Sore hari, ketika Lula sedang mengajar di TPQ, dia menemui Ustadz Darul di ruangannya.
"Assalamu 'alaikum, Ustadz Darul!"sapa Lula.
"Wa'alaikumussalam, Bu Lula! " Jawab Ustadz darul.
" Maaf,Ustadz, ada yang ingin saya sampaikan. " ucap Lula.
" Ada apa? " tanya Ustadz Darul.
" Sepertinya saya tidak bisa lagi membantu mengajar satu minggu full, Ustadz" kata Lula.
"Kenapa?" tanya Ustadz Darul lagi.
"Saya sudah mendaftar kuliah sore, Ustadz. " jawab Lula. " Saya hanya bisa membantu mengajar tiga hari dalam seminggu Ustadz, apa ustad bisa mencarikan pengganti saya tiga hari saja? " tanya Lula kemudian.
"emm.. gitu, susah kayanya nyari orang yang mau megajar TPQ" jawab Ustadz
"gini aja, kamu bujuk Izur untuk menggantikanmu" usul Ustaz akhirnya.
"Baiklah, nanti saya akan bicara sama Izur" jawab lula kemudian.
Setelah pamit undur diri, Lula kembali ke kelasnya untuk melanjutkan aktivitas mengajarnya.
Malam harinya Lula beserta Ibu dan ketiga adiknya sedang menonton televisi di rumah.
Lula menyampaikan pesan dari pembicaraan antara Lula dan Ustadz Darul siang tadi.
"Zur, kamu sore hari kan gak ada kegiatan, Mbak bisa minta tolong tidak?" tanya Lula kepada Izur.
"Bantuan apa, Mbak?" Izur malah balik tanya.
"Menggantikan Mbak ngajar TPQ." jawab Lula. "Kamu tahu kan, Mbak sudah ndaftar kuliah, jadi nggak bisa full ngajarnya." tambahnya lagi.
Izur terdiam agak ragu-ragu, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Gimana? " tanya Lula lagi memastikan.
"Tapi kan aku nggak bisa ngajar." jawab Izur ragu.
" Dicoba dulu saja, kalau memamg tidak mampu baru mundur, Mbak juga dulu gitu nggak bisa ngajar." kata Lula menjelaskan.
"Memang Mbak ngajar kelas berapa? " tanya Izur Kemudian.
"Mbak ngajar jilid 3, tiga hari ngajar jilid, tga hari ngajar kitab Ngudi Susilo." jawab lula " Kamu milih ngajar apa, Jilid atau Ngudi Susilo? " tanyanya lagi.
"jilid aja" jawab izur singkat.
"Yaudah berarti ngajar jilid ya?" tanya lula memastikan." kamu jadwalnya hari Rabu, Kamis dan Sabtu ya, soslnya mbak gak kuliahnya hari Ahad, Senin dan Selasa, oke? " tanya Lula lagi.
"In Sya Allah,oke" jawab Izur.
*****
Keesokan harinya di MI.
" Nanti jadi berangkat bareng, bu? " Tanya Lula mulai mengganti panggilanya pada bu Sri.
"Jadila bu, memang kenapa? "tanya Bu Sri
"Ya, mungkin saja mau minta dianter sama Mamas" jawab Lula mengingat Bu sri memanggil suaminya dengan sebutan Mamas. " lagian kalau berangkat sama aku kan jalan kaki, emang gak capek? " pungkasnya. Karena Bu Sri juga tidak bisa naik motor.
"Mamas tidak sempat" jawab Mbak Sri.
"Baiklah, nanti aku ijin pulang jam sebelas, kita pulang ke rumahku dulu, oke? " tanya Lula
"Oke" jawab Bu Sri.
Akhirnya Lula minta ijin pulang lebih awal jam 11 karena akan mengikuti seleksi masuk kuliah, dan mengajak Bu Sri pulang bareng.
Selama perjalanan pulang mereka bicara ngalor ngidul ngetan ngulon entah apa yang mereka bicarakan.
Akhirnya tak terasa sampai juga di rumah Lula. Mereka istirahat sejenak mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalsnan berikutnya sambil menunggu azan dhuhur tiba.
Tak berapa lama suara azan dhuhurpun berkumandang, mereka segera melaksanakan sholat dhuhur.
Usai sholat dhuhur Lula mengajak Bu Sri untuk makan siang dengan hidangan ala kadarnya.
Perjalananpun dilanjutkan, mereka berjalan menyusuri jalan setapak menuju sungai. Sebenarnya ada jalan yang tidak melewati sungai, tapi jauh. Untuk menuju ke terminal memakan waktu Satu jam.
Lula memilih melewati sungai biar lebih dekat menuju jalan yang dilewati angkot, hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai di jalan raya itupun jika sungainya tidak banjir.
Jalur inilah yang yang setiap hari dilalui oleh pedagang, buruh pabrik maupun anak-anak sekolah yang tidak mempunyai kendaraan untuk pergi ke kota.
Akhirnya mereka sampai di tepi jalan raya, menunggu angkot lewat. Tidak sampai menunggu lama dari kejauhan angkotpun sudah kelihatan, angkotpun berhenti, mereka segera naik ke dalam angkot.
Sampai di tempat yang dituju, mereka segera masuk ke dalam ruangan ujian. Agak terkejut Lula melihat peserta ujian, karena empat diantaranya adalah mantan guru Lula sewaktu sekolah di MI dan MTs.
