#17

Musim pancaroba memang tidak bisa dipastikan kapan hujan kapan panas, tadi pagi terang benderang sekarang tiba-tiba hujan lebat, Seperti sekarang ini.

Lula yang baru saja keluar dari kelas enam setelah memberikan materi tambahan bagi siswa kelas enam yang akan menghadapi UN mendapati suasana kantor yang tidak berpenghuni, ia duduk di ruangan itu sendirian.

Hujan lebat disertai dengan guntur dan petir saling bersahutan menyambar,

Duarrr!

Suasana seketika menjadi gelap, Listrik padam, angin bertiup kencang menerbangkan kertas-kertas yang ada diatas meja. Ihh..horor banget sih, Lula menjerit seraya memanjatkan do'a,

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

"Subhanalladzi yusabbihur ro'du bi hamdihi wal mala-ikatu min khiifatih," (Mahasuci Allah yang mensucikan petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya).

Perasaan Lula menjadi semakin takut sendirian, apalagi rumor yang beredar kalau dari ruang perpustakaan kadang ada sekelebat bayangan, hii...bulu kuduknya menjadi berdiri.

Lula melepaskan sepatu dari kakinya, menggantinya dengan sandal jepit, kemudian mengambil payung untuk dipakai. Ia melangkah keluar dari kantor dan mengunci pintu lalu pergi meninggalkan gedung itu. Suasana kampung sangat mencekam.

Kampung ini seperti kampung mati, aku mau mampir ke rumah Mbah Kasri saja. Batin Lula.

Lula melangkahkan kaki menyusuri jalanan yang tergenang air hujan menuju ke rumah milik Mbah Kasri kakaknya Mbah Tari neneknya Lula.

Sampailah Lula di depan pintu sebuah rumah kuno model Joglo, rumah tradisional khas Jawa Tengah, ia menggantungkan terbalik payung yang dipakainya pada sebuah paku yang tertancap di dinding depan rumah itu.

Kebiasaan Lula di rumah itu sama seperti di rumahnya sendiri, dia mengucap salam berbarengan dengan masuk ke dalam tanpa mengetuk terlebih dahulu, pintu rumah itu memang tidak pernah dikunci.

"Assalamu'alaikum" sapa Lula, yang menjawab salam mungkin cuma malaikat atau jin, hehe...

Tidak ada jawaban dari dalam rumah itu, mungkin mereka sudah pada tidur di dalam kamar. Lula masuk ke dalam dan tiduran di sofa ruang tamu tanpa sepengetahuan sang pemilik rumah hingga tertidur turu-turu ayamb(tertidur tetapi masih bisa mendengar suara-suara di sekitar).

Terdengar pintu tengah yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang tengah dibuka,

geriitt...

Seorang pria berumur sekitar 30an tahun keluar, dia nampak menautkan kedua alisnya melongok sosok wanita yang meringkuk di atas sofa.

"Lula tidur di sini," gumam pria itu.

*******

Dalam mimpinya Lula mendengar ada orang yang memanggil-manggil namanya berulang kali.

"Ih bocah perawan, dibangunkan dari tadi kok ngebo, Lula ayo bangun sudah mau jam lima ini, kamu belum sholat kan?" Ikha membangunkan Lula sambil menggoyang-goyangkan tubuh Lula.

Ternyata itu bukan mimpi, Lula mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia melihat ke sekeliling, hujan sudah reda, dari balik jendela nampak siang itu tak sekelabu tadi saat hujan. Matanya kembali beradu pada perempuan yang duduk disampingnya yang membangunkannya sejak tadi.

"Jam berapa, Wo?" tanya Lula pada Ikha.

Usia Ikha hanya terpaut dua tahun diatas Lula, namun karena Ikha adalah kakak sepupu maknya Lula Mak Kulsum tetap saja ia harus memanggil Ikha dengan panggilan Wo, begitupun dengan Ikha yang memanggil ibunya Lula dengan hanya menyebut namanya saja tanpa embel-embel.

"Jam Lima kurang seperempat, cepat bangun gih!" jawab Ikha.

Dengan rasa malas yang menggelayuti tubuhnya, Lula duduk selama beberapa saat untuk sekedar mengumpulkan nyawanya. Kemudian ia berdiri dan melangkahkan kakinya ke ruang belakang.

"Masak apa, Wo? perutku laper." tanya Lula sambil berjalan.

Ikha tidak menjawabnya," Nggak sholat dulu, Lul?" tanyanya saat mendapati Lula sudah duduk di depan meja makan.

"Makan dulu saja deh, Wo. Daripada pas lagi sholat keingat makan, mendingan pas makan keingat sholat, hehe..." jawab Lula cengengesan.

"Terserah kamu deh," Ikha pasrah.

