Di Greenland, markas kubu Vesper. Team yang ditugaskan dalam misi menyewa sebuah guest house yang dijadikan markas sementara sampai misi dinyatakan selesai.
"Dimana Tora?" tanya Drake panik karena tak mendapati Tora dan team-nya di markas.
"Jangan bilang dia tak mendengar instruksi yang kita berikan dari telepon kaleng. Memangnya apa yang dia lakukan? Apa jangan-jangan, Tora tertangkap pasukan Tobias?" tanya Buffalo panik seketika.
"Arghh! Kalian pernah dengar kata "kualat" dari Indonesia? Itulah akibatnya jika mengejekku. Tora kualat!" gerutu Drake dan para Black Armys yang berasal dari Indonesia hanya saling memandang.
"Sekarang bagaimana, Drake? Haruskah kita kembali?" tanya Buffalo cemas.
"Kita kirim orang saja untuk memastikan keberadaan mereka. Jarak kita bisa mengirim sinyal dengan mesin elektronik dari benteng terluar sejauh 500 meter," ucap Drake menjelaskan.
"P-111 sampai P-115, segera kembali dan temukan lelaki tua gundul itu. Jika dia tak mau kembali, seret dia!" perintah Drake tegas.
"Jika tak ketemu dan ternyata tertangkap?" tanya P-111.
"Segera hubungi markas dan tetaplah mengintai sampai kami datang," jawab Drake serius.
"Yes, Capt!"
Segera team pencari kembali ke kawasan di sekitar gedung Tobias untuk mencari keberadaan Tora.
Buffalo, Drake dan pasukan Black Armys yang tersisa segera melakukan perencanaan strategi kembali untuk menyusup ke dalam.
Namun, saat semua orang baru akan memulai diskusi, tiba-tiba pintu markas terbuka dan mengejutkan semua orang. Tora datang bersama team-nya berikut team pencari.
"Apa yang kau bawa? Kau berburu dan ingin memasak sup kelinci?" tanya Buffalo menebak.
"Kau kejam, kelinci ini begitu lucu dan menggemaskan. Oia, aku tahu sebuah rahasia," ucap Tora dan semua orang memicingkan mata.
Tora masuk bersama seluruh team-nya sembari meletakkan tas ransel yang ternyata berisi banyak kelinci di dalamnya.
Buffalo sampai terkejut karena jumlahnya sampai 12 ekor. Ia tak menyangka jika Tora yang tak merespon panggilannya itu karena sibuk menangkap kelinci.
"Aku kembali karena tak memiliki peralatan untuk menjadikan kelinci-kelinci lucu ini pasukan kita. Lalu, kenapa kalian kembali? Kalian pasti kedinginan dan kelaparan ya?" tanya Tora.
"Kau sungguh ingin kupakaikan wig ya? Kenapa ada orang begitu menyebalkan sepertimu?" gerutu Drake karena Tora malah menyindir mereka padahal Drake khawatir setengah mati karena Tora menghilang.
"Kenapa kau selalu marah-marah padaku? Aku tak melakukan kejahatan apapun," jawab Tora membela diri.
Saat Drake sudah siap dengan kepalan tangan ingin menghajarnya, Buffalo langsung menghalangi dengan mata melotot.
"Relax. Kenapa kau ini, Drake? Apa kau sedang kalah judi atau semacamnya? Kau menggerutu selama beberapa hari ini," tanya Buffalo heran.
Drake tak mau menjawab dan memilih pergi menghindar tak mau memperpanjang masalah.
Buffalo menatap Drake yang duduk lesu sembari meraih botol beer yang sudah dihangatkan dekat perapian.
Buffalo kembali memandangi Tora dan team yang memasukkan kelinci-kelinci itu dalam keranjang dimana seharusnya menjadi tempat meletakkan pakaian kotor.
Mereka membalik keranjang tersebut dan mengurungnya agar hewan-hewan berbulu itu tak kabur.
"Lalu, apa rencanmu?" tanya Buffalo menatap Tora dimana lelaki gundul itu malah tersenyum lebar.
Semua orang keheranan termasuk team yang bergabung bersama Tora. Lelaki Jepang itu kemudian membuka koper yang berisi peralatan pengintai seperti yang biasa dipakai oleh tikus-tikus penyusup di Markas Hashirama, Jepang didikan S dan M.
Buffalo mendekati Tora dan berjongkok di depannya. Semua orang mengerubungi Tora yang terlihat sibuk membuat sabuk yang akan dipakaikan di punggung kelinci tersebut, melingkar sampai ke bawah perutnya.
Drake yang penasaran ikut mendekat dan berjongkok di depannya. Ia melihat Tora yang serius dengan pekerjaannya sampai lidahnya terjulur.
Buffalo dan Drake hanya saling melirik menahan senyum karena diusianya yang menginjak 45 tahun, seumuran dengan Han, tingkah laku Tora masih seperti anak-anak.
