Kini mereka saling berhadapan dan saling memperhatikan satu sama lain, mereka sejenak terdiam. Dan ketika Santo hendak meneruskan apa yang tadi tertunda, tiba-tiba..
Tok tek tok tek...
Terdengar suara kotekan dan tawa renyah anak laki-laki yang bersembunyi di balik jendela.
"Ada yang ngintip kita, Mas," ujar Lula pada Santo melihat anak kecil itu.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Lula, Santo bangkit.
"Udah belooom...?" terdengar suara anak laki-laki lainnya dari kejauhan.
"Udaaahh...!" jawab anak dibalik jendela.
Santo menghampiri anak itu,
"Dek, main Petak Umpetnya jangan disini, ya!" perintah Santo pada anak tersebut.
"Eh.., maaf, Pak Er-Te!" sahut anak itu menyadari keberadaan santo.
Setelah anak itu pergi, Santo segera menutup dan mengunci jendela karena memang sudah sore. Lula bangkit dan duduk di tepi tempat tidur.
"Slamet..slamet,"Gumamnya lirih sambil mengelus dada.
Santo kaget mendengar gumaman Lula.
"Kenapa kamu panggil-panggil nama bapakku?" tanya Santo yang kaget degan ucapan Lula.
"Hah?" Lula terperangah kaget juga.
"Anaknya disini, Say." ucap Santo kembali menghampiri Lula.
Lula bangkit dari duduknya di tempat tidur dengan menahan tawanya melangkah keluar dari kamar menuju kamar sebelah yang ditempati Izur, ia hendak membangunkan Izur.
"Zur, bangun udah mau Maghrib!" ujar Lula sambil menggoyangkan punggung Izur yang tidur miring.
Izur menggeliat dan membuka matanya.
"Jam berapa, Mbak?" tanyanya.
"Jam lima," Jawab Lula. "Mbak mandi dulu ya!" pamitnya sambil mengambil handuk dan baju ganti dari dalam tas ranselnya.
Sementara Izur masih mengumpulkan nyawanya, Lula pergi ke belakang untuk mandi karena kamar mandinya berada di dekat dapur.
Lula melewati Ayu yang sedang memasak di dapur.
"Masak apa, Mbak?" tanya Lula mendekati Ayu.
"Eh Lula, Mbak lagi masak bihun goreng." jawab Ayu.
"Butuh bantuan Lula nggak, Mbak?" tanya Lula lagi.
"Nggak Lula, tinggal nyelesaiin ini aja kok." jawab Ayu. "Kamu mandi aja sana gih!" suruh Ayu.
"Yaudah, aku mandi dulu ya, Mbak!" pamit Lula.
Ia berjalan menuju kamar mandi, kamar mandi dan WC dibuat terpisah, tapi pintunya sama-sama nggak pakai engsel, membuat Lula harus ekstra cepat saat mandi, takut kalau-kalau ada orang yang nyelonong masuk. Apalagi kamar mandinya tidak pakai daun pintu, cuma ditutup pakai kelambu dekil yang berwarna hijau. Mau pakai baju basahan ia nggak bawa jarik.
Nggak nyaman rasanya mandi seperti ini, nggak bisa sing song kayak di rumah, di rumah mah aman meskipun belum punya WC.
Lula menggantung handuk dan pakaian yang ia bawa pada paku yang tertancap di dinding kamar mandi itu, Lalu ia keluar lagi menghampiri Ayu.
"Mbak, boleh pinjam kain jarik atau sarung buat baju basahan?" tanya Lula pada Ayu.
Ayu mematikan kompor gas,
"Sebentar ya, Mbak ambilkan." jawab Ayu. Ia lalu pergi dari ruangan dan menghilang di balik pintu.Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa kain jarik yang terlipat dan memberikannya kepada Lula.
Akhirnya Lula bisa mandi dengan memakai kemben jarik sebagai basahan.