Ikha berjalan menghampiri rak piring, mengambilkan piring dan sendok untuk Lula, ia kembali menghampiri Lula dan meletakkan piring serta sendok di depan Lula. Ikha meninggalkan Lula sendirian di meja makan, ia pergi ke dapur meneruskan acara memasaknya untuk makan malam nanti.

Lula membuka tudung saji meja makan, hanya ada oseng kulit mlinjo cabe hijau di piring, kerupuk nasi Made by Ikha ditaruh di sebuah toples dan nasi putih yang sudah dingin berada di ceting (bakul kecil;tempat nasi dari anyaman kulit bambu;)

Tanpa menunggu waktu lebih lama, Lula segera menyantap apa yang tersedia di atas meja, emm yummy...

Usai makan baru Lula bejalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudlu.

"Ayo Siwo antar pulang!" ujar Cipto suami Ikha saat Lula selesai sholat.

Tanpa menunggu jawaban dari Lula, Pria itu berjalan keluar rumah kemudian mengambil dan menuntun sepeda motornya ke jalan, sedangkan Lula mengikutinya dari belakang.

Jalanan yang licin dan bonyok seperti adonan batu-bata karena sehabis hujan membuat semua orang yang melewati harus ekstra hati-hati.

🌸🌸🌸🌸🌸

Bulan Robiul Awal tahun Hijriyah merupakan hiburan tersendiri bagi warga kampung terutama bagi para ibu-ibu. Bulan dimana Nabi Muhammad Saw dilahirkan ke dunia, biasanya ibu-ibu dan remaja putri merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw dengan pembacaan kitab Al-Barjanzi di musholla sekitar, sedangkan kaum bapak-bapak biasanya membaca kitab Ad-Diba'i.

Sementara para pemuda seperti Izur tergabung dalam sebuah Grup Simtut Duror melaksanakan Latihan setiap malam Senin bakda Isya'.

Mereka melantunkan Sholawat Nabi, menyanjung, mengungkapkan kerinduan kepada sang Rasul serta mendoakan beliau, berharap mendapatkan syafa'atnya kelak dihari kiamat. Aamiin..

Lula dan teman-teman melakukan kegiatan Marhabanan atau pembacaan kitab Al-barjanzi di musholla dekat rumahnya, kadang juga bergilir ke masjid. Usai kegiatan mereka tidak langsung pulang melainkan menikmati hidangan ala kadarnya yang disediakan oleh warga sambil bercanda ria.

Bertemu dan bercanda dengan teman-teman di kampung memang sekarang sudah jarang bisa di lakukan oleh Lula mengingat kesibukan yang melanda dirinya. Oleh karena itu Lula tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu walaupun sampai malam.

Hampir jam sebelas malam Lula dan teman-teman keluar dari dalam Mushola Al-Khanan. Lula dan kedua adiknya Usnul dan Nia berjalan beriringan menuju rumahnya.

Sampai di depan rumah, dari arah pintu rumah nampak keluar dua orang bapak-bapak yang salah satu diantaranya Lula kenal, dia Lek Tomo, suami Almarhumah Sulfiyah adik Mak Kulsum. Ketiga gadis itupun menyalami mereka bergantian.

Siapa bapak-bapak itu, apa dia mau melamar Mak?tanya Lula dalam hati.

Lula melepas sandal jepitnya yang tebal dan berat karena gedibal, ia membasuh dan menggosok-gosok kakinya dengan kaki satunya lalu menyiram kakinya dengan air hujan yang ditampung dalam bak di depan rumah.

Lula mengucap salam sambil melangkahkan kaki masuk kedalam rumah, ia terus masuk ke dalam kamar dan meletakkan kitab Al-barjanzi yang dari tadi dipeluknya diatas lemari pakaian, kemudian kembali lagi ke ruang tengah bergabung bersama Mak Kulsum yang sedang mengemasi keripik singkong dan keripik pisang jualannya sambil menonton televisi.

Lula duduk di atas tikar, mengambil keripik yang sudah ditimbang dan menutupnya dengan Staples satu persatu, rasa penasaran masih menyelimuti hatinya.

"Mak, tadi siapa bapak-bapak yang bareng Lek Tomo?" tanya Lula membuka percakapan. "pacar Mak, ya?" imbuhnya.

"Husss, ngawur kamu!" sergah Mak Kulsum. "Bapak-bapak itu tadi utusan orangtuanya Arifin, mau Nakokke Nia." jelas Mak Kulsum.

"Oo.." Lula manggut-manggut. "Siapa, Mak, Arifin?" Seru Lula terlambat kagetnya.

Arifin itu kekasihnya Nia, mereka pacaran sejak Nia duduk di bangku kelas XI SMA. Nakokke itu biasanya dilakukan satu bulan sebelum acara Sangsangan/Talenan/Tunangan, untuk memastikan bahwa seorang gadis belum ada yang memiliki atau belum ada calon suami.

