Alva mengurungkan niatnya membuat roti. Rasanya malam ini juga dia ingin menghubungi sang nenek, agar bisa undur diri dari rumah ini. Tapi neneknya pasti sudah tidur, karena malam sudah semakin larut. Hujan reda, hening di dapur dan ruang makan yang menyatu itu. Hanya suara detik jarum jam yang terdengar, sesekali juga terdengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi.
Entah apa yang membuat Alva enggan meninggalkan dapur itu. Mungkinkah akalnya mulai tidak sehat karena menunggu Joana keluar dari kamar mandi?
“Ehm.” Joana berdehem gugup karena begitu dia membuka pintu kamar mandi, sosok Alva masih duduk di sana, sedang menatap ke arahnya.
ini kesempatan. Batin Joana.
Dia ingin menanyakan dan memastikan keadaan Nek Merry, dia takkan bisa tenang jika belum mengetahui itu.
“Pak, bisakah kita bicara sebentar? saya ingin menanyakan-“
“Pakai dulu pakaianmu!” titah Alva ketus. Dia masih tak habis pikir, ada wanita senekat Joana. Bisa-bisanya dia sesantai itu, berhadapan dengan lelaki normal sepertinya.
Apa dia salah satu wanita murahan yang senang menggoda? jika itu memang permainannya, aku akan mengikutinya.
Batin Alva meronta-ronta.
*Oh tidak. Dia bukan tipeku sama sekali. Dia terlalu sederhana, dan benar-benar di bawah standartku.* Aku nggak boleh terkecoh. Dia tau aku adalah CEO di tempatnya bekerja, pasti dia berniat menggodaku. Cih sungguh murahan.
Alva menyukai tipe wanita seksi dengan tubuh proporsional, tinggi bagai model. Apalagi dengan wajah blasteran indo, itu adalah tipe wanita yang dia inginkan. Sungguh berbanding terbalik dengan Joana yang benar-benar wanita lokal, wajahnya khas wanita Indonesia.
“Iya Pak. Maaf.” Joana berlarian menuju kamarnya. Sudah biasa berlalu lalang di rumah ini hanya dengan selembar handuk, hanya dengan tanktop dan hotpants, membuat Joana sulit menghilangkan kebiasaan itu. Lupa ada mahluk lawan jenis yang sepertinya juga akan menjadi penghuni di sini.
Joana sama sekali tidak berniat menggoda lelaki itu. Hanya saja dia adalah wanita yang sedikit ceroboh, dan sulit menghilangkan kebiasaannya.
Selama sepuluh menit, Alva menunggu. Wanita itu keluar dengan memakai gaun tidur selutut, berbahan katun lembut, ada motif doraemon kecil-kecil.
Bagaimana penampilan Joana saat ini, sungguh membuat Alva menganga. Bukan karena terpesona, tapi apa yang Joana kenakan benar-benar membutnya geli.
seleranya kampungan sekali.
Entah sudah berapa kali Alva mengumpati Joana, di dalam hati.
“Maaf kalau menunggu lama Pak. Saya… mau menanyakan di mana keberadaan Nek Merry? apa bapak tau?” Tanya Joana to the point, dia melangkah lebih maju mendekati lawan bicaranya.
“Rahasia,” sahutnya. Ya benar, Nek Merry ingin keberadaannya di rahasiakan dari siapapun termasuk Joana.
“Pak, apa nenek baik-baik aja? saya khawatir kalau nenek sakit atau-“
“Beliau baik-baik aja.” tegas Alva dengan nada dingin.
“Syukurlah.” gumam Joana. “Saya bisa sedikit tenang, dan… satu lagi. Kenapa Bapak bisa tinggal di sini?” tanya Joana hati-hati.
“Memangnya kenapa? saya diminta Nek Merry untuk menjaga rumah ini dan seisinya. Tapi kayaknya saya nggak bakalan betah lama di sini.” Alva menatap angkuh pada Joana.
yes, bagus. Mendingan gue tinggal sendiri lah. Daripada harus berhadapan sama penghuni songong kayak dia.