🌸🌸🌸
Malam hari Lula tidur satu bed dengan Izur, ia terjaga dari tidurnya karena mendengar orang yang sedang berbincang-bincang.
Ternyata mereka belum tidur, batin Lula.
Dan akhirnya Lula tanpa sengaja mendengar apa yang diobrolkan oleh mereka.
"Kamu serius mau ngajak Lula jalan-jalan ke Pantai Alam Indah
sama ke Waduk Cacaban, To?" tanya Ayu pada Santo.
"Iya, Lulanya nagih." jawab Santo.
"Ongkos masuknya mahal loh, To. Nyampe Rp. 25 ribu per orang." jelas Ayu lagi.
"Aku udah terlanjur janji, Isoh." sahut Santo.
"Kamu bujuk sepintar-pintar kamu deh biar kita nggak jadi kesana." titah Ayu.
"Lihat besok deh, Soh." jawab Santo.
Astaghfirullahal'adzim, pelit sekali keluarga ini, memangnya aku mau minta jalan-jalan setiap hari apa? gerutu Lula dalam hati.
Setelah terdengar gurauan yang mengundang tawa, barulah Lula keluar menghampiri mereka.
"Kalian nggak tidur?" tanya Lula menghampiri Santo.
"Kenapa bangun?" Santo malah balik tanya.
"Mana bisa tidur kalau kalian tertawanya keras gitu." sahut Lula.
"Udah mau pagi, tidur lagi gih, Say!" suruh Santo.
"Aku tuh kalau sudah kebangun nggak bisa tidur lagi, Mas." jawab Lula. "Lagian kenapa kalian nggak tidur?" tanyanya kemudian.
"Say, laper nggak?" tanya Santo pada Lula. "Mas belikan bakso mau?" tawarnya.
"Nggak ah, aku nggak suka makan pada malam-malam." jawab Lula.
"Jam segini mana ada penjual bakso yang masih buka, To?" tanya Ayu pada Santo.
"Ada Isoh, yang di dekat pasar." jawab Santo.
"Ayo kalau mau beli, To!" ajak Ayu.
"Mas pergi dulu ya, Say!" pamit Santo.
Lula mengernyitkan dahinya,
Kakak beradik itu seperti nggak bisa dipisahkan satu sama lain, Si kakak sepertinya nggak rela kalau adiknya jalan berdua saja sama orang lain tanpa pengawasannya.
Santo membuka pintu rumah dan mengeluarkan sepeda motornya. Mereka pun menghilang di balik pintu. Terdengar suara sepeda motor dinyalakan hingga suara itupun menghilang ditelan gelapnya malam.
🌸🌸🌸🌸🌸
Pagi hari,
Izur sedang keluar rumah untuk berlari-lari pagi di sekitar komplek. Sementara Ayu mengantarkan ibunya ke pasar.
Lula mendapati banyak piring dan peralatan makan yang kotor di dekat sumur, namun tidak tau darimana saluran airnya berasal. Sumur itu sudah menggunakan pompa air tetapi hanya disalurkan ke bak mandi.
Lula menghampiri Santo yang sedang duduk dan bermain dengan ponselnya sofa yang ada di ruang belakang, ruangan itu sepertinya pernah digunakan untuk berjualan, ada etalase di sana yang didalamnya masih ada sisa barang-barang.
"Mas, kalau mau nyuci piring ngambil airnya bagaimana? diangkut pakai ember?" tanya Lula pada Santo.
Santo menoleh,
"Udah nggak usah! biar Isoh yang ngerjakan." cegah Santo.
"Kasihan Mbak Ayu pasti capek, lagian nggak enak aku, Mas! disini nggak ngapa-ngapain." Lula menimpali.
"Nggak apa-apa, lagian kamu disini kan tamu bukan pembantu. Duduk sini saja bareng mas!" bujuk Santo sambil menepuk sofa disampingnya.
