Vesper berjalan di koridor kastilnya ke lantai dua tempat Eko sudah menunggunya untuk memberikan laporan.
Vesper masih berusia 42 tahun saat ini, tapi tetap terlihat garang dan berkuasa karena ia kembali menjabat sebagai ketua dewan 13 Demon Heads atas desakan seluruh mafia yang berada di seluruh dunia.
Vesper bahkan mengganti banyak peraturan selama ia berkuasa. Para mafia pun menurut tanpa protes sedikitpun.
Larangan yang memiliki hubungan sesama anggota dewan pun kini sudah diizinkan kembali seperti zaman masa Komandan Zeno dan Rose Marlena menjabat.
Vesper duduk di kursi kerja dengan Eko yang sudah siap dengan laporannya. Mereka berbicara bahasa Inggris dan Indonesia campuran.
"Speak."
"Jadi, gini mbak. Soal perekrutan bodyguard para anggota dewan dengan peraturan yang baru. Si Bojan, dia curiga sama anak buah rekrutannya sendiri," ucap Eko dengan logat jawanya.
Vesper berkerut kening.
"Who?"
"Louisa. Dia orang Jerman. Bojan udah nyari data tentang dia, tapi bersih. Yuki dan Eiji juga nyari plus dibantuin Monica Red Skull pula, tapi ya gitu. Bersih. Kebersihan malah. Ini bahaya lho mbak," ucap Eko serius.
"Hmm begitu ya. Punya fotonya?"
"Ada. Kita curiga dia ini mata-mata pemerintah mbak," ucap Eko sembari memberikan foto Louisa padanya.
Vesper menatap foto itu seksama lalu mengembalikan pada Eko lagi dengan santai.
"Jadi ... gimana mbak?" tanya Eko penasaran dengan jawaban Vesper.
"Ya, gak gimana-gimana. Mm, sebenarnya, Eko. Ada hal penting yang aku ingin kau kerjakan, tapi jangan sampai ketahuan Kai dan Han serta keempat anakku," ucap Vesper serius.
Eko terhenyak seketika.
"Apa tu mbak?"
"Aku ingin membuat surat wasiat untuk keempat anak-anakku. Setelah ini selesai, temui pengacaraku untuk mengesahkannya. Simpan baik-baik berkas itu nanti di dewan sekretariat 13 Demon Heads. Minta Manda untuk menyimpannya," ucap Vesper pelan.
Kening Eko berkerut.
"Kok tiba-tiba, Mbak? Jangan nglakuin hal aneh-aneh lho ..." ucap Eko curiga.
Vesper tersenyum tipis.
"Lakukan saja. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Meski sekarang keadaan terlihat aman, tak ada gangguan seperti saat 2 tahun lalu hanya saja ... mmm," ucap Vesper dengan pandangan tertunduk tiba-tiba dan terlihat cemas.
Eko menatap Vesper seksama.
"Yah ... aku hanya ingin memberikan yang sepantasnya untuk anak-anakku," ucap Vesper sembari mengetukkan telunjuk di atas mejanya.
Eko diam menatap Vesper yang bersikap tak wajar baginya dimana nonanya ini tak pernah bersikap demikian.
"Oke. Apa yang harus Eko tulis?" tanya Eko sembari mengambil selembar kertas di samping meja kerja Vesper yang memiliki rak susun berisi tumpukan kertas kosong.
Vesper tersenyum.
"For my four dear children, Lysa, Arjuna, Jonathan and Liu.
Ini peninggalan ibu untuk kalian. Jaga aset-aset ini dengan baik dan kembangkan. Buat menjadi lebih kuat dari yang ibu lakukan sekarang. Ukir sejarah nama kalian sendiri dalam aset yang akan ibu serahkan.
Ibu mempercayakan semua aset-aset ini pada kalian. Keunikan kalian akan menjadi ciri khas dalam dunia mafia. Jangan saling berebut, yang ibu berikan sudah disesuaikan dengan kemampuan kalian.
Oke, dari yang pertama. Untuk Lysa ..."
Ucap Vesper yang langsung dituliskan oleh Eko dalam lembaran kertas itu yang nantinya akan Vesper langsung tanda tangani dan cap kelima jari dengan darahnya.
Semua anggota dewan yang mencalonkan anaknya untuk menjadi penerusnya harus meninggalkan bukti tersebut dengan tulisan tangan bukan ketikan komputer.
Eko dipercaya oleh Vesper untuk mengurus surat wasiat itu beserta semua aset miliknya yang nanti akan disimpan dalam berkas rahasia di sekeretariat 13 Demon Heads di Rusia.
