Karena rank 21 jadi up 1 eps aja ya sesuai perjanjian. Kalo besok rank jadi 20 besar dobel eps lagi. Jadi gantian nih antara ADW atau SM yang bakal aju dobel eps. Tungguin aja. Trims atas dukungannya^^
--------- back to Story :
Tora menyeringai dan kesepuluh anggota team itu menatapnya keheranan. Tora kemudian melihat sekitar seperti mencari sesuatu.
"Apa yang kau cari, Tora-san?" tanya salah seorang Black Armys yang bisa berbahasa Indonesia padahal ia dari rekrutan Ceko.
"Tangkaplah kelinci sebanyak-banyaknya dan kumpulkan," jawab Tora berbisik.
"Kelinci? Rabbit?" tanya tentara itu memastikan.
Tora mengangguk sembari menirukan seekor kelinci dengan kedua tangan diletakkan di atas kepala membentuk telinga kelinci yang panjang ditambah menunjukkan dua gigi depannya yang besar.
Kening semua tentara berkerut dan mengangguk paham. Kesebelas orang dalam satu team itu mulai berpencar mencari kelinci di sekitar mereka.
Drake dan Buffalo yang tak mengetahui ide Tora itu tetap fokus mengamati gedung tersebut mencoba mencari celah.
Mereka pusing karena gedung itu dibentengi tembok setinggi 2 meter dengan listrik mengaliri benteng itu.
Ditambah seluruh benda elektronik yang digunakan akan mati mesin. Namun, dalam udara dingin yang membekukan tubuh, otak Buffalo malah memanas dan membuatnya berpikir.
"Kenapa helikopter itu bisa terbang memasuki gedung? Lalu bagaimana forklift tersebut bisa mondar-mandir di dalam gedung? Apa ... di dalam gedung itu tak ada penghalang?" tanya Buffalo lirih dant ternyata ucapannya tersebut di dengar oleh para anak buahnya.
Mereka saling memandang dan terlihat setuju dengan pemikiran Buffalo barusan. Salah seorang diantaranya menyampaikan hal ini pada Drake dan Tora dari telepon kaleng.
Namun, hanya Drake yang merespon sedang Tora tidak karena sibuk mencari kelinci di sekitar mereka.
"Bisa jadi begitu, Fal. Jadi apa rencanamu?" tanya Drake sembari memegang pensil yang kini hanya tersisa setengah itu karena ia tak sengaja mematahkannya tadi.
"Baik, dengar. Kita mundur sekarang dan kembali ke markas. Kita bahas ini lebih mendetail. Aku takut posisi kita sudah diketahui oleh musuh," ucap Buffalo berbisik dan seluruh team mengangguk paham.
"Oke. Kita mundur. Sampai bertemu di markas," balas Drake dan Buffalo pun bersiap bersama seluruh anggota team-nya meninggalkan gedung yang diyakini menyekap Vesper.
Buffalo dan Drake serta seluruh team mereka pergi pagi itu. Sayangnya, Tora dan team yang asyik menangkap kelinci tidak tahu akan rencana tersebut. Mereka tertinggal dan tetap bertahan di tempat itu seharian.
***
Di Kastil Borka, Kaliningrad Oblast, Rusia.
Terlihat Arjuna sudah memulai latihannya sembari menunggu jemputan dari Seif dan James yang ternyata diterbangkan ke Ceko untuk menginterogasi Diego Flame.
Arjuna yang terus memaksa untuk dilibatkan akhirnya akan menyusul ke Markas Pak Sutejo ditemani oleh Eko. Mereka akan terbang dengan pesawat pribadi Nyonya Rose.
"Ingat Arjuna, kau harus berhati-hati. Meskipun banyak orang yang melindungimu, tapi Diego Flame seorang penjahat. Kau cukup mendengarkan saja saat interogasi berlangsung dan pelajari. Jika kau ingin menyampaikan pendapat, katakan saja pada om-om di sana. Kau mengerti?" tanya Kai menatapnya tajam.
Arjuna mengangguk paham. Ia lalu mendekati Liu yang sudah mulai sadar dan tak panas lagi meski masih lemas. Arjuna memegang tangannya dan tersenyum manis pada adik kecilnya itu.
"Kak Juna pergi dulu ya, nanti balik lagi kok. Dara jaga kesehatan ya, nanti kita main sama-sama lagi," ucap Arjuna lembut.
Liu hanya mengangguk dalam diamnya. Tiba-tiba, CUP. Kai dan Jeremy tertegun karena Arjuna mencium kening adiknya itu. Kai dan Jeremy saling melirik tak berkomentar hanya tersenyum tipis.
"Yuk, Om Eko," ajak Arjuna yang sudah bersiap.
"Ya wes. Kita pergi dulu ya. Bye, Dara unyu," sapa Eko sembari melambaikan tangan kepada anak terkecil Vesper.
Namun, Dara diam saja menatap Eko. Bodyguard Vesper berkepala gundul itu hanya mengelus dadanya mencoba bersabar karena sapaannya tak direspon oleh anak bosnya.
Arjuna dan Eko dikawal oleh Black Armys menuju ke bandara. Mereka akan langsung terbang ke Ceko siang itu.
Penerbangan selama 8 jam dimanfaatkan Arjuna untuk beristirahat seperti permintaan Eko karena sesampainya mereka di sana nanti, interogasi akan langsung dilakukan.
James, Seif dan The Kamvret sudah menunggu kedatangan mereka semua di markas Pak Sutejo tempat pemotongan kayu yang berada di hutan dataran tinggi.
Arjuna dan Eko dijemput oleh Black Armys yang sudah ditempatkan di sana untuk menjaga markas.