Jadi aku mau dilangkahi...

"Lula, kamu ndak apa-apa kan kalau Nia yang tunangan lebih dahulu?" tanya Mak Kulsum membuyarkan lamunan Lula.

"Eh, nggak apa-apa kok Mak." jawab Lula gugup, namun sebenarnya hatinya tidak rela.

"Sudah malam, tidur sana!" Perintah Mak Kulsum.

"Iya, Mak, tinggal dikit lagi." jawab Lula sambil menyalesaikan pekerjaannya.

Sebelum masuk ke kamarnya Lula melangkah menuju ke kamar mandi terlebih dahulu untuk menguras kandung kemihnya dan berwudlmu.

Sampai di kamar Usnul sudah tertidur lelap, Lula mengambil ponselnya yang dinonaktifkan sejak tadi siang, ada beberapa pesan yang masuk dan panggilan tak terjawab. Lula membuka pesan dari Santo lalu membalasnya,

"Maaf Mas, tadi siang hujan lebat campur angin, hp tak non aktifkan sampai lupa, baru ingat sekarang,"

Lula meletakkan ponselnya diatas meja di samping tempat tidurnya, kemudian ia merebahkan diri di samping Usnul.

Ada perasaan yang sejak tadi bersarang di dalam hati Lula, tetapi ia tidak tahu apa itu namanya.

Bukannya ia tidak senang kalau adiknya tunangan duluan bahkan kalaupun sampai menikah duluan pun Lula bisa menerimanya, Karena ia percaya akan takdir yang telah digariskan untuknya oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.

Tetapi tidak dapat dipungkiri rasa itu tetap ada, bukan rasa kecewa, bukan pula sakit hati, rasa itu begitu getir, mungkin lebih mendekat ke arah iri, siapa wanita yang tidak ingin dilamar oleh kekasih nya.

Sebelum tidur Lula ingin mengobati perasaan aneh dalam hatinya dan membentengi tidurnya dengan membaca surat Alfatikhah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, Al-Kafiruun, dan diakhiri dengan Ayat Kursi.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, Lula meraih ponsel itu masih dengan posisi rebahan. dilayar tertera nama Santo, Lula memencet tombol jawab.

"Assalamu alaikum,"

"Wa'alaikumussalam, belum tidur, Say?" suara Santo di seberang.

"Ini udah mau tidur, tiba-tiba Mas telfon." jawab Lula

"Jadi Mas ganggu nich?"

"Iya, tapi aku suka kok diganggu sama Mas, hehe.."

"Memang habis ngapain jam segini belum tidur?"

"Tadi habis Marhabanan, terus pulang bantu-bantu Mak ngemasin keripik baru selesai" Jawab Lula. "Oh ya, sebulan lagi Nia tunangan lho, Mas." imbuhnya.

"Terus Kamu sendiri bagaimana? Kamu ingin kita juga tunangan?"

"Enggak juga, aku cuma ngasih tahu Mas saja,"

"Kita nggak usah tunangan ya, Say. Langsung nikah saja."

"Iya, aku pikir juga begitu, tunangan buang-buang duit saja, mendingan duitnya ditabung buat tambahan biaya nikah."

"Syukurlah kalau kamu juga berfikiran seperti itu"

"*Mas lagi ngapain kok belum tidur juga?"

"Lagi telfonan sama bidadari,"

"Cuihh.."

"Hahaha, kenapa nggak suka disebut bidadari. Eh Nia hebat juga yah, bisa nglangkahi dua bidadari*."

"*Cuihh..Mas apaan sih, calon istrinya lagi sedih malah muji-muji cewek lain, huh nyebelin."

"Hahaha... mas bisa ngebayangin muka kamu saat ini kaya gimana, kalo deket udah mas cium tu bibir."

"*Heleh, coba aja kalo berani!"

"Oo, jadi nantang nih ceritanya*."

"*Ups.. Nggak-nggak, belum boleh Mas Santo Sayang*,"

"*Udah malam, tidur gih. Mas juga sudah ngantuk, capek."

"Yaudah, selamat malam, mimpiin aku."

"*Selamat malam, assalamu'alaikum!"

"*Wa'alaikumussalam, emuach.."

"Emmuach*.."

Tut Tut Tut*

Lula menaruh ponselnya ke tempat semula, lalu mencoba memejamkan mata. Semoga mimpi indah ya Lula. Selamat malam!

Terpopuler

Comments

Maryam

Maryam

Lupa ini dimana akoh

2020-10-19

0

Fatonah

Fatonah

good...💪💪💪

2020-09-30

1

Aryan Lee

Aryan Lee

Bgus bgt penulisannya, alurnya pun dapet.

2020-07-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!