"Ting ting!" Bel pintu pun berbunyi. setelah mendengar itu. Aku yang sedang menyiapkan sarapan di atas meja, langsung pergi untuk membuka pintu.
Ternyata sudah ada Felicia didepan dengan tampangnya yang imut. Yah, dia Felicia. Meskipun dia ini imut atau lucu. Tapi dia juga dua tahun lebih tua dariku. Namun begitulah kesan dari wanita ini. Semua orang selalu terpikat karena daya tariknya ini. Mereka mungkin tidak akan tahu, kalau wanita ini punya rahasia besar yang ada dalam dirinya.
Aku membungkuk sedikit dan menyambutnya dengan ramah. Memberi senyum seri seperti biasa.
"Huh! Kau sangat manis Alfin." Felicia tersenyum menggoda ke arahku. Dia juga menyentuh daguku dengan lembut hingga aku ingin menghindar. Entah kenapa, aku tidak ingin di sentuh oleh mereka. Tapi, yang aku lakukan malah sebaliknya. Yakni menunduk malu, seperti anak polos (seperti biasa, sandiwara).
"Felicia, kau sudah datang?" Terdengar suara Clara dibelakang. Felicia melirik ke belakangku. Aku juga berbalik.
Clara datang dengan penampilannya yang anggun dan elegan. Dia benar benar sangat cantik dan seksi. Aura kedewasaannya benar benar akan membuat pria manapun tak bisa memalingkan muka.
Namun, saat dia menatapku. Aura dingin pun menyebar. Seolah dia tak ingin aku berada disini. Aku seperti pengganggu di matanya.
"Clara!" Felicia berlari ke pelukan Clara. mereka pun berpelukan cukup erat. Dan Clara mengelus punggungnya dengan lembut.
"Tidak apa apa. Aku baik baik saja."
Meskipun Clara mengucapkan itu, namun Felicia tidak berhenti menangis, dia menggelengkan kepala diantara dua belahan dada Clara sambil meneteskan air mata.
"Clara, kau tidak tau seberapa khawatirnya aku. Kau benar benar membuatku takut." Felicia justru semakin memeluk Clara dengan erat. Tatapan Clara pun semakin lembut. Dia melepaskan Felicia dengan pelan dan menyeka air matanya. Tapi sekali lagi dia menatapku dengan dingin.
"Sedang apa kau disitu?"
Padahal aku hanya melihat mereka. Mengapa tidak bisa?
Aku langsung menundukkan dengan patuh. Dan pergi dari hadapan mereka. Felicia menatapku sambil mengerutkan kening. Tapi aku hanya tersenyum padanya.
"Ada apa? Apakah kalian sekarang punya hubungan?" Clara bertanya dengan alis berkerut.
"Ah, bagaimana menjelaskannya yah. Sepertinya agak panjang untuk diceritakan. Bagaimana kalau kita duduk dulu." Senyum Felicia. Mereka berdua pun duduk di sofa ruang tamu.
"Tunggulah disini. Aku akan segera kembali." Clara pun berdiri. Aku yang tengah mengintip dibalik dinding langsung bergegas dan berpura pura mencari pekerjaan.
Clara datang kehadapan ku dan menunjukan ponselnya yang sudah berisi beberapa kata ketikan.
"Cepat kau sediakan minuman untuk kami berdua!"
Aku mengangguk dengan patuh dan tidak berani menatapnya (sandiwara). Lalu dia mengetik lagi.
"Cepat. Aku tidak mau menunggu." Dia langsung pergi setelah mengatakannya. Wanita ini benar benar tidak menghargai ku. Aku menatap punggungnya dengan diam. Dan seperti apa yang dia perintahkan. Aku pun menyediakan mereka minuman.
Ini adalah jus jeruk yang memang sudah disediakan. Setelah membuatnya, aku membawa dua gelas untuk mereka diluar. Namun ketika mendekati Clara. Kakiku tiba tiba tersandung, dan aku terjatuh. Otomatis gelas minuman yang ku bawa jatuh menimpa bajunya.
"Pang" gelas pun pecah saat menyentuh lantai. Aku tidak percaya dengan apa yang terjadi. Clara pun terlihat sangat kaget.
Astaga, ini benar benar masalah. Aku langsung mengambil tisu dan hendak mengelapnya, tapi dia malah menghempas tanganku.
"Pergi! Dasar, kau bahkan tidak bisa melakukan pekerjaan sekecil ini!" Sontak emosi Clara meluap.
