Tak pernah Joana sangka nasibnya akan seperti ini, sudah lebih dari setengah jam, dia menunggu di luar lelaki tak berhati itu tak kunjung membukakan pintu untuknya. Ide cemerlangpun muncul di kepala Joana, dia menarik sebuah kursi yang ada di teras, lalu naik ke atasnya untuk mematikan saklar listrik di rumah itu. “Rasain lo.” geramnya lalu tersenyum puas. Beberapa detik setelahnya, rumah itu menjadi gelap gulita. Joana tak berpikir panjang bahwa lelaki yang ada di dalam rumah itu adalah bosnya di tempat dia bekerja.
Joana duduk santai di teras seraya menunggu barangkali lelaki itu akan keluar rumah. Rambutnya lepek, bajunya basah kuyup, telapak tangan di ujung-ujung jemarinya mulai berkerut saking dinginnya. Joana membuka kancing blousenya satu persatu, di dalamnya dia mengenakan sebuah tanktop berwarna hitam. Tak peduli bagaimana penampilannya nanti, dia tak sanggup lagi menahan udara dingin yang menusuk, memakai blouse yang dingin akan membuat tubuhnya semakin mengigil.
🍑
Alva tengah asyik bersama macbooknya, listrik padam membuatnya gelagapan. Jujur saja, dia sedikit takut dengan hal-hal yang berbau mistis dan horor. Apalagi, dia ingat rumah neneknya ini adalah rumah tua warisan dari nenek buyutnya dulu. Pada intinya ini adalah sebuah tua, yang di dalamnya terdapat banyak barang-barang mistis.
“Mengapa aku benci tinggal di hunian lawas, ya psti begini. Hujan sedikit listrik langsung padam. Kalau aku di apartemen nggak akan mengalami hal sial begini.” gerutunya, lalu mengambil ponselnya untuk menyalakan senter. Lebih sialnya lagi, tak ada lampu emergency satupun di rumah itu.
Ting tong
ting tong
ting tong
Hujan mulai bereda, tak lagi berisik, Alva mendengar jelas suara bel berbunyi. Namun, hal itu justru membuatnya merinding dan semakin enggan keluar kamar. Alhasil, Alva naik ke atas ranjangnya, ranjang milik nenek, lalu melanjutkan fokus pada macbooknya. “Oh benar-benar sial,” ucapnya lagi ketika melirik ke sudut kanan pda layar, baterainya tinggal sedikit lagi.
Tok tok tok
tok tok tok
Suara ketukan yang berasal dari jendela terdengar jelas, membuatnya kembali terlonjak kaget.
tok tok tok
tok tok tok
“Arrhh!” Alva meletakkan kembali macbooknya. Kali ini, dia harus menggunakan jiwa kelaki-lakiannya agar lebih berani menghadapi situasi seperti ini. Alva memberanikan diri membuka gorden kamarnya. Tak lupa tetap memegang ponsel dengan senter yang masih menyala, Alva mengarahkan senter keluar jendela. Dia terperanjat melihat ada seorang wanita berdiri di balik jendela. Dengn rambut tergerai panjang, berekspesi memohon padanya.
“Astaga ternyata dia.” cepat-cepat Alva bergerak keluar dari kamar, membukakan pintu untuk Joana.
“Maaf saya lupa kalau kamu juga penghuni rumah ini,” ucapnya santai ketika membuka pintu.
Tampak penampilan Joana yang sangat berbeda, dengan tanktop dan celana panjang kerjanya. Rambut panjangnya yang basahnya masih tergerai. Wajahnya pucat.
“Lain kali pintunya jangan dikunci dari dalam Pak, saya nggak bisa buka pintu dari luar,” ucap Joana dengan mada ketus. Sadar pada siapa dia berbicara, Joana langsung mengubah panggilannya pada lelaki itu dengan sebutan Pak.
“Saya lupa,” jawab Alva santai. Dia melirik keluar rumah, melihat lampu-lampu para tetangga menyala terang.
Alva kembali menyalakan saklar listrik di teras rumah, seketika rumah mereka pun menjadi terang. Bagaimana penampilan Joana saat ini pun terlihat jelas olehnya. Joana sangat seksi.
Tanpa menjawab apapun, wanita itu langsung masuk ke dalam kamarnya dengan keadaan kesal. Tak lupa mengunci pintu, Joana membuka seluruh pakaiannya yang basah tanpa tersisa, lalu mengambil handuk untuk mandi. Kamar yang ditempati Joana tidak ada kamar mandinya, hingga dia harus keluar lagi dari kamar meski kamar mandi itu berdekatan dengan kamarnya.
Joana keluar lagi dengan melilitkan handuk berwarna merah menyala di tubuhnya. Warna merah memang favoritnya. Tanpa peduli dengan Alva yang sedang berada di dapur. Dia tak peduli meski sebagian tubuhnya terlihat, apalagi warna handuk itu sangat kontras dengan kulitnya yang cerah.
Dia lapar, dan tak punya pilihan lain, hanya bisa membuat roti tawar diolesi selai untuk mengisi perutnya yang kosong.
Sejak tadi, Alva sudah berusaha memesan makanan melalui aplikasi ojek online, mungkin karena hujan deras, tak ada satupun driver yang menerima.
Alva geleng kepala, menetralkan pikirannya.
Sembarangan sekali dia, apa nggak mikir ada orang lain di rumah ini, memangnya dia nggak menganggap aku laki-laki normal?
Bagaimana Alva tidak menggerutu, sebab Joana hanya memakai selembar handuk yang sangat mini, hanya menutupi bagian dada dan bokongnya saja. Panjangnya pun hanya sepaha.
“Aku bisa gila lama-lama tinggal di sini. Besok aku harus menghubungi nenek, aku nggak mau terbelenggu di sini.”
🍑🍑🍑
Kalau komentnya tembus 50 aku bakal up lgi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sri Astuti
hahaha.. saling bikin kesal
2024-05-29
0
Nienik
gerahkn alva
2022-05-19
1
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
katanya jelek d bawah setandar ah tp ngilerrr jg
2022-04-16
1