"Nah, sudah selesai. Fal, coba kau nyalakan tablet pengintai itu," pinta Tora dan Buffalo segera mengoperasikan tablet itu.
"Bagaimana, apakah terlihat?" tanya Tora yang memakai gelang kamera di salah satu pergelangan tangannya.
"Ya, terlihat jelas. Eh, sebentar. Apa kau lupa jika seluruh alat elektronik akan mati jika memasuki gedung itu? Drone bahkan tak bisa diterbangkan. Jikapun bisa diterbangkan dari jarak yang tak terkena penghalang, Drone akan langsung mati mesin ketika masuk dalam medan elektromagnetik," ucap Buffalo kembali mengingatkan.
"Kau yakin?" tanya Tora memicingkan mata.
Buffalo dan Drake berkerut kening.
"Apa yang kau ketahui sedangkan kami tidak?" tanya Drake curiga.
"Helikopter itu? Para penjaga yang saling berkomunikasi dengan radio lalu Forklift, kenapa masih bisa beroperasi? Apa kalian tak menyadari? Lampu yang dinyalakan dan dipadamkan saat di dalam gedung?" tanya Tora menatap semua orang.
Buffalo dan Drake terperanjat seketika.
"Sebenarnya apa yang kalian amati selama dua hari ini? Apa salju dan udara dingin membuat otak kalian beku dan tak bisa berpikir? Mungkin kalian harus mencukur rambut agar bisa berpikir cerdas sepertiku. Rambut itu penghalang," ucap Tora mantab.
Sontak Buffalo dan Drake emosi seketika. Buffalo mendorong tubuh Tora hingga lelaki gundul itu jatuh terlentang.
Drake dengan sigap mencekiknya sampai giginya bergemeletak. Buffalo ikut menendangi kakinya. Pasukan Black Armys panik seketika, keributan terjadi.
Tora mencengkeram pergelangan tangan Drake mencoba melepaskan cekikannya yang tak serius, tapi sangat kuat.
Namun, Tora membalasnya dengan serius dengan menggigit jari-jarinya.
"ARGGHHH!"
Drake spontan melepaskan cekikannya dan memegangi jarinya yang lecet karena gigitan tajam Tora.
Buffalo yang terkejut karena Tora terbebas dari cengkaraman Drake, ditendang pergelangan kakinya oleh Tora hingga ia jatuh terlentang dengan punggung sebagai alasnya.
Buffalo ikut mengerang. Tora dengan cepat menjambak rambut Drake dan Buffalo bersamaan dengan kedua tangannya sampai beberapa helai tersangkut diantara jemari Tora.
Praktis dua orang itu meraung-raung mencoba melepaskan diri dari cengkraman kuat dua tangan Tora yang tak mereka sangka.
Ketika semua tentara panik dan mencoba melerai perkelahian yang mendadak terlihat serius itu, tiba-tiba pintu markas terbuka dan semua orang menghentikan aksi gilanya seketika.
"Pada ngapain, eh? Pemanasan 'kah?" tanya Hadi keheranan dengan team yang berdiri di belakangnya melongok penasaran.
"Oh, ada Tuan Muda!" pekik P-115 terkejut karena anak dari bosnya ikut datang juga.
Semua orang yang sedang beradu kekuatan di atas lantai itu segera bangun dan merapikan diri.
Hadi dan team yang baru saja datang segera masuk ke dalam di tengah hawa dingin Greenland yang tertutupi salju.
Arjuna segera duduk di dekat perapian. Dua Black Armys wanita yang bertugas memberikan minuman hangat dan cemilan untuk anak majikanya.
Arjuna menerimanya dengan senyum merekah dan segera menghabiskan hidangan itu.
"Kalian menyusul?" tanya Buffalo sembari menguncir rambutnya yang berantakan.
"Yah. Kami mendapatkan informasi terbaru tentang markas Tobias. Apa yang kalian dapatkan selama pengintaian?" tanya James ikut duduk di sebelah Arjuna menghangatkan diri.
"Kami, mmm ...." jawab Drake kebingungan sembari mengibas-ngibaskan jarinya yang terluka.
"Wait, apa kalian tadi berkelahi?" tanya Seif curiga mendekati tiga pemimpin kelompok itu.
"Yes."
"No."
Eko dan team bingung karena jawaban tiga pemimpin itu berbeda meski bersamaan. Tora menjawab "Yes" sedang Buffalo dan Drake "No". Team yang baru saja datang menghela nafas.
"Listen, Guys. Kita sedang dalam masa sulit dan aku tahu jika semua orang sedang tertekan. Namun, tolonglah kita saling mengerti dan memahami. Jangan memperburuk keadaan, jika Nyonya Vesper tahu kita saling berselisih dan berkelahi, ia pasti akan sedih," ucap James mencoba menasehati.
Buffalo, Drake dan Tora saling mengangguk dengan wajah tertunduk.
"Sorry," ucap Drake bersalah.
"Ya, kalian kumaafkan," sahut Tora dengan wajah polosnya.
