Bab 12

"Buakh"  Pria kekar itu, aku menghajarnya sampai keadaannya sekarat. Sementara anak buahnya saja sudah ketakutan melihat pertarungan singkat itu. Dia menatapku dengan ngeri.

"Si-siapa kau sebenarnya?"

Aku diam tak menjawab. Tapi malah maju kearahnya.

"Kenapa kau sama dengan foto yang di kirimkan nona felicia? Ka-kau tidak bisu maupun tuli? Kenapa selama ini...." Pria di depanku perlahan mundur, namun dia malah tersandung oleh kayu yang dia bawa sendiri. Meski begitu, dia terus berusaha mundur. Sampai bertemu dengan dinding, barulah dia tidak bisa pergi kemana pun.

"To-tolong, lepaskan aku...."

Aku menatapnya dengan dingin.

"Maaf. Tapi kau sudah mengetahui rencana ku. Kau harus mati." Aku hendak mengakhiri ini, namun pria itu seketika bersujud.

"Aku mohon! Aku bersumpah tidak akan membocorkan kejadian ini. Tolong ampuni nyawaku. Aku masih punya keluarga!"

"Kau pikir kau masih bisa lepas dari Clara setelah ini?"

"Huh?" Mata pria itu terbelalak saat mendengar perkataanku. Dia tidak bisa menyangkal itu.

"Dari pada nanti kau mati ditangannya. Lebih baik kau mati saja di tanganku. Karena saat itu kau pasti akan membocorkan kejadian ini."

"Tidak! Aku mohon! Aku tidak akan bertemu lagi dengan Clara! Aku mohon lepaskan aku! Setelah ini, aku akan melarikan diri bersama keluargaku. Aku akan bertobat!"

"Percuma, kau hanya akan menambah Clara semakin curiga."

Pria itu semakin terdiam. Dia tidak bisa mengatakan apa apa lagi. Selain melarikan diri dari Clara, dia tidak tau lagi harus berbuat apa.

"Begini saja. Kau tidak perlu lari dari Clara..."

"Hah?" Pria itu terkejut mendengar ideku. Dia mengangkat wajah dan melihatku.

Melihat tatapanku yang licik, seketika raut wajahnya berubah.

Bar tempat aku bekerja, semuanya rata. Pekerja atau pelanggan, mereka di bantai dengan sadis. Clara benar benar kejam, dia tidak perduli baik itu musuhnya atau warga biasa, dia tetap menghabisi mereka sekaligus. Padahal mereka tidak bersalah, namun tetap menanggung masalah. 

Aku keluar lewat pintu belakang, tidak ingin terlibat lebih jauh dari lagi insiden ini. Tidak lama kemudian, Beberapa orang dari kantor utama pasti akan datang. Dan saat itu, sudah pasti mereka datang untuk memeriksa keadaan. Para anak buah Clara juga pada melarikan diri setelah melakukan tugas mereka.

Ku lihat ponselku. Aku berusaha menghubungi nyonya Veni namun belum mendapat balasan. Wanita tua itu, bisa bisanya dia mengorbankanku untuk melarikan diri.

Sekarang, apa yang harus aku lakukan. Di tempat ini, aku bukanlah siapa siapa selain clean servis biasa. Aku tidak punya kedudukan apapun. Wajar jika mereka mendengar diriku melarikan diri. Sebaliknya, tidak untuk Fano dan bang Abdul yang mempunyai tanggung jawab disini.

saat aku masih linglung, tiba tiba asap yang mulai keluar dari bar tempat aku bekerja. Disusul dengan api yang mulai menjalar di atap bagian belakang.

"A-apa!"

Didalam sana masih banyak orang.

"Oh, bukan urusanku." aku segera berbalik untuk pergi. Tapi seberapa keras aku menekan rasa peduli didalam diriku. Aku tetap tidak bisa mengabaikan mereka. Aku langsung berlari kembali. Masuk kedalam, dilantai memang penuh dengan darah. Korban korban yang terluka parah, namun masih ada diantara mereka yang masih hidup.