“Ada masalah apa kamu lihatin saya begitu?!” protes Alva saat Joana menatapnya dengan tatapan tak suka.
“Nggak ada, Pak. Kalau begitu, kapan Bapak pindah dari sini?” Joana tak sungkan-sungkan menanyakan itu. Tentunya dia ingin hidup dengan damai tanpa gangguan.
“Kamu mengusir saya?” merasa Joana begitu lancang, Alva pun terpancing emosi. “Apa perlu saya ingatkan saya ini siapa? detik inipun saya bisa meminta kamu dipecat. Kamu jangan kurang ajar!” pikiran Alva pun sama seperti Joana, dia kesal. Merasa terjebak dalam hal yang sulit dia hindari. Alva tidak betah di rumah ini, selain semuanya masih serba manual, juga suasana yang sedikit horor membuatnya sulit bergerak ke manapun. Katakanlah dia memang pengecut, dan karena itu, dia benci dengan dirinya sendiri.
“Bukan Pak. Saya kan cuma nanya, jangan pecat saya Pak, saya kan nggak melakukan kesalahan besar,” jawab Joana, dia masih berusaha santai. Meski ancaman lelaki itu tergolong mengerikan baginya.
Joana mengambil gelas, lalu membuka kulkas. Meski cuaca dingin, tak mengurungkan niatnya untuk meminum air dingin.
Bisa jadi karena lapar, emosi mudah melanda. Alva melirik Joana sekilas, dia ingat apa yang pernah nenek katakan pagi tadi. Joana pintar masak. Kenap tidak dia manfaakan saja keberadaan wanita ini, sekarang.
Merasa tak ada lagi yang perlu dibicarakan, Joana melenggang santai menuju kamar.
“Oh ya.” suara Alva kembali terdengar dan berhasil menghentikan langkahnya.
“Ya?” sahut Joana sambil menoleh.
“Kita belum berkenalan ya?” ucapan Alva terdengar sangat manis disertai sebuah senyuman di bibirnya.
Joana berkerut kening, sebelum menjawab. “Ya belum.”
“Tapi kamu pasti udah tau, kan? siapa saya?” Alva menaikkan sebelah alisnya, meski terdengar ramah jangan lupa lelaki itu tetap dengan gelagat sombongnya.
“Alvandro Ricolas, CEO baru The Rico’s Company?” Joana menyebutkan secara detil, jelas dan tegas.
“Ya, tapi saya belum tau siapa kamu?”
“Saya Joana Avilia, Pak, pegawai Bapak di bagian resepsionis.” Joana mengulurkan tangannya layaknya orang yang akan berkenalan, bukan bermaksud cari perhatian, tapi dia hanya ingin berlaku sopan.
“Oke, nggak perlu seformal itu, Joana. Nggak perlu bersalaman.” Tegas Alva, lalu tertawa kecil.
Joana menarik kembali uluran tangannya. “Saya tau, Bapak mungkin nggak sudi bersalaman dengan orang seperti saya.” Joana tersenyum paksa. sadar diri akan siapa dirinya dan Alva, jauh berbeda bagaikan langit dan bumi.
“Bukan begitu, Joana-“ Alva jadi serba salah.
“Kalau begitu, saya masuk dulu Pak-“
“Eum Joana, saya harus panggil kamu apa? Jo, Ana, Joan atau apa?”
“Terserah Bapak, orang-orang biasa panggil saya Jo atau Ana,” jelas gadis itu.
Alva mengangguk singkat. “Bisa nggak saya minta tolong sama kamu?” Lelaki itu memulai menjalani akal liciknya. Berkenalan sudah, bersikap manis juga sudah, sekarang tinggal meminta wanita itu membuatkan sesuatu yang lezat untuknya. Dia harus memanfaatkan keberadaan wanita ini.
🍑🍑🍑
Mulai suka? dengan ceritanya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sri Astuti
hohoho.. nti ketagihan masakan Joana
2024-05-29
0
siti fatimah
dari lidah turu ke hati
2022-04-15
2
Milah Kamilah
dari makanan turun kehati
2022-04-12
4