UNGKAPAN CINTA TRISTAN

"Maaf Ayana.. Minta waktunya sebentar ya..?" Ucap Tristan memelas

Ayana semakin bingung dengan sikap Tristan. Perasaannya mulai tidak enak seakan akan ada sesuatu terjadi..

“Aku sudah tau semuanya.. Aku juga sudah tau kamu sudah berpisah dengan mantan suami kamu..” Tutur Tristan dengan ekspresi wajah serius

Ayana diam menunggu Tristan menyelesaikan ucapannya

“Sebenarnya aku udah lama suka sama kamu.. Tapi saat aku tau kamu memiliki kekasih. yang kemarin jadi suami kamu itu, aku menyimpan semua dalam hati..” Tristan tersenyum simpul kembali teringat akan masa itu

Ayana bukannya tidak tahu. Dia hanya pura-pura tidak tahu demi menjaga persahabatan mereka. Karena jujur saja, pada saat itu Ayana juga menyimpan rasa untuk Tristan. Dia menyukai Tristan dalam diam pada masa itu.

Ayana membuang semua perasaannya pada Tristan saat tahu ibu Tristan tidak menyukainya.

Hingga hadirlah Arman pada saat itu yang mampu membuat Ayana move on dari perasaannya pada Tristan, dan memutuskan menikah setelah dua tahun dia menamatkan pendidikannya di tingkat SMA.

"Tristan, aku masuk kerja dulu ya..? Ini udah telat.." Ucap Ayana mengalihkan

Memang benar kata orang. Di dalam persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu tidak ada yang namanya murni persahabatan saja. Pasti diantara mereka ada yang menyimpan rasa. Seperti halnya kedua insan ini

"Tapi Ayana.." Cegah Tristan memelas

Ayana tersenyum menatapa wajah sahabatnya itu

“Tan.. Maaf sebelumnya.. Bukannya aku menolak niat baikmu.. Aku juga tau kamu sayang sama aku.. Tapi saat ini yang jadi prioritas di dalam hidup aku tuh hanya Yuki, anak aku.. Masih banyak yang harus aku perjuangkan dalam hidup aku tuh untuk dia, dan itu belum selesai..” Ucap Ayana dengan nada lembut menatap mata Tristan

“Bersama berdua bukannya akan lebih baik..? kita berjuang bersama untuk Yuki.. Aku akan menggenggam tangan kalian dengan erat..” Elak Tristan

“Gak bisa Tan.. Beda konteksnya..” Ucap Ayana berharap Tristan mengerti penolakannya

Tristan tersenyum simpul menundukan kepalanya. Ayana mengelus lengan Tristan berharap Tristan mengerti.

"Aku minta maaf.." Ucap Ayana menatap mata Tristan

Tristan mengangguk pelan dan menaiki motornya seperti orang yang tidak mempunyai semangat

“Baiklah.. Aku gak akan maksa.. Tapi aku berharap, suatu hari nanti kamu mau membuka hati untukku.. Aku akan menunggu sampai waktunya kamu siap..” Ucap Tristan menghidupkan mesin motornya beriap untuk pergi

“Gak Tan, Jangan menunggu ku karna jawaban ku tetap sama.. Kita sahabatan aja seperti dulu, aku lebih nyaman seperti itu.. Maaf..” Ucap Ayana terpaksa

Aku balik dulu.. Assalamualaikum..” Pamit Tristan tanpa menoleh ke arahnya

“Waalaikumsalam..” Jawab Ayana lesuh menatap punggung sahabatnya itu yang semakin menjauh hingga hilang dari penglihatannya

Bukan tanpa alasan Ayana mengatakan penolakkannya pada Tristan. Ayana tidak ingin ada ikatan di antara mereka selain persahabatan. Karena Ayana ingat dulu seperti apa Ibunya Tristan memintanya menjauhi anaknya, bahkan juga menghinanya hanya karena dekat dengan anaknya itu.

Ibunya Tristan menganggap Ayana pembawa sial untuk keluarganya. Karena sejak Trsitan mengungkapkan perasaan sukanya pada Ayana ke Ibunya, tidak lama kemudian perusahaan mereka mengalami kebangkrutan. Padahal jauh sebelum itu, Ayah Tristan sudah pernah mengalami kerugian meski perusahaan masih bisa di selamatkan

Orang tua Tristan sangat bergelimang harta.. Namun perusahaan mereka mengalami kerugian besar dan gulung tikar hanya dalam waktu singkat karena penipuan rekan bisnis Ayahnya Tristan. Hal itulah yang menyebabkan Ayahnya meninggal karena jantung

***

Hari ini Ayana cukup lelah dengan pekerjaannya di restoran. Selain kondisi kesehatannya yang belum begitu pulih, juga dikarenakan beban pikiran yang semakin bertambah.

Susi sudah sejak tadi terus memperhatikan Ayana yang sering meregangkan otot dan memijit tengkuknya. Karena cemas, Susi pun akhirnya menghampiri Ayana yang menopangkan kedua telapak tanganya di atas meja dengan mata terpejam

“ Ayana..? Kamu sakit..?” Tanya Susi penuh selidik

Susi juga melihat muka Ayana yang memucat

“Aku cuma kecapean aja kok..” Jawab Ayana pelan

“Yasudah kamu gak usah lembur dulu.. Langsung balik aja..” Saran Susi khawatir dan di angguki Ayana

“ Ya udah, aku balik duluan gak apa-apa ya..” Ucap Ayana sambil bersiap pulang

“ Iya hati-hati dijalan.. kalau ada apa-apa, kabari aku..” Ucap Susi tulus yang di angguki Ayana

Susi memandang ibah pada sahabatnya itu. Dia tahu betul seperti apa Ayana menjalani hari harinya yang begitu sulit. Cobaan demi cobaan dia hadapai sendirian. Siang malam relah banting tulang demi keluarganya

"Semoga Allah selalu menyayangimu sahabatku.." Gumam Susi pelan

Saat di halte, Ayana memutuskan menemui Rayan sore ini untuk mengucapkan terima kasih dan maaf karena keluarganya sudah merepotkannya kemarin saat dia sakit. Kerana saat Rayan kembali ke rumah, Ayana tak sempat lagi bertemu dengannya.