"To-tolong aku....." Aku melihat seorang wanita yang terkulai lemas dilantai. Terdapat luka tikaman diperutnya. Dilihat dari lukanya, ini cukup dalam.

Aku merobek baju salah satu korban lalu menutupi luka di perutnya. Kemudian mengangkatnya dan membawanya keluar.

Api semakin menjalar. Satu persatu aku mulai mengangkat mereka. Baik mayat mau pun yang masih bernapas.

Tanpa membuang waktu, aku juga menelpon ambulan. Berharap agar mereka datang membantu. Lalu, kenapa anak buah dari bos besar belum datang juga?

Semua sudah selesai. Aku hendak keluar. Namun aku malah mendengar suara tangisan dari dalam toilet. Saat ku buka, ternyata ada dua gadis tengah bersembunyi dengan tubuh gemetar. Wajahnya terlihat sangat pucat dan penuh ketakutan.

"Hei! Apa kau baik baik saja?" Aku segera datang menghampiri mereka. Tapi sepertinya mereka tidak mendengarkan. Mereka hanya gemetar, gemetar dan gemetar. Celana pun juga sudah basah.

"Terjadi kebakaran diluar. Kita harus pergi." Aku berusaha menarik mereka. Namun mereka malah menolak.

"Tidak! Di luar.... Di luar...." Ucapan pun tak bisa diselesaikan. mereka sudah tak mempunyai tenaga lagi. Pembantaian yang dilakukan diluar, membuat mereka tak bisa melakukan apa apa sekarang.

Asap pun mulai menebal. Aku langsung membawa satu orang keluar.

"Sial"

Apinya mulai membesar. Saking terburu burunya, aku tidak tau lagi kondisi tubuhku. Luka bekas pukulan Clara waktu mulai terbuka lagi.

Tapi aku tidak perduli. Segera aku menuju toilet. Dan melihat gadis yang tersisa ternyata sudah pingsan.

Aku mengangkat gadis itu susah payah. Siapa sangka, kayu yang sudah terbakar di langit langit malah runtuh dan menimpa punggungku.  

Panas. Tubuhku rasanya meleleh. Mataku perih karena asap. Dan aku malah sesak napas di tempat ini. Tidak perduli seberapa besar kayu itu. Aku tetap mengangkat kayu yang menimpa punggungku meskipun kayunya sendiri sudah menjadi arang.

Segera aku melepas bajuku. Merendamnya kedalam bak air. Lalu ku tutupi hidungku dengan kain basah itu.

Aku sekarat. Terlambat sedikit saja aku bisa mati.

Sial, kenapa rasa perduliku ini malah membunuhku. Padahal mereka tidak kukenal. Aku bukanlah pahlawan kesiangan yang menolong mereka tanpa menghawatirkan nyawaku sendiri.

Sial, sial, sial.

Aku mulai kehilangan akal. Aku bahkan tidak tau lagi jalan keluar. Semuanya dipenuhi asap, api, dan panas menyebar kemana mana. Badanku rasanya di panggang. Aku akan mati! Sedikit lagi, napasku.... Aku harus bisa bertahan.

Sial, kakiku lemas. Sekali terjatuh, aku tak bisa berdiri lagi. Apakah gadis yang kutolong ini masih hidup?

Padahal aku ingin balas dendam. Kenapa malah berakhir disini. Mata ku terpejam karena tak bisa lagi menahannya.

******

"Bib. Bib. Bib."

Langit langit putih yang jernih. Itulah yang terlihat saat pertama kali ku buka mata. Telingaku masih mendengar dengungan familiar itu. Itu artinya.....

Aku masih hidup.

Terpopuler

Comments

Dyon Alifahri prasetiyo

Dyon Alifahri prasetiyo

malah jadi naif dan sedikit bodoh,kupikir jiwa kejamnya hadir setelah dikhianati seperti itu di masa lampau ternyata tetap naif seperti biasa,semangat Thor up terus😁

2022-06-05

1

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Ayo...

2022-04-21

0

apa bae

apa bae

mlh jd naif

2022-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!