Kembali Ke Masa Mudaku
25 February, 2042. Laut Cina Selatan, perbatasan laut Tionghoa. Kapal pesiar Ken Adventure 051.
Pinggiran kapal.
"Gyuuurr" Aku mendengar suara retak tulangku saat tubuhku dibanting didinding. Perlahan aku membuka mata. Aku sadar aku tengah berada dipinggiran kapal pesiar milikku sendiri. Tanganku dalam keadaan terikat, dan tubuhku mati rasa dipenuhi luka luka yang cukup parah. Saat ini posisiku dalam keadaan berlutut tak berdaya. Aku tak percaya ini, aku, berada dalam posisi ini?
"Tak. tak. tak." Tiba tiba terdengar suara langkah kaki. Aku mendongak, melihat seorang pria tampan dengan badan tegap berjas hitam menuju ke arahku. Aku tahu siapa dia, dia adalah tangan kananku sendiri, Nicholas Ren. Seorang pria asal Turki yang menjadi bawahanku selama sepuluh tahun ini. Tapi bukan itu yang membuatku terkejut. Melainkan wanita disampingnya. Seorang wanita yang sempurna dengan gaun merah yang dipakainya serta roknya yang pendek dan ketat menampilkan tubuhnya yang seksi dan mont*k. Dia istriku. Tapi, apa apaan dia!
'Viona!' Mataku membelalak saat melihatnya bersama Nicholas. Dan yang terpenting lagi. Mereka terlihat sangat mesra. Tangan Nicholas yang merangkul pinggang seksi Viona perlahan turun ke ****** dan secara pelan merem*s lembut benda empuk itu hingga membuat Viona mendesah malu.
"Sa-sayang, dia sedang melihat kita. Bukankah tadi kau sudah cukup puas?" Viona berkata malu namun wajahnya sudah memerah. Ini membuatku semakin marah. Urat urat didahiku timbul tidak perduli dengan darah yang bercucuran. Namun aku sadar, bahwa saat ini mulutku sedang dibungkam oleh lakban.
Viona bersembunyi dibelakang Nicholas seolah dia takut padaku. Namun sebaliknya, Nicholas malah tersenyum sinis terhadapku.
"Huh, apa yang kau takutkan? Dia sudah tidak bisa apa apa lagi sekarang. Lagian, bukankah sebentar lagi dia akan mati?"
Mataku semakin membelalak. Nicholas mendekatiku dan sampai kehadapan ku. Saat itu, tanpa aba aba dia langsung menendangku hingga aku tersungkur dilantai.
"Si brensek ini. Bisa juga dia bertahan dari obat itu. Memang, si penguasa Asia tidak bisa diremehkan begitu saja. Tapi sayang sekali yah...." Nicholas tertawa getir. Lalu dia meraih daguku dan mengangkatnya.
"Plak" Dia menamparku dengan keras hingga aku tidak tahu mana letak daratan dan langit. Semuanya berputar.
"Lihatlah ini, si berensek ini mengotori tanganku dengan darahnya yang kotor." Nicholas mengelap tangannya ke lantai dengan jijik.
"Sa-sayang, kau baik baik saja?" Sementara Viona datang dengan cepat membersihkan tangan itu. Dia berbicara dengan suara pelan.
"Bukankah sudah kuberi tahu? Biarkan anak buahmu saja yang mengurusnya."
"Tidak perlu Viona. Biar aku saja yang mengurus pria ini. Dia membuatku muak dengan sikap dinginnya selama ini. Lihatlah dia sekarang. Bagaimana keadaannya sekarang yang bahkan lebih rendah dari pada sampah." Nicholas tak berhenti menginjakku dengan sekuat tenaga hingga akupun sendiri lemas tak bisa bergerak. Dia kembali meraih kepalaku dengan genggamannya. Lalu mengangkatku, tanpa ragu dia bahkan meludahiku dengan begitu percaya dirinya.
"Bukankah ini menyenangkan?" Dia menyeringai. Lalu melepas lakban dimulutku dengan kasar.
"Nicholas! Mengapa kau melakukan ini!" Aku berteriak keras. Meluapkan kemarahanku dalam satu kalimat dan tatapan yang tajam. Namun dia malah tertawa melihatku seperti itu. Sejak kapan dia meremehkan ku begini? Dan bagaimana bisa dia menyentuh istriku sesukanya.
"Apa yang kau lakukan dengan istriku!"
"Diam!"
"Bhuak" Nicholas kembali meninjuku dengan penuh emosi. Sampai sampai aku merasa tulang leherku seperti berputar. Aku memuntahkan apa yang ada dimulutku meskipun itu kosong. Napasku sesak, hingga sulit untuk menarik napas. Rasanya aku mau mati saja. Tidak ada kekuatan, mungkin ini dikarenakan obat yang dikatakan Nicholas tadi.
"Kau tau? Butuh banyak sekali perjuangan hingga aku bisa membuatmu seperti ini. Aku bahkan harus kelelahan mencari obat ini." Nicholas menunjukan sebuah botol kecil. Bertuliskan Farmasi J yang tertempel di botol itu.
Tunggu! Farmasi J? Seketika aku menyadari satu hal lagi.
"Ni-nicholas? Ka-kau bersekongkol dengan Yusman?"
Yusman adalah musuh bebuyutan ku yang selama ini ingin kukalahkan.
