Bab 11

Di masa lalu, Clara diperkaos selama beberapa hari. Dan tepat satu hari Clara lepas, dalam hitungan jam, tempat ini berubah menjadi darah.

Tapi saat ini, Clara gagal di perkaos. Namun, apakah perilaku Vano dan bang Abdul yang kemarin akan di ampuni begitu saja? Tentu saja tidak. Dalam beberapa jam kedepan, pasukan dari salah satu geng kejam dikota ini akan datang dan mengobrak Abrik tempat ini.

Namun, itu tidak bisa dipastikan. Di masa lalu, mungkin Clara butuh waktu untuk menjernihkan pikiran dari perlakukan mereka. Namun saat ini, kemungkinan Clara bisa melancarkan serangannya kapan saja.

Aku mengikuti nyona Veni berjalan di ruang kantor. Ini adalah ruangan milik bang Abdul, namun aku mengerti. Karena ke pemimpinan saat ini diserahkan kepadanya, maka nyonya Veni juga punya hak untuk menggunakan ruangan ini.

Nyonya Veni mengajukan beberapa pertanyaan dengan isyarat tangan miliknya.

"Tadi malam, kamu ada dimana Alfin?"

Sudah kuduga, wanita ini akan bertanya seperti itu. Aku pun tersenyum dan menjawab dengan isyarat tangan pula.

"Tadi malam ada masalah dengan perutku. Jadi, aku memilih untuk pulang."

Nyonya Veni tersenyum lembut.

"Seharusnya kau memberi tahuku kalau kau mau pulang. Aku mencarimu kemana mana tadi malam. Tapi, apakah sakit diperutmu sudah hilang?"

"Ya. Nyonya, aku sudah bisa bekerja sekarang." Aku tersenyum setelah menggunakan isyarat tangan.

"Syukurlah. Kupikir kau ada masalah. Tapi, tadi malam. Kau tidak kembali disini kan?"  

Ah, aku langsung tertegun. Apakah nyonya Veni menyadari sesuatu? Ini tidak mungkin kan? Apakah selagi aku memakai topeng tadi malam, aku dilihat olehnya? Tidak! Mungkin nyonya Veni saat ini sedang mengetes ku. Tapi dia tidak mungkin mengetes seseorang tanpa dasar apapun kan?

Aku mempertahankan ketenangan ku. Tersenyum padanya. Lalu menjawab dengan isyarat tangan pula.

"Tidak, setelah aku pulang, aku tidak kemana mana lagi. Aku sebenarnya ingin memberitahumu, tapi aku terlanjur tidur. Aku minta maaf." Aku membungkuk kepadanya. Tapi nyonya Veni malah menghentikan ku.

"Tidak apa apa. Sudahlah. Kita tidak usah bahas itu lagi. Hari ini kau juga harus mulai bekerja. Aku menugaskanmu disini. Bersihkan kantor ini, selama kepergian bos Abdul. Aku yang akan nenududukinya."

"Baik." Setelah percakapan menggunakan isyarat tangan itu, nyonya Veni pun pergi. Aku melirik kepergiannya. Melihat dia terlihat santai, sepertinya dia tidak tahu tentang kejadian semalam. Tapi, mengapa dia menanyakan hal itu, seolah dia curiga padaku. Ini membuatku tak tenang. Sepertinya nyonya Veni tengah merencanakan sesuatu.

Aku keluar sebentar. Melihat nyonya Veni mengatur para karyawan wanita. Mereka seperti membereskan sesuatu. Entah kenapa aku melihat mereka seperti berkemas.

Berpikir sejenak ketika melihat mereka. Nyonya Veni tiba tiba melihat ke arahku. Dia tersenyum lagi. Namun aku merasa senyumnya menyimpan sedikit kekesalan. Aku segera menyadarinya. Ternyata aku sudah mengabaikan tugas yang diberikannya. Nyonya Veni tidak pernah marah, namun instingku selalu memberitahu apa arti dari ekspresi seseorang. Meskipun itu sangat berlawanan dengan hati mereka.

Aku mulai membersihkan kantor bang Abdul. Ini adalah tempat dimana Clara di ajak berdiskusi tadi malam. Ketika aku mengelap meja, tidak sengaja aku melihat laci yang tidak terkunci. Aku membukanya. Melihat beberapa berkas. Karena penasaran aku mengambil mereka. Dan terlihat beberapa data data nama dikertas itu. Orang orang ini, semuanya adalah anak buah dari tuan muda keluarga Han. Salah satu dari tiga keluarga terkaya di Surabaya.