"Bentar, Mas. Aku mau nyari sapu." Lula pergi.
Akhirnya Lula menemukan sapu tergantung di dinding ruangan belakang tersebut, kemudian ia membersihkan seluruh ruangan yang bisa ia bersihkan. Selesai membersihkan ruangan, Lula kembali menghampiri Santo.
Santo menepuk sofa disampingnya lagi menatap Lula. Lulapun duduk, namun kekasihnya itu masih tetap sibuk dengan ponselnya.
"Mas," panggil Lula
"Hemmm," masih fokus
"SMS-an sama siapa?"
"Bengkel tempat mas kerja, mas minta ijin." jawab Santo. "Udah selesai." Santo meletakkan ponselnya di meja.
"Ke PAInya jam berapa?" tanya Lula pura-pura tidak mendengar percakapan Santo dan Ayu semalam.
"Kita nggak jadi ke PAI say," jawab Santo. "Ke Waduk Cacaban saja ya, nanti jam satu siang." bujuknya.
"Memang kenapa?" Lula heran.
"Di PAI banyak cewek nakalnya." jawab Santo.
"Kan mas udah bawa cewek, masa iya mereka tetap mau mengganggu." ucap Lula masih tidak percaya. "Ya terserah Mas sih, sopirnya kan mas juga." ucap Lula akhirnya.
Pukul 09.00 pagi Izur kembali dari jalan-jalannya.
🌸🌸🌸🌸🌸
Kira-kira pukul 13.15 WIB, Mereka Santo, Lula, Ayu dan Izur telah siap untuk pergi jalan-jalan.
Dengan formasi sama seperti saat kembali ke Tegal, Santo berboncengan dengan Lula, sementara Izur berboncengan dengan Ayu. Mereka menuju ke arah selatan.
Sampai di Pom bensin mereka mampir untuk mengisi bahan bakar. Santo memarkirkan sepeda motornya di antrian paling belakang, kemudian berjalan menghampiri Ayu yang sedang menunggu Izur mengisi bensin.
Terlihat perbincangan kecil di antara mereka, Ayu membuka dompet pouchnya dan memberikan uang kepada Santo.
Lula mengerutkan kening,
Sepertinya memang disengaja, buat beli bensin saja harus minta, Izur yang pengangguran saja udah kukasih tadi sebelum berangkat.
"Mas, kalau cuma untuk beli bensin aku ada kok, ngapain minta sama Mbak Ayu?" tanya Lula saat Santo kembali menghampirinya.
Santo tidak menggubris pertanyaan Lula, ia langsung memajukan motornya karena antrian di belakang sudah menunggu.
Mereka melanjutkan perjalanan kembali ke arah selatan. 30 menit kemudian mereka sampai di depan lokasi tempat Wisata Waduk Cacaban, tiba-tiba saja hujan turun dengan deras. Merekapun berteduh di teras warung yang saat itu sedang tertutup.
Ketika hujan mulai reda, Santo mengajak Lula untuk naik ke atas boncengan motor, Lula pikir mau masuk ke dalam lokasi wisata Waduk Cacaban tersebut, ternyata Santo membawanya pergi meninggalkan tempat itu kembali menyusuri jalan yang semula dilewati.
"Kok pulang, kenapa nggak masuk?" tanya Lula heran.
"Habis hujan disana licin say, nggak ada tempat berteduhnya juga di sana kalau nanti hujan lagi." Jawab Santo.
"hufft.." Lula mendengus kasar.
Terserah kamu deh, Santoloyo! gerutunya dalam hati.
Izur dengan setianya membuntuti kemana arah Santo pergi. Perjalananpun dilanjutkan kembali menuju ke arah selatan hingga sampai ke sebuah jalan yang sangat lebar dan ramai. Dalam benak Lula ada setumpuk pertanyaan namun ia enggan untuk menanyakannya.
Motorpun menepi dan berhenti, Izur menyejajari dan berhenti pula.
