Pria itu menunduk. Lama juga ia terdiam, tapi pada akhirnya dia berbicara juga.
"Itu bukan urusanmu."
Aku nenyerngit. Tapi ada yang mengganjal di hatiku. Jangan bilang orang ini telah membocorkan rahasiaku.
"Katakan saja apa dia tanyakan. Kenapa kau membuat ini semakin rumit. Aku akan bertanya padamu, kau takut pada siapa? Clara atau aku?"
Pria itu menatapku dengan penuh keringat.
"Baik kau atau Clara. Kalian sama sama berbahaya. Tapi Clara, dia mempunyai latar belakang yang kuat. Sementara kau, kau sangat misterius hingga membuat siapa pun yang salah langkah pasti akan Sengsara."
Aku tersenyum lucu mendengarnya. Pria ini ternyata cukup peka menilai kami. Dia bukan pria bodoh atau orang yang sembarangan bertindak.
"Jadi seandainya aku menyuruhmu memilih. Kau akan memihak siapa? Aku atau Clara."
Pria itu kembali menunduk. Tidak ingin menatap mataku.
"Aku sudah bilang kan, kalian berdua sangat berbahaya. Bergabung diantara kalian sangat beresiko."
Dia tidak tau rupanya. Aku tidak seperti Clara yang akan membuang anak buahnya ketika mereka tidak berguna. Bergabung denganku, sama saja membuat tali persaudaraan.
Aku tersenyum tipis padanya.
"Aku bisa mengalahkan clara. Kau mempercayaiku atau tidak."
"Hah?" Pria itu menatapku kaget. Tapi tidak lama kemudian dia menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Kau terlalu meremehkan istrimu. Dia sangat kuat, latar belakangnya juga bukan sembarangan. Meskipun kau juga kuat, tapi Clara bukanlah lawan yang ringan."
"Itulah mengapa aku mengatakan padamu bahwa aku akan menang."
Pria itu menatapku lagi dengan raut wajah terkejut. Aku lanjut bicara padanya.
"Tidak ada yang lebih mengenal Clara di banding diriku." Itu benar, aku tau segalanya tentang Clara. Kekuatannya, kelemahannya, kartu asnya, pendukungnya, sifatnya. Semuanya... Itu karena aku berasal dari masa depan.
"Jadi, katakan apa yang ditanyakan oleh wanita tadi?"
Dia tidak menjawab, sepertinya dia menginginkan sesuatu yang lebih besar. Dia ingin bernegosiasi denganku tapi sepertinya dia takut memulainya. Aku tersenyum, apa kau pikir aku tidak tau pikiranmu?
"Aku akan membantumu keluar dari masalah ini."
Pria di depanku diam sejenak. Dia pun menghela napas.
"Sebenarnya, aku adalah saudara Abdul dan Fano."
Aku mengerutkan kening setelah mendengarnya.
"Fano dan Abdul melarikan diri, itu karena aku. Aku yang telah membantu mereka. Saat itu, aku tidak tau apa yang mereka lakukan. Tapi, setelah Clara memberi kami perintah untuk mencari mereka berdua, aku sadar, mereka pasti melakukan sesuatu yang besar. Makanya mereka melarikan diri. Oleh karena itu, Katika kami melihatmu saat itu, aku yang duluan menyadari. Kau bukan Fano atau Abdul. Tapi, untuk sesaat. Aku juga ingi menjadikanmu kambing hitam. Namun, melihat kau begitu hebat. Aku pun juga tidak bisa apa apa. Aku berada di jalan buntu. Jika aku memberitahukan dimana Abdul berada, mereka pasti akan menanyaiku bagaimana aku mengetahuinya."
"Tapi jika tidak, kau juga yang akan Sengsara bukan?" Aku melanjutkan ucapannya, membuatnya tak bisa menyangkal.
"Makanya sampai saat ini kau tak bisa melakukan apa apa. Karena kau yang membantu mereka melarikan diri. Haish, kau itu Bodoh atau bagaimana?" Aku mengelus jidatku.