Diantara mereka, aku menemukan dua berkas nama yang membuat perhatianku tertuju pada mereka.

"Tiger dan Lion."

Aku tersenyum. Mungkin sudah saatnya aku menemui mereka. Kaki dan tangan kepercayaanku di masa lalu.

"Brak"

"Uwaaakh....!!"

"Dor dor dor!"

Tiba tiba terdengar keributan di bawah. Aku mendengar teriakan histerius orang orang disana. Saat aku keluar, malah pintu terbuka karena tendangan seseorang.

"Apa kau bos dari mereka." Terlihat seorang pria dengan badan kekar dan lengannya yang bertato naga masuk kedalam. Dia menatapku dengan garang.

Aku diam tidak menjawab apapun.

"Bos, dia orangnya. Bukankah wanita tua tadi menunjuknya disini?"

Apa? Wanita tua? Sialan, mungkinkah ini rencana dari nyonya Veni? Jadi dia sengaja menempatkan ku di kantor ini agar menjadi kambing hitam?

Sialan, aku sudah menduga kalau nyonya Veni melakukan itu. Pantas saja mereka terlihat berkemas saat aku melihatnya tadi. Rupanya dia memiliki niat busuk rupanya.

Terlebih lagi, aku melihat kedua orang ini. Tampaknya mereka tidak bisa diajak berbicara. Mereka adalah orang orang suruhan dari Clara untuk menghancurkan tempat ini. 

"Bos, tadi nona felicia bilang kalau kita melihat pria bisu dan tuli kita tidak boleh menyentuhnya."

"Apa? Dimana fotonya? Bagaimana bisa kita menemukannya."

"UM...."

Mereka berdua terlihat kebingungan. Namun sang anak buah terlihat mendapatkan pesan dari ponselnya. Lalu ia melihatku sembari mencocokan dengan sesuatu yang ada di ponsel.

"Oh, dia orangnya!"

"Apa? Jadi dia suami pecundang itu?" Pria kekar itu tersenyum sinis padaku. Terlihat raut penghinaan diwajahnya.

"Heh, bagaimana pria sepertimu pantas untuk menikahi nona? Kenapa kau yang harus dipilih di banding aku? Padahal perbedaan kita berdua itu terlampau Sangat jauh!"

Oh, sepertinya pria ini sangat membenciku. Apakah dia pengagum Clara. Entah kenapa aku merasa sedikit kasihan padanya.

Dengan berbagai teriakan menyakitkan yang ada dibawah sana. Pria kekar itu maju ke arahku.

"Kak, bukankah nona felicia mengatakan pada kita tadi untuk tidak menyentuhnya?"

Temannya disamping berusaha menghentikan pria itu, namun dia tidak mendengarkan sama sekali.

"Huh, bahkan nona sangat membenci pria ini. Mengapa aku tidak bisa memberinya pelajaran. Toh, nona juga tidak akan marah."

"Ta-tapi...."

"Tenang saja. Aku tidak akan membunuhnya. Hanya memberi beberapa pelajaran yang bisa membuatnya mengerti tentang arti hidup."

"Ppfftt....." Ketika mendengarkan perkataannya, aku sontak tak bisa menahan tawa. Mereka terhenti dan menatapku dengan aneh.

"Aduh, bisa bisanya Clara membawa orang bodoh seperti kalian kesini."

Mereka langsung terkejut mendengarku berbicara.

"Hah! Ka-kau tidak bisu?"

Aku menatap mereka dengan lucu.

"Apa aku terlihat seperti itu?" Tanyaku lagi.

"Dasar brensek. Dia ternyata menipu kita!" Pria kekar didepan maju dengan penuh amarah. Sementara aku sendiri hanya berdiri ditempat. Melihat ke arah cctv. Aku berada disebuah sudut dimana tidak bisa dijangkau olehnya.

Setelah memastikan semuanya aman.  Akupun tersenyum sinis ke arah pria di depanku.

"Kalian yang datang sendiri ke sini. Jangan berpikir untuk kembali." 

Terpopuler

Comments

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Nice....

2022-04-21

0

Anwar Kewer

Anwar Kewer

ttp semangat jangan kendur n lanjut thor 😁😁

2022-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!