Tentu aku tahu wanita yang kulihat ini. Dia memang sangat familiar bagiku. Felicia, dimasa lalu dia adalah kekasih gelap dari Clara. Yah, Clara adalah seorang lesb* yang tertarik antar sesama jenis. Felicia bekerja disini sebagai penyanyi. Tapi bagiku dia adalah wanita yang sangat misterius. Dimasa lalu dia banyak membantuku. Dia adalah wanita yang punya belas kasihan tinggi dan beberapa kali melindungiku dari sikap kejamnya Clara. Meski begitu, semakin lama aku dekat dengannya, semakin aku tahu kalau wanita ini bukanlah wanita biasa. Hanya saja, aku tidak sempat mengetahuinya karena kecerobohan ku sendiri waktu itu.
Mungkin sekarang, aku punya kesempatan untuk mendekatinya lebih dekat.
Aku melirik ke sana sini. Oh, ternyata ada botol minuman kosong. Aku mengambilnya. Yah, seperti ini. Aku dan Felicia dulu saling mengenal dari kejadian seperti ini. Awal kami dekat yaitu karena aku menyelamatkannya dari vano yang ingin melecehkannya.
Setelah itu, Felicia mulai membantuku dengan alasan ingin membalas kebaikanku.
Ini adalah salah satu kejadian yang tidak bisa kuubah menurutku. Karena setelah ini, beberapa hasil positif yang akan terjadi telah kupikirkan.
Aku menggenggam botol itu dengan erat. Lalu mengayunkannya ke kepala Vano.
"Patc" botol pun pecah, darah mengalir deras. Ketika vano tengah menggeliat memegangi kepalanya. Aku meraih tangan Felicia kemudian melarikan diri keluar dari pintu belakang. Aku berlari, sementara Vano memerintahkan anak buahnya untuk mengejar kami. Kami lari ke hutan sampai tidak ada yang menyusul. Disitulah aku berhenti, badanku gemetar karena luka luka ku yang perih. Felicia juga berhenti karena lelah.
Sementara aku mencari pohon untuk bersandar dan duduk disana sambil memegangi perutku.
"Apa kau baik baik saja?" Felicia memandangiku. Aku hendak menjawabnya, namun seketika aku sadar kalau aku harus bersandiwara. Aku pun lalu memandanginya dengan bingung.
Felicia menyadari itu. Lalu mengeluarkan ponselnya.
"Terima kasih telah menyelamatkanku. Tapi, kau baik baik saja?" Dia bertanya dengan wajah agak khawatir.
Aku mengangguk dan tidak mengatakan apapun.
Dia lalu menatapku, kemudian menunjukan senyumnya. Baru kusadari, berapa kali pun aku menatapnya. ternyata senyum gadis ini sangat manis hingga membuat hatiku melupakan traumaku untuk sesaat.
Lalu dia mengetik lagi.
"Kau Alfin kan?. Aku melihatmu saat dirumah Clara. Kurasa Clara salah tentang dirimu, dia bilang kalau kau adalah pengecut. Tapi ternyata, kau juga cukup jantan." Dia mendekatkan wajahnya padaku. Setelah terbuaikan oleh godaannya untuk sesaat, aku pun sadar. Bahwa Felicia mempunyai satu ke ahlian yang sangat berbahaya.
Felicia, umurnya mungkin saat ini 21 tahun. Tingginya mungkin hanya 160 cm. Dia adalah gadis mungil dan manis yang dapat membuat semua pria berada didalam kendalinya. Gadis satu ini mempunyai keahlian akting yang melampaui banyak aktris. Tapi dari situlah aku curiga, bahwa latar belakang gadis ini tidak biasa.
Dan satu satunya yang bisa membuatnya luluh adalah dengan ke polosonku yang dulu. Felicia adalah gadis yang sudah mengalahkan banyak cowok Fu*kboy atau badboy. Dia juga kadang mempermainkan cowok polos dan culun. Dia mungkin juga mempermainkan ku dulu. Namun hanya itulah salah satunya cara untuk mendekatinya. Berpikir bahwa aku adalah pria polos dan pengecut namun berusaha untuk melindungi seorang wanita, itu dapat membuat Felicia terkesan.
Aku memasang tampang malu malu, wajahku memerah. Dan Felicia langsung tersenyum lucu.