"Ini Purwokerto ya, Mas" tanya Izur pada Santo.
"Iya, Zur. ini jalur selatan menuju ke Jakarta." jawab Santo. "Nah yang di depan rumah mas itu jalan pintas dari jalur Pantura ke jalur selatan." imbuhnya.
"Oo..." Izur ber-o ria.
Astaghfirullah al'adzim, jalan-jalan sih iya, tapi ya nggak usah mengukur jalanan hingga lintas kota lintas kabupaten juga kali, gerutu Lula.
Perjalananpun dilanjutkan kembali, menyusuri jalanan coy.
"Jangan tidur dong, Say!" ujar Santo.
"Siapa yang tidur?"
"Dari tadi diam-diam bae, mas kira kamu tidur." terka Santo.
"Udaranya sejuk, jadi mau apalagi?" Lula mengemukakan alasan.
"Kamu kedinginan, Say?"
"Nggak, udaranya sejuk aku menikmatinya." jawab Lula.
"Kalau kedinginan peluk mas saja, mas siap jadi penghangat kedinginan kamu, Say!" tawar Santo.
"Itu sih maunya kamu, Mas!"
Mereka terus menyusuri jalanan hingga sampai rumah Santo kira-kira hampir jam lima sore.
Hufft..lelah hayati, jalan-jalan sejati, bener-bener dech garing nich tenggorokan, tahu gini kan tadi bawa bekal.
Lula buru-buru masuk kedalam rumah mengambil air minum dan meneguknya dengan sekali tegukan. Lalu ia segera membersihkan diri baru kemudian sholat ashar.
Usai melaksanakan sholat Ashar, Lula duduk di kursi ruangan belakang. Santo bergabung dengannya.
"Pulangnya besok pagi saja ya, Say!" pinta Santo. "Atau besok masih mau jalan-jalan lagi?" tanyanya.
Jalan-jalan gundulmu! sebenarnya aku atau dia yang katrok sih! Maki Lula dalam hati.
"Iya besok pagi saja." jawab Lula.
Malam harinya kira-kira pukul 20.00 WIB mereka sudah terlelap dalam mimpi indah, mungkin karena kecapekan.
🌸🌸🌸🌸🌸
Sabtu pagi hari,
Lula dan Izur sudah bersiap untuk pulang, saatnya mereka berpamitan. Di teras rumah biru,
"Maafin kami ya, Bu! sudah merepotkan selama disini." pamit Lula pada Bu Sri.
"Biasa saja Lula, Kami senang kok kamu mau datang, toh nantinya juga kamu akan tinggal disini kan kalau sudah nikah." balas Bu Sri.
Lula menyalami ketiganya bergantian.
"Mas antar sampai ke kota ya!" tawar Santo.
"Ini buat beli bensin, Zur!" Bu Sri menyelipkan uang kertas ke tangan Izur.
"Tidak usah, Bu!" ucap Izur sungkan.
"Udah, jangan nolak rejeki!" tukas Bu Sri.
"Terimakasih, Bu!" sahut Izur.
Izur dan Lula pun akhirnya meninggalkan kediaman Santo. Santo sebagai penunjuk jalan mengendarai sepeda motornya di depan, sedangkan Izur mengikutinya dari belakang.
Sampai di perbatasan kabupaten dan Kota Tegal sebelum perempatan mereka berhenti.
"Sampai di sini saja, Mas, nganternya," ucap Izur pada Santo.
"Ya sudah, hati-hati di jalan ya, jangan ngebut!" pesan Santo.
"Iya, Mas. Terimakasih!" sahut Izur.
"Kalau sudah sampai di rumah SMS ya, Say!" pinta Santo.
"Insya Allah, Mas, yuk kami pamit ya!" sahut Lula.
Izur menjalankan motornya meninggalkan Santo.
"Dikasih duwit berapa, Zur?" tanya Lula pada Izur saat di perjalanan.
