Bab 17

Seorang pria paruh baya berumur 40 an dengan kacamata lensa tengah memeriksa beberapa berkas diatas mejanya. Saat melihat aku masuk, dia menunjuk kursi dan menyuruhku untuk duduk.

Dia kembali memasukan berkas berkas itu kedalam laci. Lalu menatapku dengan tenang. Dia mengetikkan beberapa kata di ponselnya lalu menunjukannya padaku.

"Namamu Alfin kan?"

Aku mengangguk. Dia kembali mengetik lagi.

"Aku telah menerima perintah dari tuan Farzan bahwa kau akan mulai bekerja disini. Tapi, mengingat kau baru keluar dari rumah sakit. Tuan Farzan menyuruhku agar beristirahat selama seminggu sebelum kau bekerja."

Aku menatapnya sejenak untuk mengolah apa yang baru saja dia maksud. Aku, diberi kesempatan istirahat selama seminggu. Sepertinya ini kesempatan bagus. Aku mulai mengetik.

"Benarkah?"

Dia mengangguk. Aku langsung tersenyum padanya. Mengetik lagi.

"Terima kasih. Jadi kapan aku akan mulai bekerja?"

"Mungkin hari Senin."

Setelah mendapatkan jawaban itu, aku mengangguk. Berjabat tangan dengan dia. Awalnya, pria paruh baya ini terlihat mengabaikan uluran tanganku. Walaupun dia malas menyentuh tanganku, tapi dia tetap melakukannya. Dia tersenyum memberikan ke profesionalismenya.

Keluar dari kantor. Ketika berjalan melewati koridor. Aku kebetulan bertemu dengan nyonya Veni yang barusan keluar dari lift bersama seorang pria. Kami saling bertatapan. Nyonya Veni langsung terkejut melihatku. Namun setelah itu dia dengan cepatnya menuju ke arahku. Lalu memelukku dengan erat seolah penuh kasih sayang. 

"Ya ampun! Aku tidak menyangka kau akan masih hidup Alfin. Ku kira kau sudah tiada. Ternyata Tuhan telah mengabulkan doaku." Dia menangis meneteskan air mata. Sementara wajahku dia tekan ke dadanya yang besar. Setelah itu dia kemudian menatapku. Memeriksa ku dengan begitu perhatian.

"Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik baik saja? Aku mendengar dari tuan muda kalau kau masuk rumah sakit karena insiden kemarin? Kau tidak apa apa kan? Untungnya kau juga bisa melarikan diri dengan aman." Nyonya Veni kembali memelukku dengan penuh rasa syukur. Aku tidak mengatakan apapun. Hatiku dingin ketika berada dengan orang orang seperti ini.

Tapi saat dia menatapku dengan aktingnya sepenuh hati itu membuatku ingin ikut ikutan dalam drama ini. Aku tersenyum padanya, menggelengkan kepala dan menggunakan isyarat tangan. Mengatakan padanya, bahwa aku baik baik saja.

"Nyonya Veni. Dia siapa?" Terdengar suara pria dibelakangnya.

Pria ini memakai pakaian cukup rapi. Terlihat berumur 30 tahun, dan sepertinya dia mempunyai status cukup tinggi disini.

"Jack, dia adalah anak yang kuceritakan. Alfin, ini Jack. Asisten manajer di hotel ini."

Aku mengulurkan tangan untuk menjabatnya. Tapi dia malah memasukan tangannya ke dalam saku celananya.

"Ah, nyonya veni. Aku lupa mengatakan ini padamu. Tapi sepertinya kita harus bertemu dengan manajer segera. Aku takut, dia nanti akan marah pada kita." Pria itu berkata kepada nyonya Veni dengan lembut. Namun tatapannya padaku terlihat sangat jijik. Sudah jelas sekali, dia tak mau menyentuh tanganku.

"Oh, begitu yah. Kalau begitu, kami duluan dulu yah, Alfin." Nyonya Veni tersenyum padaku. Lalu mereka pun pergi melewatiku tanpa berbalik ke belakang.

Aku menatap mereka dengan dingin. Didunia ini, sangat sedikit orang yang mempunyai hati baik dan tulus.  Namun banyak, orang orang yang mempunyai hati busuk, tapi diluarnya berlagak seperti malaikat.

Ah, aku tidak heran lagi bertemu dengan mereka. Yah, seperti itulah cara kerja dunia ini. Perbanyak topengmu, asah lidahmu, tapi simpan hati busukmu dalam dalam. Dan perlihatkan skill aktingmu kepada orang orang.

Aku menghela napas. Aku perlu informasi. Kemana perginya Farzan dan Suyin. Tapi itu agak.... Aku bukan mata mata. Dan aku juga tidak punya hak untuk mencampuri apalagi membuntuti mereka. Yang harus aku lakukan sekarang, adalah mengerjakan apa yang seharusnya aku kerjakan. Mencari keberadaan Abdul dan Vano.

Aku akan berangkat ke Bandung. Aku hanya mempunyai kesempatan selama seminggu. Sialnya, aku tidak punya uang sedikit pun didompetku. Semuanya sudah kuberikan kepada pria yang kutemui di rumah sakit tadi.

Kembali ke apartemen. Aku masuk kedalam kamar. Segera membuka tas dan mencari simpanan ku selama ini. Kalau tidak salah seharusnya uang itu ada disini.

Ah, ini dia. Aku menemukannya. Rekening bank dimana ada lima juta didalamnya. Aku menyembunyikan ini di tas pada kehidupanku dulu, agar jika nanti ada keadaan mendesak aku akan menggunakan uang ini untuk berjaga jaga.

Baiklah, sekarang aku sudah siap untuk berangkat. Mari kita menuju ke kota Bandung.

Terpopuler

Comments

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Ayo...

2022-04-21

0

Thoriq

Thoriq

👍👍👍👍👍

2022-04-04

0

Thoriq

Thoriq

💪💪💪💪💪

2022-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!