Hingga saatnya tiba nanti, dewan sekretariat akan mengumumkan kepada para pewaris tentang apa yang diserahkan oleh mantan dewan yang menduduki kursi jika ia menyatakan pensiun atau mati.
Sebanyak 5 lembar kertas yang berisi wasiat untuk keempat anak Vesper, sudah dicap dengan darah dari kelima jarinya.
Eko pamit pergi untuk mengurus semua warisan itu. Ia keluar dari ruangan dan meninggalkan nonanya sendirian di sana.
Tugas Eko tinggal menyerahkannya pada dewan sekretariat yang kini dipegang oleh Amanda Theresia sebagai ketuanya.
Vesper memejamkan mata, ia sudah merasa tenang karena yang ia miliki sudah ia serahkan kepada keempat anak-anaknya.
Vesper menatap foto pernikahannya dimana keempat anaknya duduk mengapit di kanan kirinya dengan kedua suami yang berdiri di belakangnya.
Senyum Vesper merekah hingga sebuah petaka tak diduga tiba-tiba datang pada dirinya, lagi.
Mata Vesper melebar seketika saat sebuah helikopter tempur milik pemerintah muncul di depan jendela ruang kerjanya.
Terdengar suara tembakan bersahut-sahutan dari para Black Armys yang berjaga di luar kastil.
Vesper terperanjat dari dudukannya dan langsung berdiri. Ia segera mengambil senjata laras panjang yang ia sembunyikan di bawah meja kerjanya.
Vesper menyiagakan senjatanya dan membuka jendela ruang kerjanya yang cukup lebar itu dan muat untuk dimasuki oleh 3 orang sekaligus.
Vesper membidik para penembak dari pintu helikopter. Namun, saat Vesper bersiap menembak, tiba-tiba ...
SHOOT! JLEB!
"Agh."
"LILY!" teriak Han lantang yang berlari ke arahnya dimana Vesper ditembak oleh peluru bius yang mengenai lehernya.
Vesper roboh di lantai seketika. Han melepaskan peluru-pelurunya ke arah para penembak dimana helikopter itu merapat ke jendela ruang kerja Vesper.
Han ditembaki dan membuatnya harus berlindung agar tak terkena tembakan. Para pasukan pemerintah lompat lewat jendela dan masuk ke ruang kerja lalu mengambil Vesper.
Kai datang dan segera melakukan serangan balik dengan Eko bersamanya. Vesper dibawa oleh pasukan itu ke dalam helikopter untuk dibawa pergi.
"NONA LILY!" teriak Kai lantang dimana Vesper sudah dinaikkan dalam pesawat.
Eko, Kai dan Han mengamuk. Mereka menembaki para pasukan pemerintah di dalam ruang kerja Vesper.
Semua barang di sana menjadi sasaran tembak. Ruangan berantakan seketika seperti terkena terjangan topan.
Namun, yang membuat tempat itu menjadi lebih mengerikan adalah ... Vesper berhasil dibawa pergi oleh pasukan pemerintah.
"MBAK VESPER!!" teriak Eko lantang dimana seluruh pasukan pemerintah yang ada di ruangan itu telah tewas mengenaskan di tiap sudut ruangan.
Mata Kai, Eko dan Han terbelalak seketika. Helikopter yang membawa Vesper telah terbang menjauh.
Mereka bertiga berlari dan tetap menembakkan sisa peluru ke arah helikopter dimana di bawah mereka juga digempur oleh kendaraan militer yang membuat suasana pagi itu yang diselimuti salju benar-benar mencekam.
Suara dentuman bom dan ledakan-ledakan dasyat terdengar di seluruh tempat di kastil Borka. Tangan Kai dan Han gemetaran melihat isteri mereka dibawa dengan mudah oleh para tentara pemerintah.
Kai dan Han marah besar begitu pula dengan Eko, bodyguard-nya.
"AARGGHHHHH!!!" teriak Kai lantang bagaikan seekor monster yang mengaum karena mengalami penyiksaan dalam dirinya.
Kai menembakkan seluruh amunisi pada senjata laras panjangnya ke para pasukan pemerintah yang berada di lantai bawah yang mencoba menerobos masuk.
"Eko! Keluarkan pelindas!" teriak Kai lantang mengomandoi.
Eko mengangguk cepat dan segera berlari untuk melakukan yang Kai perintahkan. Kai segera berpaling dari bingkai jendela dan keluar dari ruang kerja Vesper untuk menghabisi para penyerang.
Jantung Han berdegup kencang, ia memejamkan mata dan tanpa ia sadari air matanya menetes. Han tak menyangka jika hal buruk terjadi lagi pada mereka.