"Lima puluh ribu, Mbak!" jawab Izur. "Kenapa?" tanyanya kemudian.
"Buat beli tiket masuk ke PAI saja yuk!" ide Lula. "Kita pulang sorean saja." lanjutnya.
"Assiapp!" seru Izur.
Izur memutar arah ke kiri menuju ke Kota Tegal. Mereka berhenti sebentar untuk menanyakan lokasi keberadaan PAI tersebut.
30 menit kemudian sampailah mereka di lokasi Pantai Alam Indah. Lula terkejut saat membayar tiket masuk, ternyata cuma lima ribu perak. Astaghfirullah Al'adziim, tepok jidat dia, ini benarkan? 25 ribu perak bisa buat 5 orang coy.
Suasana pantai yang panas terik membuat Lula dan Izur lebih memilih menghampiri kedai yang menjual es kelapa muda. Mereka menikmati es kelapa muda sambil memandangi deburan ombak di pantai.
Deburan ombak itu begitu menenangkan jiwa, sejenak mereka melepaskan penat, mengumpulkan kembali tenaga untuk melanjutkan perjalanan pulang kembali ke rumah nanti.
Perjalanan
Bagaimana aku melanjutkan langkahku, padahal di depan ombak begitu gagah menghalangiku.
Apakah dengan perahu kecil, ataukah sampan rapuh? Mungkin ini saatnya aku berhenti sejenak. Menikmati lelahnya perjalanan.
Biar kunikmati juga indahnya ombak kehidupan.
Perjalanan ini begitu sunyi. Terlebih seorang diri. Harapanpun kadang menyala kadang mati. Hanya cita-cita tinggi yang membuatku bertahan.
Kalaupun cita-cita itu tak tergapai, aku tetap bahagia. Sebab telah menjadi prajurit kehidupan. Bukan sekedar menyerah dengan keadaan.
by Anna Nurjannah
Sudah cukup rasanya berjam-jam menikmati ombak di Pantai Alam Indah, hanya dijeda waktu untuk sholat dhuhur. Sampai jam 14.00 Lula memutuskan untuk pulang, namun baru saja mau beranjak dari duduknya tiba-tiba ada bencong mengamen dengan DVD portabelnya.
"Tunggu bentar, Zur! biar selesai satu lagu nyanyinya, baru kita kasih duwit." cegah Lula pada Izur yang sudah berdiri. "lumayan, dapat hiburan." imbuhnya. Izurpun duduk kembali.
Bencong tersebut menyanyikan lagu "Ditinggal Rabi,"
Atiku rasane loro
nyawang kowe rabi karo wong liyo
nangis getih eluhku
remuk ajur rosoku
kowe tego ninggal aku
Opo iki wes dalane
kudu pisah kelangan tresnane
kudu kuat atiku kudu kuat batinku
senajan nyikso tresnoku
Mas opo kowe lali karo sumpah janjimu mbiyen bakal ngancani urip tekan matiku
pancene kowe tego medot tali asmoro rabi karo wong liyo
mblenjani tresnoku nelongso
Atiku rasane loro
nyawang kowe rabi karo wong liyo
nangis getih eluhku
remuk ajur rosoku
kowe tego ninggal aku
***
Setelah memberikan koin kepada pengamen tersebut, mereka hendak pergi meninggalkan kota Tegal, namun sebelumnya Lula membeli oleh-oleh dulu di lapak penjual oleh-oleh.
Babay Tegal!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Devi Handayani
waahh bakalan diputusin nih babang santo ama luka kayaknyaa... ga sesuai harapan mba luka sepertinya🙄🤔
2022-10-22
1
Tutik Jaya Wati
😂😂😂 kudu ngguyu, kudu nangis ketemu wong koyo Santo iku.gemes pengen nendang bokong e ae😂
2020-12-17
1
@emi_kajol🍬🐝😍
laki2 kere
2020-11-27
1