#3

Sebenarnya Lula sudah tidak betah dengan pekerjaan yang dijalaninya selama ini, disamping honornya hanya cukup untuk beli sabun, itupun harus nunggu hingga 6 bulan, saat bantuan dari pemerintah cair.

Namun orang-orang terdekatnya selalu memberinya dorongan "Jalani dengan ikhlas, suatu saat pasti akan kamu terima Hasilnya, kalau tidak di dunia anggaplah sebagai tabunganmu kelak di akhirat." nasehat dari pamannya Lek Rudin.

Ia hanya bisa terpuruk melihat kondisi ayahnya yang sakit-sakitan, sementara masih ada 3 adiknya yang membutuhkan biaya sekolah. Lula anak ke 2 dari 5 bersaudara, kakaknya laki-laki, Husnan juga guru wiyata bhakti dan membuka usaha konveksi sambil Kuliah D2 PGMI, adiknya Usnul masih kelas XI MA, 2 lagi Nia dan Izur kelas VIII dan IX MTs.

Sudah dua kali ayahnya Pak Muri masuk rumah sakit karena komplikasi jantung dan paru-paru yang dideritanya. Setiap saat beliau meraung kesakitan saat penyakitnya kambuh. Orang yang mendengarnya pasti tidak akan tahan. Tetapi kesehariannya beliau masih tetap menjalankan kegiatan sehari-hari seperti biasa.

***

Liburan ahir semester telah tiba. Lula berencana mengisi kegiatan paginya dengan menjahit pakaian. Sebenarnya banyak dari teman-teman dan tetangganya yang minta dijahitin baju olehnya, namun karena tidak ada kesempatan maka ia tidak menerima pekerjaan itu. Dulu pernah ia mengambil pekerjaan itu, lembur hingga tengah malam, namun kondisinya tubuhnya tidak bisa kerjasama, ia sering sakit.

Malam itu Pak Muri terlihat sedang menerima dua orang tamu, tidak seperti biasanya sejak beliau sakit, biasanya beliau tidur setelah sholat maghrib kemudian bangun pukul 03.00 dini hari untuk mengerjakan sholat isya dan sholat malamnya.

Pukul 21.00 dua orang tamu tersebut baru pulang, beliau masuk kedalam kamar tampak memegang dadanya terasa sakit, beliau mengerang kesakitan, akhirnya seisi rumah terpanggil untuk berkumpul mendengar erangan beliau yang menyayat hati, kecuali Husnan yang memang saat itu sedang mendapat tugas untuk mengikuti KMD (Kursus Mahir Tingkat Dasar) bagi pembina pramuka dari MI tempatnya mengabdi.

"Sum, sepertinya sudah waktuku untuk pergi." kata Pak Muri pada Mak Kulsum. Semua yang hadir tampak gemetar dengan mata berkaca-kaca.

"Istighfar kang, jangan ngomong seperti itu." pinta Mak Kulsum "Astaghfirullahaladhim.. " sambatnya.

" Lul, panggilkan Lek Rudin kemari! " perintah Mak Kulsum pada Lula.

Lulapun segera beranjak pergi. Mak Kulsum menggelar tikar dan kasur di luar kamar dan membimbing Pak Muri merebahkan tubuhnya di kasur. Tak berapa lama Lek Rudin dan istrinya datang diikuti Lula dibelakangnya. Tampak Lek Rudin bersimpuh membimbing talkin pada Pak Muri. Lula mengajak ketiga adiknya bergegas mengambil air wudlu, mereka segera pergi ke belakang, bergantian mengambil wudlu, kemudian kembali lagi ke ruangan dengan membawa kitab suci Alqur'an dan membacakan surah yasiin. Meteka membaca surah yaasiin dengan suara terbata-bata, karena menahan air mata, dadanya terada sesak. Orang-orang tampak mulai berdatangan. Selesai membaca surah Yaasiin, tubuh Pak Muri sudah tertutup kain, entah kapan datangnya Husnan juga sudah duduk bersumpah ditampung jenazah bapaknya. Berita duka tersiar dari beberapa mushola dan masjid sekitar.

"Selamat jalan, Bapak!" ucap Lula dalam hati, air matanya tak mampu tertahan lagi membentuk dua anak sungai, bahkan aku belum bisa membuat beliau bahagia, batinnya.

Usai pemakaman bapaknya, seharian Lula hanya mengurung diri di dalam kamar meratapi nasibnya. Apa aku salah jika mengatakan Tuhan tidak adil padaku, batinnya. Dilahirkan dari keluarga miskin, jelek, banyak kekurangan, bahkan mungkin kalau ada yang berani mengatakan, predikatku adalah perawan paling tua di kampung ini. Ya Allah, sekarang kau sempurnakan dengan memanggil bapakku.

Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya, hanya isak tangis dan derai air mata tidak dapat ditahannya. Tiba-tiba pintu kamar yang tidak dikunci itu dibuka.

"Lula, kamu nangis?" tanya Lek Badriyah yang tiba-tiba masuk menghampiri Lula. Lula segera menghapus air matanya." Lula, tangismu ini malah akan memberatkan kepergian bapakmu, Sayang" kata Lek Bad lagi." Dah, jangan nangis, jamaah tahlil dah pada datang, tahlilan mau segera dimulai, cepetan wudlu gih" perintahnya. Tanpa sepatah katapun Lula segera beranjak pergi dari tempat tidurnya, pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudlu, kemudian bergabung dengan yang lainnya.