"Ternyata kau juga imut rupanya kalau sedang malu." Dia menahan tawa sambil melirikku yang memasang tampang malu. Tapi dia langsung terdiam saat melihat luka lebam di bahuku. Dia langsung menutup mulutnya yang ternganga. Dengan cepat dia membuka baju dan melihat bahuku yang memang sudah dipenuhi banyak bekas cambukan.
"Astaga! Apakah Clara yang melakukan ini padamu." Dia bertanya dengan wajah terkejut. Tapi aku menggeleng dan tersenyum. Berbicara dengan isyarat tangan.
"Tidak apa apa. Aku baik baik saja.".
Dia kemudian mengelus kepalaku seperti anak kecil.
Beraninya wanita ini? Aku berusaha menahan emosi dibalik tampangku yang malu. Bisa bisanya wanita ini memperlakukan seperti anak kecil!
"Alfin, kau benar benar pria berhati baik. Entah kenapa aku mulai tertarik padamu. Sini, biar aku kakak yang membantumu berdiri." Felicia lalu merangkul tanganku dan meletakkannya di punggungnya. Kami pun berjalan berdua melewati hutan. Sampai akhirnya kami menemukan jalan raya. Dan menghentikan mobil taksi. Sang supir menatap kami dengan aneh, namun dia tetap profesional dan menanyakan arah yang akan kami tuju.
Aku menunjukan ponsel yang telah kuketik, didalamnya bertuliskan tempat dimana kediaman Clara berada.
Felicia mengerutkan kening lalu menatapku.
"Kau akan pulang?"
Aku mengangguk. Namun tiba tiba Felicia menunjukan raut terkejut.
"Kau dapat mengerti ucapan ku?"
Aku tertegun, ketahuan yah. Aku harus mencari alasan. Aku langsung segera mengetik.
"Aku hanya dapat memprediksi pergerakan bibir."
Tiba tiba wajah Felicia memerah, dia menunjukan wajah tersipu.
"Ja-jadi, kau memperhatikan bibirku dari tadi?"
Aku segera menggeleng kepala dan tanganku. Mengatakan dengan bahasa isyarat
"Kau salah paham. Aku tidak berpikir sejauh itu."
"Ppfftt....." Tiba tiba gadis itu tertawa lucu.
"Kau sangat manis kalau seperti itu." Felicia tertawa menunjukan wajah polosnya. Aku juga tersenyum melihatnya seperti itu.
Hei? Bukankah gadis ini sudah sangat profesional? Aku saja pria umur 40 an ini sempat tergoda padanya. Padahal selama ini banyak sekali wanita yang berusaha merayuku tapi tidak ada yang selihai ini.
Ini semakin memperkuat kecurigaan ku. Felicia memang bukan gadis biasa.
Kami pun sampai di rumah megah milik Clara. Aku turun dari mobil, berjalan masuk. Sementara Felicia menunjukan kepalanya ke jendela mobil.
"Alfin, sesekali mari kita minum bersama." Gadis itu tersenyum dengan wajah imutnya.
Aku juga melambaikan tangan padanya. Lalu mobil taksi pun melaju pergi.
Sepertinya Felicia tidak menyadari aktingku. Ini bagus, aku harus menjalani ini dengan baik. Sebaik baiknya akting wanita itu, aku harus bisa menyainginya. Bukan hanya sekedar menjalankan peranku dimasa lalu. Tapi, aku harus mendekati gadis itu dan harus mendapatkan informasi yang kuinginkan.
Perlahan, aku membuka pintu. Clara membagikan pinnya padaku. Lalu dengan hati hati aku pun menuju ke kamar.
"Kriiiiiiieeett....." Pintu terbuka perlahan. Aku mengganti pakaian, dan membasuh tubuh di kamar mandi. Setelah itu memakai baju baru dan bersiap untuk tidur. Kebetulan lampunya mati. Sepertinya Clara tidak ada. Aku menyalakan lampu sambil terkikik senang. Tapi ketika aku berbalik, aku sudah melihat Clara yang duduk diatas ranjang dengan pakaian tidurnya. Dia melihat tangannya didada dan menatapku dengan dingin.
"Dari mana saja kau."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Ayo...
2022-04-21
0