Felicia yang juga kaget segera mengambil tisu dan mengelap baju Clara. Bedanya disini, Clara tidak menolaknya.
"Sudahlah Clara, dia mungkin kelelahan. Kamu jangan marah marah lagi padanya." Felicia berkata dengan penuh perhatian.
"Bagaimana aku tidak marah padanya. Memang orang ini selalu membuatku naik darah. Makin lama orang ini makin kurang ajar."
"Clara....." Felicia memanggil namanya dengan pelan. Tentu dengan tatapan penuh kasih. Akhirnya Clara berhasil menenangkan diri berkat dia.
"Pergi dari sini. Sebelum aku berubah pikiran."
Tapi dia tetap menatapku dengan tajam dan berbicara dengan nada sarkastik. Aku tidak mengucapkan apapun. Hanya diam, mengangguk dan pergi dari mereka.
Aku berjalan pelan menuju meja makan. Makin hari Clara makin menjadi jadi. Dia tidak menghargai ku bahkan sampai menganggap ku sebagai anjing. Ini adalah penghinaan besar bagiku. Aku harus menyusun rencana agar aku dapat membalas perbuatannya dengan hasil yang setimpal.
Setelah sarapan. Aku menuju ke tempat bang Abdul. Aku harus memastikan keadaan disana. Setelah kejadian semalam, bang Abdul dan Fano pasti berada dalam situasi tegang. Aku tidak sabar Melihat wajah pucat mereka. Tidak perduli apakah Clara mengetahui kepergianku atau tidak. Yang terpenting, aku harus pergi ke tempat aku bekerja.
******
"Apa! Si pecundang itu membantumu melarikan diri?" Clara terkejut mendengar cerita Felicia yang mengatakan Alfin adalah orang yang menyelamatkannya.
"Benar. Kalau tidak ada Alfin waktu itu. Aku mungkin sudah di tiduri oleh Fano. Clara, mungkin kau harus mengubah pandanganmu tentang Alfin. Meskipun dia orang yang kekurangan, tapi dia juga pria sejati ."
"Felicia, berhentilah membahas si pecundang itu. Mendengarnya saja membuatku muak." Bantah Clara yang enggan mengakuinya.
"Clara.... Apa kau sungguh hanya menganggap Alfin sebagai sampah?" Felicia bertanya dengan nada sedih.
"Tentu saja. Jika bukan karena ibuku yang menginginkan aku menikah, kau pikir aku mau melakukannya. Kau tau kan, aku hanya mencintaimu seorang. Aku tidak mencintai siapapun lagi."
Felicia diam tak mengatakan apapun lagi. Pandangan Clara terhadap Alfin, sudah tak bisa diperbaiki lagi.
"Bagaimana kalau kita jalan jalan?" Tanya Clara dengan senyuman. Felicia pun juga mengangguk memenuhi keinginannya. Entah apa yang dipikirkannya. Tapi wajah Felicia menunjukan sedikit rasa kasihan.
******
Lima menit telah berlalu. Aku sampai ke tempat dimana aku bekerja. 1 hari sebelum tempat ini hancur. Waktu itu aku dihadang oleh Fano atas apa yang kulakukan kemarin. Aku menolong Felicia dan tentu membuatnya sangat marah. Aku penasaran, apakah dia masih ada atau tidak hari ini.
Pas aku masuk. Aku melihat nyonya Feni memerintah para karyawan. Aku masuk dan bertanya. Mengetikan beberapa kata di ponselku.
"Oh, bos Abdul mempunyai beberapa urusan bisnis. Jadi dia pergi keluar kota untuk beberapa hari kedepan." Jawab nyonya Feni dengan isyarat tangannya.
Hahaha.... Ketika aku membaca balasan dari nyonya Veni, aku tertawa dalam hati. Bang Abdul pergi untuk urusan bisnis? Siapa yang akan percaya? Dia itu pergi untuk melarikan diri!
Dan sekarang, tanggung jawab kepemimpinan bos sekarang diserahkan kepada nyonya Veni.
Tiba tiba nyonya Veni mengatakan sesuatu menggunakan isyarat tangannya.
"Aku ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Mari kita cari tempat yang tenang dulu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Asyiek....
2022-04-21
0
Anwar Kewer
ttp semangat jangan kendur n lanjut thor 😁😁
2022-03-29
1
Ftm
buat cerai thor dan berubah jadi dingin thor katanya balik ke masa lalu kok gak yg berubah sih ya harus ada donk dong thor
2022-03-29
8