"Hahaha..... Alfin Kenjiang, meskipun kau saat ini dalam keadaan begitu menyedihkan. Ternyata otakmu masih bekerja dengan baik. Memangnya kenapa jika aku bekerja sama dengan Yusman. Menurutku ini sepadan. Lagi pula, bukan hanya aku yang berperan penting dalam rencana ini. Tapi.... Istri kesayanganmu juga ikut membantuku." Nicholas berdiri, merangkul pinggul Viona. Saat ini Viona memberikan senyuman bangga. Dan juga terdapat ekspresi tersipu diwajahnya.
"Vi-viona? Mengapa kau melakukan ini padaku? Apakah aku pernah berbuat salah padamu?"
Viona langsung menunjukan kejijikan dibibirnya. Dia pun memainkan ujung rambutnya sendiri.
"Aku benar benar terpaksa menikahimu. Kau benar benar percaya diri dengan tampang yang kau punya. Kau tidak sadar pada dirimu sendiri betapa rendahnya kamu."
Aku menggertakan gigi dengan penuh kebencian. Terpaksa katamu? Padahal selama ini aku telah menolak banyak wanita yang bahkan memberikan nyawanya padaku. Kau bilang terpaksa? Aku seketika naik darah.
"Brens*k! Dasar kau wanita jal*ng! Padahal aku sudah percaya padamu selama ini! Mengapa kau melakukan hal padaku! Mengapa! Mengapa mengapa!" Ekspresi Viona berubah drastis. Dari wajah dingin entah kenapa terlihat wajah penyesalan. Tapi tiba tiba Nicholas mendekatkan wanita itu padanya. Aku yang sedang berteriak, malah ditendang kearah lautan. Aku pun terjatuh. Saat itu aku masih terbengong. Apakah aku akan mati. Lalu tiba tiba aku terrgantung. Aku bahkan berteriak kesakitan karena lenganku remuk. Ada sebuah rantai yang tersambung dalam ikatanku. Tanganku yang berada dibelakang seketika tertarik keatas. Itu rasanya sangat sakit sampai sampai aku tak bisa membayangkannya. Seperti rasanya tulang bahuku ingin sekali terputus.
Lalu wajah Nicholas terlihat diatas sana. Dia melambaikan tangannya dengan senyuman senang. Lalu meraih kepala Viona dan menciumnya. Mereka berciuman dengan mesra diatas sana. Sedangkan aku masih bergantung dengan menahan amarah. Lalu tiba tiba tubuhku terjatuh lagi. Ternyata ujung rantai itu terdapat bola besi yang sangat berat. Aku sampai jatuh kedalam laut dan tak bisa berenang keatas karena beban besi tersebut. Entah berapa dalam lautan itu. Aku merasa lautan ini sangat dalam hingga tidak ada dasarnya. Aku yang kehabisan napas perlahan menutup mataku. Semakin melemah bahkan aku tahu kalau saat ini aku tak bernapas lagi. Ini merupakan pengalaman terburuk yang pernah ada dalam hidupku. Aku tidak pernah mempercayai ini. Tapi mau bagaimana pun, semuanya adalah nyata. Kalau aku dibunuh oleh tangan kananku sendiri bahkan istriku pun membantunya.
Aku sangat kecewa. Jika saja aku masih punya kesempatan. Aku ingin membalas dendam pada mereka. Tapi yah, umurku saat ini sudah 40 tahun. Mungkin ini adalah akhir dari semuanya. Akhir dari kehidupanku yang panjang. Namun berisi pengalaman yang begitu padat. Terima kasih Tuhan, engkau telah memberikan pelajaran dalam kehidupan ini. Seandainya nanti ada kehidupan selanjutnya, aku ingin menjadi lebih baik.
Aku bersiap menutup mata. Namun tiba tiba ada tangan yang menarik kerahku. Setelah itu....
"Plak"
Terdengar suara tamparan yang keras. Pipiku langsung memanas dibagian kiri.
"Bajingan! Cepat bangun!"
Aku merasakan tendangan diperutku. Seperti sesuatu yang tajam menghantamnya.
"Gyuurrr"
"Hah....!! hah....!! hah.....!! Aku langsung terbangun dengan napas yang sesak. Badanku basah, tapi rasanya sangat dingin. Ternyata seseorang menyiramku dengan air es. Namun bukan itu yang kupikirkan, melainkan gambaran Nicholas membuangku ke dasar lautan masih terngiang dikepalaku. Apakah itu cuma mimpi? Tidak, itu bukan mimpi. Saat ini mungkin aku telah diselamatkan. Tapi bagaimana caranya? Seingatku besi itu sangat berat hingga mencapai beberapa ton. Bagaimana bisa ada yang menolongku di lautan sedalam itu. Dan juga, Ukh... badanku lemas sekali. Dimana ini? rasanya aku kenal tempat ini.
"Plak" Pipi kiriku sekali lagi menjadi perih.
"Bangs*t! Kau tidak memperhatikanku yah? Sudah berani kamu rupanya."
Suara itu? Aku mendongak, mataku membelalak melihat wajah orang yang menampar ku. Dia seorang wanita, tapi wanita ini....
Bagaimana bisa dia masih hidup? Seharusnya dia ini sudah mati kan? Apakah ini ilusi? Atau sekedar kilas balik kematian? Yang terpenting, mengapa setelah mati masih merasakan rasanya pipi perih setelah ditampar?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Hadir....
2022-04-21
0
Magri Aditya
nzut
2022-04-14
1
Umy Renawati
mantap
2022-04-11
1