"Buat apa kau menyembunyikan mereka jika situasimu sudah separah ini." Aku menatapnya dengan kesal setelah mendengar ceritanya. Entah memang pria ini bodoh atau bagaimana? Jika begini terus, dia dan keluarganya bisa dalam bahaya. Lagian, aku tidak pernah dengar bahwa bang Abdul pernah menyebut namanya. Bahkan dimasa lalu, ketika geng kapak hancur. Bang Abdul juga tidak merasakan kehilangan.
"Tapi, kami adalah saudara. Sudah sewajarnya aku membantunya."
Aku terdiam. Menatapnya yang juga menunduk menahan rasa sakit. Jangan bilang pria ini... Dia mengutamakan persaudaraan di bandingkan kehidupan pribadi. Memikirkan itu, Aku tersenyum tipis, entah bang Abdul menyadari ini atau tidak. Tapi mereka menyia-nyiakan orang seperti ini. Mereka akan rugi besar.
"Selama ini, aku berusaha melarikan diri. Namun Clara selalu menemukanku."
"Sudah tentu Clara akan menemukanmu. Kau tau kan? Dia itu punya banyak koneksi."
Pria itu kembali terdiam. Aku menghela napas.
"Yah, meski terdengar seperti tidak ada tempat untuk bersembunyi. Tapi bukan berarti memang tidak ada. Dunia ini luas bukan? Aku akan membantumu. Tapi, kau harus berjanji satu hal padaku. Jadilah bawahanku."
Mata pria itu membesar. Dia mengepalkan tangan dengan erat dan mnggertakan giginya.
"Aku sudah bilang kan! Aku tidak mau bergabung dengan kalian lagi. Aku hanya ingin hidup tenang bersama keluargaku."
Mendengar keputusannya. Aku menghela napas.
"Aku mengerti. Baiklah, lupakan yang kukatakan tadi. Aku tidak akan lagi menekanmu. Tapi, katakan padaku. Dimana Fano dan Abdul. Mereka adalah inti dari masalah ini. Dan mereka juga yang akan membebaskan mu dari masalah ini. Kau juga tidak akan dicurigai oleh Clara."
Dia menatapku, tapi akhirnya menghela napas pula.
"Abdul dan Fano. Mereka sekarang ada di kota Bandung. Bersembunyi di balik keluarga Santoso. Kau juga harus hati hati dengan mereka. Keluarga itu bukan keluarga biasa. Dan aku harus memperingatkan mu. Kau juga harus berhati hati saat bertindak di kota ini. Mengingat bahwa keluarga Aritedja dan keluarga Han tengah bentrok saat ini, semua tindakan masyarakat di kota ini diperhatikan secara serius."
Aku mengerti. Mengangguk padanya.
"Kau telah melakukan sesuatu yang benar."
Pria itu menunduk. Tapi dia juga tersenyum.
"Ya, terima kasih juga karena mau membantu kami. Apa boleh, kami pergi?"
Aku mengangguk. Pria itu pun pergi dengan membawa istri dan anaknya.
"Tunggu." Aku menghentikannya. Mengeluarkan beberapa cuan di saku.
"Ambillah ini. Anggaplah harga dari informasi yang kau berikan."
Pria itu terdiam. Melihat cuan yang sudah ditangannya. Dia hanya bisa menggerakkan gigi. Matanya memerah namun ia berusaha menahannya.
"Y-ya. Terima kasih. Kami akan menggunakannya dengan baik. Kami takkan akan menyia-nyiakannya."
Setelah itu, mereka pun pergi. Naik sebuah taksi dan menghilang dari pandanganku.
Aku juga berbalik. Membersihkan penampilanku. Berpikir tentang situasi saat ini.
Clara tengah berbentrokan dengan Farzan. Namun masalah intinya belum ditemukan. Jika ini masih saja berlanjut, maka masa lalu dan masa sekarang tidak akan bedanya. Masa lalu akan terulang lagi.
Aku menutup mata, berusaha tenang. Baiklah, sudah kuputuskan. Akan kubawa dua pria bangsat itu kesini dan memutar balik keadaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Ayo...
2022-04-21
0
Ftm
aku bener gak paham dgn cerita
2022-04-02
1