Aku diam dengan keringat menetes. Butuh waktu bagiku untuk tenang dari situasi ini. Apakah tadi, sewaktu aku terkikik dia mendengarnya. Apakah dia sekarang sudah menyadari kalau sebenarnya aku tidak bisu?
"Hei, aku tanya padamu. Darimana saja kau!" Clara mulai menaikan volume suaranya. Aku segera mengetik.
"Maaf, aku tadi baru pulang dari kerja."
Tiba tiba kening Clara berkerut. Wajahnya menunjukkan kemarahan yang luar biasa. Dia langsung menghempaskan ponselku.
"Br*nsek kau Alfin!"
Clara langsung menendangku dibagian perut. Tapi aku mundur. Namun kaki Clara yang dibelakang malah berputar 360 derajat dan lalu menghantam tulang rusukku. Aku sampai terhempas ke dinding. Tubuhku menggigil karena rasa sakit yang tak tertahankan. Saat aku tengah berusaha bertahan, Clara datang dan mencekam leherku dan menekannya didinding.
"F*ck you Alfin. Bisa Bisanya kau bekerja kepada orang lain padahal kau masih anjingku." Cekikan Clara dileherku semakin erat. Aku berusaha bernapas dan ingin melepaskan diri. Tapi aku sadar, dia pasti akan langsung menyadarinya. Akhirnya aku hanya pasrah menerima nasib yang diberikan padaku. Dan juga, aku tahu kalau Clara tidak mungkin membunuhku.
Aku semakin berkeringat. Sampai akhirnya Clara melepaskanku barulah bisa bernapas. Wanita gila itu, dia kembali mengambil tali cambuk. Mengepak ngepak di tangannya. Saat hendak mencambukku, telponnya berbunyi.
Clara terhenti. Dia menjawab telponnya. Terdengar suara tidak asing dari balik ponsel tersebut.
"Sayang, apakah kamu sudah tidur?"
Clara tersenyum lembut ketika mendengar suara manja Felicia. Dia menjawabnya dengan nada hangat pula.
"Memangnya ada apa? Mengapa kau meneleponku malam malam begini?"
"Uh, ini. Tadi terjadi masalah ditempat aku bekerja."
Tiba tiba wajah Clara menjadi dingin.
"Felicia, apakah ada yang mengganggumu?"
Felicia terrdiam sejenak didalam telepon. Wajah Clara sudah menghitam. Terdapat ekspresi marah diwajahnya. Aku menduga, kalau Clara memang sudah menyadari itu. Dia langsung berbicara lagi.
"Kau tunggulah disitu. Aku akan datang." Clara mematikan teleponnya. Setelah itu, ia mengambil baju jaket miliknya lalu pergi meninggalkan kamar. Aku terdiam sejenak. Menghela napas. Dia pergi begitu saja. Seolah tak terjadi apa apa.
Aku berdiri, melihat kearah jendela. mobil Clara melaju kencang. Sebenarnya aku ingin tidur sekarang. Tapi situasi ini membuatku curiga. Jika tidak salah, ada insiden seperti ini dimasa lalu.
Aku pun mengambil sweater hitam miliku yang tersimpan di lemari. Memakainya, dan memakai penutup kepala agar tidak mudah untuk dikenali. Aku keluar dari jendela, dengan kemampuan memanjatku, aku dengan mudah sampai ke atap. Lalu aku pun lari mengikuti mobil Clara, karena inilah satu satunya cara. Malam hari seperti ini, begitu jarang mobil taksi yang lewat. Mobil Clara melaju ke persimpangan jalan, aku pun mengikutinya dengan lompat dari atap atap. Tubuhku yang tak bisa membaur dengan pengalamanku membuatku agak kesusahan dan beberapa kali hampir membuatku terjatuh.
Namun pada akhirnya, aku berhasil menyusul mobil Clara yang berhenti didepan apartemen Felicia. Saat itu aku berhenti di atap sebuah apartemen lain. Memperhatikan Clara dari kejauhan yang mulai masuk ke apartemen itu. Terlihat Felicia membukakan pintu. Dia menangis seolah ketakutan, sementara Clara dengan sigap membawanya kepelukan. Mereka pasangan yang cukup romantis. Sayangnya, pelukan kasih sayang yang nyeleneh untuk sesama jenis membuatku agak geli.
Setelah itu, keduanya pergi ke ruang tamu. Mereka berpapasan di bagian jendela sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas. Terlihat Felicia yang menceritakan pengalamannya sambil menahan tangis.
Lalu setelah itu Clara yang memukul meja dengan marah.
"Aku akan menemui mereka." Ucap Clara dengan geram.
"Tidak Clara, nanti kau kenapa Napa!" Felicia berusaha menghentikannya dengan khawatir. Namun Clara malah tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Lalu ia meraih wajah Felicia dan menciumnya. Felicia cukup terkejut dengan gerakan itu tiba tiba, namun seketika dia juga menikmati ciuman itu.
Adegan itu entah kenapa membuatku kesal. Ingin sekali kulempar mereka dengan batu. Namun aku malah tidak melakukan apa apa.
Setelah itu, Clara turun dan menjalankan mobilnya. Aku tahu kemana dia akan pergi. Dan aku mendengar apa yang mereka bicarakan tadi. Segera setelah Clara pergi, kebetulan sebuah taksi pun melintas. Aku segera turun, cukup melelahkan juga mengejar mobil Clara tadi sampai kesini. Apalagi mengejarnya sampai ketujuannya lagi kali ini. Energiku akan habis terpakai saat mengejarnya.
Untungnya taksinya juga berhenti ketika kuhentikan. Aku menyuruh Supir untuk mengikuti mobil Clara dan supir pun melaksanakannya tanpa banyak bertanya.
Mobil Clara melaju dan berhenti di tempat di mana aku bekerja. Dia masuk dengan cepat. Aku menyebutnya begitu ceroboh. Dia tidak tau masuk kesarang apa. Meskipun bang Abdul hanyalah pria gemuk yang pengecut. Namun tidak ada yang mengira seberapa liciknya dia dengan permainan kata katanya. Ini adalah salah satu kejadian besar di masa lalu, setelah insiden pengejaran Felicia. Dimana Clara diperkaos secara brutal, dia jatuh didalam jebakan bang Abdul dan di perkaos rame rame.
Insiden itu memicu perang berdarah dan hancurnya tempat ini. Dan lebih jauh lagi, ini juga mengakibatkan peperangan antar keluarga besar di kota ini. Clara yang depresi, melampiaskan semuanya kepadaku. Lalu itulah yang membuatku melarikan diri. Setelah itu, aku tidak mendengar kabar Clara untuk waktu yang lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Terus...
2022-04-21
0
~RuMURU~
ngeri cuy
2022-04-15
0