***

Para kerabat wanita nampak sibuk di dapur, baik dari keluarga almarhum bapak maupun ibu Lula, karena nanti malam adalah selamatan tiga hari atas meninggalnya Pak Muri.

Lula masih ada dikamarnya, duduk dan bersandar di dipan. Tiba-tiba,

" Lul, besok mau ke pernikahan Nunung? " tanya Husnan diambang pintu yang memang tidak ditutup. Lula masih terdiam, bingung...hadir dengan keadaan hatinya yang sedang berduka, kalau tidak hadir tidak enak karena Nunung adalah teman kosnya sewaktu dulu Lula kursus komputer di kota, dia berasal dari Bandar Kabupaten Batang dan sekarang Nunung kuliah semester ahir D2 PGMI sekelas dengan Husnan. " Kalau Mau dateng sama Mas, jam 9 an. " kata Husnan lagi.

"Besok pagi aja Mas, kalau aku mau dateng aku ngomong" jawab Lula. Kemudian ia. beranjak keluar bergabung dengan yang lain di dapur.

***

Esoknya,

"Mas, aku jadi dateng ke pernikahan Nunung." kata Lula pada Husnan.

"Yaudah, siap-siap Gih! " suruh Husnan.

Lula segera bersiap siap, dia mengenakan celana biru dongker, tunik biru motif bunga-bunga pastel dan kerudung segiempat warna pastel. Lalu menyangklong tas selempang. Setelah siap mereka segera berangkat berboncengan.

"Nanti kamu Mas turunin di Kuripan ya, ketempat Nunungnya naik bis. Mas ada jam kuliah sebentar. " kata Husnan saat dalam perjalanan "Mas nyusul bareng Temen-temen Mas, nanti pulangnya bareng Mas." lanjutnya lagi.

Sampai ditempat yang dimaksud, Husnan menghentikan motornya, Lula turun. Husnan menunggu sampai bis datang. Tak berapa lama bis jurusan Pekalongan-Bandar pun datang, Lula segera naik, Husnan pun berlalu pergi.

Dalam perjalanan Lula tak bisa membendung air matanya, yang ada di pikiranya hanyalah bayangan bapaknya. Tak berapa lama sekitar 20 menit, Lula meminta sopir untuk menghentikan bisnya. Lula turun di depan gang menuju rumah Nunung. Kemudian Ia berjalan Kira-kira 100 meter menuju rumah Nunung.

"Gak nyangka Nunung dapetnya Mas Pong" batinnya, seingatnya Mas Pong itu pegawai ditempat Nunung magang praktek kerja nyata.

Padahal dulu sewaktu kos bareng Nunung sempat pacaran sama Agung, tetangga sekitar kos yang masih duduk di kelas 2 SMP yang umurnya 6 tahun lebih muda.

Sampai di rumah nunung, suasana sudah ramai namun acara belum dimulai, ternyata hari ini acara resepsi pernikahan karena ijab qobulnya sudah dilaksanakan seminggu yang lalu.

Lula disambut oleh mbak Ifah, kakaknya Nunung, karena Nunung masih dirias. Karena tidak tahu harus berbuat apa, Lula pergi ke belakang, mungkin saja ada yang bisa kukerjakan. Lula membantu mengelap mangkok soto.

Tak berapa lama acara resepsi segera berlangsung, Lula melongok keluar ke tempat berlangsungnya resepsi. Ternyata rombongan kakak dan teman-temannya sudah datang disana. Husnan melambaikan tangan kepadanya, Lula berjalan menghampirinya

" Mau pulang sekarang? " tanya Husnan pada Lula.

" Iya, tapi Lula pamit dulu sama Nunung ya, Mas." jawab Lula.

Lula segera beranjak menuju ke pelaminan, disana sepasang pengantin beserta orang tuanya berada.

" Selamat menempuh hidup baru Nung, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah, langgeng sampai kakek-nenek." ucap Lula sambil memeluk Nunung.

"Aamiin... makasih, Lul. Kamu sama siapa Lul? udah makan belum?" tanya Nunung. Karena dari tadi pagi ia baru bertemu Lula.

"Aku sama Mas Husnan, udah makan kok. Nih udah mau pulang, maaf ya udah ditunggu Mas Husnan. Aku pamit Ya." jawab Lula.

"Jahat kamu Lul, kamu gak nginep aja sih." kata Lunung memonyongkan bibirnya.

"Yaudah deh aku nginep, tapi tidur ditengah kalian ya." goda Lula. Nunung melotot." Jelek deh ah.. aku bercanda. maaf aku gak bisa nginep, dirumah masih ada acara tahlilan Nung." Lanjutnya tiba-tiba raut wajahnya berubah sedih."Dah pada ngantri tuh yang lain, aku pamit ya, emuach.. emmuac" pamit Lula sambil cipika cipiki.

Akhirnya Lula bergabung dengan Husnan dan teman-temannya. Kemudian mereka segera pulang.

Lula tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, bahkan ia mewakili ibunya yang sedang dalam masa idah berbelanja ke pasar membeli keperluan untuk acara tahlilan selama tujuh hari.

Terpopuler

Comments

Indah Nihayati

Indah Nihayati

belajar ikhlas itu susah ya Thor

2022-02-25

1

⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔 𝑵𝒂𝒚𝒍𝒂 𝑨𝒊𝒔

⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔 𝑵𝒂𝒚𝒍𝒂 𝑨𝒊𝒔

lanjut baca

2021-01-03

1

Seseorang

Seseorang

Mau nginep di rumah penganten baru? mungkin mikir 1000 kali dulu:v

2020-10-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!