"Lula reguler atau transfer?" tanya Pak Den, pengelola Dikti yang notabene adalah Kepala MTs sewaktu Lula sekolah di sana.
"Reguler, Pak" jawab Lula singkat.
Agak tersipu perasaan Lula karena baru kuliah di usia yang sudah sedewasa ini. Kan disesuaikan kebutuhan thor, daripada udah sarjana tapi ijazahnya gak kepake hayo. Ih protes dia hihihi...
Selesai ujian pengelola Dikti mengumumkan beberapa hal mengenai ospek, kuliah perdana dan bagi calon mahasiswa yang belum melengkapi persyaratan pendaftaran agar segera melengkapinya.
Lula dan Bu Sri sedang menunggu angkot untuk pulang.
"Bu, beli es buah dulu yuk, laper" ajak Lula, Bu Sri mengiakan.
"Bu, kalau mau minta surat keterangan sudah ngajar di MI sesegera" ucap Lula sambil menikmati es buah.
"soalnya dengar-dengar Pak Kamad mau dimutasi, takutnya kamad yang baru susah diajak kerjasama" pungkas Lula.
"Memangnya Pak Qoyum mau dimutasi kemana? " tanya Bu Sri.
"Katanya si mau dipindah di MI KDW, tapi belum tau pastinya." jawab Lula.
Akhirnya setelah menunggu lama angkot jurusan KDW datang, mungkin karena sudah sore, jadi angkot yang lewat jarang. Mereka segera naik angkot tersebut.
Turun di terminal KDW mereka harus naik angkot lagi jurusan Doro, namun angkot yang hanya tinggal satu-satunya itu belum mau berangkat jika penumpangnya belum penuh.
Hari sudah petang ketika Lula turun di Kampung simbang, kampung yang bersebelahan dengan kampung Lula namun terhalang sungai. Semantara Bu Sri tidak ikut turun karena rumahnya di Doro.
Sepertinya baru saja terjadi hujan lebat. Dengan ragu-ragu Lula melangkahkan kakinya. Ah..mestinya aku tidak turun di sini tadi, mestinya aku langsung ke Doro bareng Bu Sri dan naik ojek. Pasti sungainya banjir besar.
Tidak tahu apa yang mesti ia lakukan, lula melangkah menghampiri warung pinggir jalan.
"Lula, darimana kok sampai sore begini?" tanya penjual warung."banjir besar lho sungainya, jangan nekad nyebrang!"lanjutnya.
"Ada ujian masuk kuliah, Mbak" jawab Lula. " nggak tahu nih" ucap Lula bingung
Kemudian ada pembeli datang,
"Lula, kamu disini? tadi aku lihat ibumu boncengan sama adikmu, mungkin masih dirumahnya Mak Ratiyah." kata orang itu.
"Benarkah, Mbak? yaudah aku mau kesana, terimakasih ya mbak infonya. " kata Lula girang.
Lulapun pergi ke tempat yang dimaksud orang tadi, ke rumahnya Mak Ratiyah. Sesampainya Lula segera mengetuk pintu.
"Assalamu 'alaikum" ucap Lula. Dan terdengar jawaban dari dalam.
"Eh, Lula, masuklah" suruh Lisa anaknya Mak Ratiyah.
Lulapun segera masuk dan duduk.
"Mak ku nggak disini, Mbak? "tanya Lula pada Lisa sambil melongok mencari Maknya.
"Tadi disini dari jam setengah lima nunggu kamu, baru aja pergi. Emang kamu nggak papasan? " tanya Lisa balik.
"Enggak, apa tadi pas aku di warung Mak lewat ya" Lula menerka-nerka.
"Mungkin, yaudah nginep sini aja, besok pagi pulangnya, pasti udah nggak banjir" ujar Lisa. Lulapun mengangguk.
*****
Sementara itu di rumah Lula,
"Lula belum pulang, Mak? " tanya Husnan pada Mak Kulsum.
"Belum, tadi Mak dari rumahnya Lisa juga ndak ada disana" jawab Mak Kulsum.
"Dimana tu bocah, bikin khawatir saja. coba kalau punya hp" gumam Husnan.
"Sudahlah Mak, nggak usah difikirkan mungkin nginap di rumah Bu Sri." kata Husnan menghibur Mak nya.
Tiba-tiba ada pembeli di warung sembakonya.
"Rokok sebungkus, Nan! " kata orang itu pada Husnan.
"Wo, ada hp second yang masih bagus, tidak? " tanya Husnan pada pembeli itu yang ternyata Wo Roji, kakak sepupu Mak Kulsum yang berprofesi sebagai tukang ojek dan penjual hp second.
"Ada ini, kebetulan tak bawa. " jawab Wo Roji seraya menunjukan hp.
"Seperti ini juga nggak apa-apa, yang penting masih bisa buat telpon dan sms." kata Husnan sambil memeriksa hp yang dibawa Wo Roji. " Besok coba tawarkan pada Lula, Wo. " lanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
ᐤ༺ Ⓡⓘⓢⓨⓐ🏹Hiat༻
lanjut.....
2020-10-24
1
Maryam
Hemm
2020-10-19
0
Fatonah
👌👍💪💪💪
2020-09-29
1