat yang sangat dia benci, mengingat ayah dan ibunya meninggal secara bersamaan di rumah sakit karena kecelakaan.
“Suster!!” teriak Joana, dia masih duduk di tepi ranjang pasien.
“Ya? ada yang bisa dibantu?” seorang perawat perempuan menghampirinya.
“Tolong lepaskan infus, saya mau pulang…” lirih Joana.
“Tapi kondisi Anda-“
“Tolong Suster, ada banyak hal yang harus saya kerjakan. Dan saya udah merasa lebih sehat.” tegasnya.
“Baik, jika itu keinginan Anda.” Susterpun melakukan apa yang dipinta Joana.
“Terima kasih,” ucapnya setelah dia terbebas dari jarum infus dan tangannya sedikit perih.
Joana melihat ke lantai, tak ada sendal, tak ada apapun pada dirinya kecuali pakaian yang melekat. “Mirip gelandangan gue jadinya.” apalagi dengan baju tidur itu.
Tidak peduli, meski langkahnya masih terasa melayang-layang, Joana tetap berjalan sampai ke halaman rumah sakit. Dia berdiri di pinggir jalan, berulang kali memberhentikan taksi, tapi tak ada satupun yang mau berhenti. Mungkin karena penampilannya yang tidak meyakinkan, ditambah lagi dia tidak memakai alas kaki.
“Duh sial.” Joana kesal, mengentakkan satu kakinya di atas aspal tempat dia berpijak.
Wanita itu masih berdiri di sana, tak peduli banyak pasang mata yang melihatnya. Ya, mungkin Joana terlihat seperti orang gila saat ini, wajah pucat, rambut acak-acakan, berdaster dan tanpa alas kaki.
hampir setengah jam menanti tanpa hasil, ada sebuah mobil yang cukup dikenalinya dan berhenti tepat di hadapannya. Tapi Joana justru memilih mundur dan menghindar.
🍑
Bantu like dan koment ya. Pingin deh cerita ini naik kayak cerita2 author pemes yang lain. Hiks
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sri Astuti
semudah itu orang keluar dr klinik.. minta pulang lsg oke.. pasien pulang kan ada prosedur ya
2024-05-29
0
Yupie Abizard
suka bgt sm ceritanya smp di part ini kak
2022-06-29
0
Bila D
jangan jorok ya Jo, malu dong sama cowok, nggak baik buat anak gadis, cuek boleh tp jgn jorok
2022-04-18
0