Han membalikkan badannya dimana ia merasa begitu kehilangan. Baru kali ini ia gagal menyelamatkan Vesper, isterinya.
Han berjalan gontai menuju pintu keluar ruang kerja Vesper. Saat Han melangkahkan kakinya yang terasa lunglai pada seorang mayat penyerang di lantai, pendengaran Han teralihkan pada suara radio dari salah satu mayat itu.
"Green One, come in."
Mata Han terbelalak seketika. Ia langsung berjongkok dan mencari suara radio itu. Han menemukannya dan segera menjawab panggilan itu. Ia berpura-pura menjadi salah satu tentara.
Han mengatur nafasnya agar suaranya terdengar meyakinkan.
"Green One, active."
"Vesper sudah diamankan. Kembali ke markas. Tarik pasukan."
"Roger that."
Han langsung berlari keluar ruangan dan mencoba mengejar para tentara pemerintah yang menarik diri dari penyerangan.
Han masih membawa radio itu dalam genggamannya. Ia mengambil senjata para pasukan pemerintah dengan segera dan melucuti pakaian mereka.
Han kembali menyamar menjadi pasukan khusus seperti mereka. Anak-anak Vesper melihat yang Han lakukan dimana mereka bersembunyi di balik pintu gudang ruang makan.
"Apa yang ayah lakukan?" tanya Arjuna mendekati Han yang mempersenjatai dirinya di ruang makan.
Han terkejut karena Arjuna dan ketiga anak Vesper melihatnya. Tak lama, Kai dan Eko juga datang karena ingin mengamankan ketiga anak Vesper. Mereka kaget dengan yang Han lakukan.
"Percayakan Lily padaku. Aku akan membawanya kembali. Aku sudah pernah hidup di lingkungan militer pemerintah," ucap Han yang sudah berdiri tegap dengan mengenakan seragam militer itu.
Arjuna memeluk kaki ayahnya seketika dan kedua anak Vesper menangis sedih. Liu keluar dari gudang dan mendekati Han lalu memegang jemarinya erat. Han tertegun.
"Bring her home."
Han mengangguk. Ia lalu berjongkok dan memegang pipi Liu dengan senyum manisnya.
"Maaf, Dara. Ayah dan ibu belum bisa menemanimu bermain akhir pekan nanti. Kau tidak marah, 'kan?" tanya Han pelan.
Liu menggelengkan kepala tanpa ekspresi diwajahnya. Han tersenyum lalu mencium kening Liu dengan penuh kasih sayang.
Han lalu berdiri dan memegang pipi anaknya, Arjuna yang terlihat ia ketakutan.
"Jaga saudara-saudarimu. Kalian harus selalu kompak. Kau bisa diandalkan 'kan selama ayah pergi?" tanya Han menatap anaknya serius.
Arjuna mengangguk mantab. Han terlihat lega. Ia lalu mendekati Kai dan menepuk pundaknya kuat.
"Tunggu kabar dariku. Jaga anak-anak. Siapkan semua. Begitu ada celah, kita balas mereka," ucap Han serius.
Kai mengangguk dengan mantab. Eko juga ikut mengangguk. Han segera menutup wajah dengan masker milik mayat pasukan khusus itu.
Han berlari dengan senjata milik pasukan khusus dan berpura-pura telah membunuh para orang-orang di dalam ruang makan.
Kai dan semuanya berakting telah tewas tergeletak di sana. Para pasukan pemerintah percaya dan mereka segera pergi meninggalkan kastil Borka.
Liu yang ikut berpura-pura mati di dekat pintu ruang makan, perlahan membuka matanya dan bangun dari tempatnya bermain drama.
Ia berjalan pelan menuju pintu keluar ruang makan dan melihat sebuah helikoter melayang di atas kastil ibunya meninggalkan kekacauan yang mereka buat di sana.
Liu menyipitkan matanya melihat helikopter itu. Ia berguman.
"Mil Mi-28H Havoc number 50."
------
ILUSTRASI HELIKOPTER PEMERINTAH RUSIA
SOURCE : GOOGLE
boombastis.com
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 339 Episodes
Comments
Ayay Nya Yuda
/Cry//Cry//Cry//Cry/
2025-01-08
0
👑Mr. Cullen💣
hemmm...
2022-05-29
1
Lusisyarif
sumpah le setelah sekian purnama ketemu jg lanjutan dari vesper, gegara hp eror trs upgrade novel kehapus,pd akhirnya ketemu juga lelevil lelesan,oh my God love you le 🥰
2021-09-25
1