Buffalo dan Drake kembali menatap Tora dengan sorot mata tajam. Orang-orang yang menyadari jika Tora biang keroknya hanya bisa menghela nafas.
"Jadi, apa rencananya, Om?" tanya Arjuna yang sudah selesai menyantap kudapan.
"Aku! Aku punya rencana! Dengarkan baik-baik," ucap Tora semangat yang langsung mengangkat salah satu tangannya tinggi dengan sabuk kamera pengintai di pergelangan tangan.
"Ya wes, Tora-kun. Mau bilang apa?" tanya Eko memberinya kesempatan.
"Dengar, ini adalah ide paling jenius dan brilian yang bisa menyelamatkan Vesper-sama. Simak baik-baik," ucap Tora yakin.
Semua orang mengangguk. Meski beberapa orang diantaranya tak yakin dan memasang wajah malas.
Tora duduk di tengah-tengah dengan sebuah kelinci dalam genggamannya. Ia memakaikan sabuk yang ia buat pada salah satu kelinci yang ditangkapnya dan membiarkannya berkeliaran di dalam rumah.
Buffalo mengawasi pergerakan kelinci itu dengan seksama. Setelah Tora yakin jika kelinci itu bisa bergerak leluasa dengan alat ciptaannya, ia meminta semua orang untuk membuat alat yang sama untuk dipasangkan ke kelinci tersebut.
"Sudah semua, Tora-kun. Terus?" tanya Eko menunggu instruksi selanjutnya.
Tora lalu tersenyum lebar dan membuka tas ranselnya. Ternyata masih ada satu hewan di sana dan itu adalah burung. Mata semua orang kembali terbelalak.
Tora memasangkan sabuk yang ia buat lagi dan ternyata khusus untuk burung tersebut. Semua orang menatapnya keheranan.
Tora lalu melepaskan burung itu di dalam rumah dan meminta Buffalo untuk melihat pergerakan pada burung itu. Hasil pantauan kamera bagus dan jelas.
"Oke. Buat yang banyak. Kita butuh banyak pasukan hewan untuk masuk ke dalam gedung Tobias," ucap Tora dengan mata berbinar.
"Pasukan hewan?" tanya Arjuna keheranan.
"Yes. Apa kalian tak sadar? Saat helikopter itu masuk ke dalam gedung, ada seekor burung melintas dan ikut masuk ke dalam area gedung. Begitupula saat Forklift keluar dari gedung dan para petugas yang saling berhubungan dengan radio. Itu saat medan elektromagnetik dimatikan. Penghalang listrik juga dipadamkan. Aku cukup yakin saat Buffalo melihat lampu gedung dinyalakan, di dalam sana tak ada penghalang sinyal apapun. Drake pasti mencatat waktu-waktu tersebut saat semua hal itu terjadi, 'kan?" tanya Tora serius yang kini menatap Drake kebingungan.
"Ya, ya aku mencatatnya," jawab Drake sembari mengeluarkan buku catatan kecil yang ditulisnya.
"Kekekeke, Drake, ya ampun tulisanmu ... ini sandi rumput kah?" ledek Eko.
Drake melirik Eko tajam dimana semua orang menahan tawa karena setuju dengan ucapan Eko barusan.
"Sudah kubilang 'kan jika tulisanmu jelek, kau malah marah padaku," sahut Tora dengan wajah polosnya.
Drake memejamkan mata menahan emosi. Hadi dan Bayu langsung menghampiri bodyguard Vesper berkulit hitam berbadan kekar seperti Seif itu.
Mereka memijat kedua bahunya dan merayunya agar tak marah lagi. Eko yang menyadari jika ucapaannya menyinggung Drake tiba-tiba menelengkupkan kedua tangan dan mendekatinya dengan jalan jongkok.
"Nyuwun pangapura, Raden Mas Drake terganteng se-Greenland. Eko sayang padamu," ucap Eko yang mengajaknya sungkem, tapi Drake memalingkan wajah.
Semua orang menahan senyum begitupula Arjuna yang baru melihat keakraban mereka dimana selama ini ia hanya mendengar dari cerita ibu dan ayahnya jika para bodyguard-nya saling menyayangi antara satu dan lainnya.
Arjuna kini mempercayai hal itu dan iapun ingin memiliki team yang solid seperti para bodyguard ibunya itu.
Arjuna mulai membayangkan siapa saja orang-orang tersebut yang nantinya akan masuk dalam kelompoknya.
-----
lunas 2 eps ya. kwkwkwk sistem rank vote kejam gaes. tau-tau udah rank 20 lagi aja. jangan lupa vote yang banyak ya biar bisa dobel eps lagi. tengkiuu lele padamu^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 339 Episodes
Comments
Isna Vania
kocaknya tim Tora, drake, nd buffalo /Facepalm//Smirk/
2024-12-16
0
hmd
❤❤❤❤💜
2021-07-11
0
Kiki94030908
dara berasa didikanya jordan gk sih, gk pernh ngmong
2021-05-01
0