Di sinilah Joana sekarang, di dapur, berhadapan dengan sebuah kompor yang sedang menyala. Tidak dia sangka permintaan lelaki itu adalah seporsi masakan yang bisa disantap. Masih terngiang di pikiran Joana, bagaimana lembutnya kalimat dan cara bicara lelaki itu kala meminta tolong padanya.
“Joana, saya lapar. Bisakah kamu memasakkan sesuatu untuk saya? anggap aja, kamu mengganti biaya pintu mobil saya yang tergores itu, dengan sepiring makanan.”
begitulah kalimat Alva tadi, dengan wajah memelas. Ya… Joana bisa apa. Dia mengerahkan kemampuan memasaknya malam ini, untuk si orang asing. Oh tidak, untuk bos besar yang tinggal seatap dengannya.Terpaksa gadis itu merajang bawang merah, bawang putih serta cabai dan lain-lain untuk menyiapkan sepiring mi goreng tumis yang sering dimasaknya jika sedang enggan memakan nasi.
“Hatchim.” Jona bersin, ini sudah yang ke sekian kalinya. Hidungnya terasa panas dan gatal, pertanda sepertinya flu akan melandanya.
Sementara Joana memasak, ada yang tengah memperhatikan dirinya dengan saksama. Daster motif doraemon itu benar-benar membuat Alva geli.
Memangnya dia anak sd? masih suka pakai yang begituan.
“Are you okay?” tanya Alva pada wanita itu saat mendengar Joana bersin-bersin ke sekian kali. Bukan, ini bukan bentuk perhatian, Alva meyakinkan dirinya.
“Makanan saya, jangan sampai terkena virus.” tegas lelaki itu. Katakanlah dia memang tidak tahu diri, sudah meminta dimasakkan malam-malam begini, tapi malah banyak protes.
“Maaf Pak, saya jamin makanannya aman,” jawab Joana seadanya. Kepalanya mulai pusing dan berdenyut, tak ada tenaga dan kekuatan lagi jika lelaki di belakangnya ini mengajaknya berdebat.
Beberapa menit setelahnya, sepiring mi goreng sudah tersaji. Joana menyajikannya sangat rapi lengkap dengan timun dan krupuk, seperti makanan yang dihidang di kafe.
“Ini Pak,” ucap Joana.
“Cuma satu, kamu enggak?”
Joana menggeleng. “Saya udah makan tadi.”
Merasa tugasnya sudah selesai, Joanapun melangkah meninggalkan Alva.
“Kamu mau tidur?” tanya lelaki itu lagi.
Joana mendesah kesal, mengapa tidak selesai-selesai urusannya dengan lelaki ini?
“Iya Pak, kepala saya pusing,” keluhnya.
“Oke silakan istirahat.”
Tadinya, Alva ingin menikmati makanannya di ruang makan. Namun, dia mengurungkan niatnya mengingat malam semakin larut dan suasana semakin hening. Dia memilih makan di dalam kamar, tak lupa membawa gelas.
Joana sudah masuk ke dalam kamar, disertai suara pintu kamar yang setengah dibanting.
“Oh jadi, dia nggak ikhlas masakin aku?” gerutu Alva.
Di dalam kamar, Alva menyalakan televisi, dengan volume yang hampir maksimal. Dia tidak suka suasana yang terlalu sepi. Kembali ke Indonesia, suasananya sangat berbeda. Saat masih di negeri Paman Sam, dia tak pernah kesepian karena selalu saja ada teman yang main ke apartemennya, entah itu teman cowok atau teman cewek. Alva tidak pernah merasa kesepian.
“Benar kata nenek.” gumam lelaki itu, setelah mencicipi satu suapan mi goreng buatan Joana. “Dia pintar masak.” Alva tersenyum tipis, menikmati makanannya.
ternyata dia berguna juga.
🍑
Alva terbangun karena suara alarm yang selalu di aturnya setiap pagi. Lelaki itu langsung membuka matanya, mencari remot AC untuk mematikannya. Dia memakai sandalnya dan berjalan menuju jendela, membuka jendela kamarnya selebar mungkin untuk menghirup udara pagi nan sejuk, apalagi sehabis hujan.
Lelaki itu berharap, setelah dia keluar kamar dan bersiap dengan pakaian kerjanya, ada sarapan dan segelas kopi yang terhidang di meja makan. Alva menepuk keningnya sejenak, untuk menyadarkan pikirannya.
Berharap apa sama dia? memangnya dia sudi berbuat sebaik itu?
Usai mandi dan berpakaian, Alva memakai dasinya dengan lihai. Dia sudah mahir melakukan itu sendiri.
Ting!
Ponselnya berbunyi ada notifikai pesan singkat dari sebuah nomor yang tidak disimpannya.
[Pak, janga sampai telat ya. Kita ada coffee morning bareng investor 😉]
“Oh, dia.” gumam Alva. Meski belum menyimpan nomor, tapi Alva sudah bisa mengetahui itu siapa. Dilihat dari foto profilnya itu adalah Zea, sekretarisnya.
[ya]
Alva hanya membalas singkat dengan satu kata dan dua huruf.
Lelaki itu keluar kamar dengan bersemangat, tapi apa yang didapatkannya adalah suasana yang sepi tak ada siapapun di luar. Matanya langsung mengarah ke dapur, tak ada siapapun. Alva berjalan menuju meja makan, kosong. Bahkan sisa-sisa Joana memasak malam tadi masih berserakan di sana.
“Ke mana dia? benar-benar perempuan jorok,” gerutu Alva melihat dapur yang masih berserakan. Ada kulit bawang, bungkusan mi, dan kulit telur.
“Mau jadi apa rumah ini kalau dihuni sama perempuan sejenis dia? ckckck.” Alva geleng-geleng kepala, meninggalkan dapur, karena tak sanggup melihatnya.
Bbbrruuuaakk
“Apa lagi itu?!” gerutu Alva, ketika dia melajukan mobilnya mundur untuk keluar dari garasi. Karena sudah terburu-buru, dia tak lagi melihat keadaan sekitar.
Lelaki itu turun dari mobilnya lagi, dan lihatlah… sebuah motor matic berwarna hitam sudah tergeletak tepat di belakang mobilnya, dengan kap bagian kanannya retak dan patah.
“JOANAAAA!!” teriak Alva.
Dasar si pembuat masalah. Sehari aja nggak berurusan sama dia, bisa nggak sih?
Lelaki itu menggerutu seraya melangkah kembali menuju kamar Joana.
🍑
Kapan mereka akurnya🙈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sri Astuti
lagian.. ga lihat" dulu bro..
2024-05-29
0
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
barang langka ni cewek jorok bnrrr
2022-04-16
0
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
jgn galak² mas ntar gikiran bucin ajh gak mau jauh²🥺
2022-04-06
1