Mereka tiba di rumah padepokan kamuflase pukul 9 malam. Jantung Arjuna berdegup kencang karena ia baru pertama kali mengunjungi salah satu fasilitas milik ibunya itu.
Jonathan bahkan belum berkunjung. Ia hanya mengunjungi bengkel modifikasi mobil. Ia yang tak tertarik dengan petualangan alam dan lebih menyukai suasana perkotaan enggan berkunjung kala itu.
"Oh, ini anak kedua Nyonya Vesper? Arjuna ya? Wah namamu Indo banget, Dek," ucap Hadi sembari mengajak Arjuna bersalaman.
"Ya, Om," jawab Juna sungkan sembari menyambut jabat tangan itu.
"Panggil Pakde aja. Biar keliatan berwibawa dan dituakan gitu. Oke, oke?" pinta Hadi dan Arjuna mengangguk karena menurutnya anggota The Kamvret sangat mirip dengan Eko, seperti manusia jiplakan hanya beda rupa dan postur tubuh saja.
"Kau siap, Juna?" tanya Seif dan Arjuna mengangguk mantab.
"Siapkan semua!" perintah James tegas dan semua petugas di sana mengangguk paham.
Arjuna diajak ke ruang bawah tanah dengan berbagai lapis keamanan. Mulai sidik jari tiap orang yang akan masuk ke ruangan itu, pindai wajah bahkan suara.
Arjuna melongo karena tak menyangka jika sistem keamanan di tempat tersembunyi itu cukup ketat.
Mereka masuk ke sebuah ruangan lalu menuruni tangga sampai bertemu dasar tempat itu.
Hingga akhirnya, Arjuna melihat sebuah penjara dimana Lion duduk di luar jeruji besi sedang menjilati kaki depan dengan lidah besarnya.
Arjuna menelan ludah, Lion kurang suka padanya dan hanya menurut pada Liu, Kai dan Paman BinBin saja. Arjuna gugup seketika.
"Ikut aku," ucap Hadi mengajak Arjuna untuk ikut bersamanya masuk ke sebuah ruangan yang cukup luas dengan segala jenis peralatan komunikasi di sana.
Ada banyak komputer, laptop, monitor segala jenis ukuran terpasang di dinding pusat komando.
Banyak orang bertugas di sana, tapi penampilan mereka cukup unik. Mereka memakai seragam batik dengan corak beragam.
Bahkan ada yang memakai blankon, sarung, teklek dan menyarungkan keris di balik pinggul.
Arjuna melongo seketika. Ia cukup mengenal jenis pakaian itu saat ia belajar bertani di Yogyakarta tempat keluarga Herlambang kala itu.
"Duduk sini, Junet," ucap Hadi menarik sebuah kursi untuknya.
"Bahkan Pakde Hadi ikutan panggil aku Junet kaya Om Eko. Aduh," keluh Arjuna dalam hati sembari mendekati kursi itu dan duduk di sana.
"Eh, ini anak Nyonya Vesper kah? Ganteng ya, bagos kaya Bayu," celetuk Bayu yang duduk di sebelah Arjuna.
Arjuna hanya meringis karena ia masih merasa aneh dengan logat Jawa yang belum dikuasainya.
"I-iya, Om," jawab Arjuna sembari membungkuk sedikit menunjukkan rasa hormatnya.
Bayu, salah satu anggota The Kamvret tersenyum padanya. Hingga akhirnya, Arjuna melihat dari layar monitor di depannya yang dibagi menjadi 4 dari segala sisi dimana terlihat lelaki tua yang ia yakini Diego Flame sedang duduk di sebuah kasur yang hanya muat untuknya seorang.
Penjara ukuran 3 x 3 meter dengan closet duduk yang berada dalam satu sel. Wastafel, sebuah tempat tidur, selimut, sebuah bantal, sebuah meja kecil dengan sebuah kursi kayu di sana.
Dikelilingi besi yang mengurungnya dengan Lion yang berjaga di luar jeruji. Seluruh pergerakan lelaki tua itu terlihat. Jantung Arjuna berdebar, ia gugup.
"Perhatikan dan pelajari, Arjuna," ucap Hadi berbisik di telinga Arjuna dimana ia berdiri di belakang anak lelaki Vesper itu.
Arjuna mengangguk dan matanya hanya fokus pada keempat layar di depan monitor itu.
Terlihat Seif, Eko dan James mendekati jeruji. Lion yang sudah mengenali bau dari tiga bodyguard Vesper itu dengan tenang mempersilakan mereka masuk ke dalam sel.
Diego Flame yang sudah tua, menelan ludah dan memeluk bantalnya erat menatap tiga lelaki yang berdiri di depannya membawa alat penyetrum.
Mereka berbicara dalam bahasa Inggris (kurang lebih diterjemahkan seperti ini pembicaraanya).
"Apa lagi? Kalian sungguh ingin menyiksa orang tua ini?!" pekiknya lantang.
"Dimana kediaman Tobias?" tanya James menatapnya tajam.
"Islandia. Sudah. Aku sudah mengatakannya!" jawabnya cepat.
Semua orang heran karena jawaban Diego sepertinya benar. Mereka menemukan Tobias di Islandia, tapi mereka tak percaya begitu saja.
"Greenland. Ada apa di sana?" giliran Seif bertanya.
Mata Diego melebar seketika. Ia terlihat gugup dan memalingkan wajah. Mata semua orang menyipit menatap gerak-geriknya yang mencurigakan termasuk Arjuna.
"Aku tak tahu. A-aku belum pernah ke sana," jawab Diego lirih.
CRRTTT!!
"Kalian akan menyetrumku hanya demi Greenland?!" pekik Diego panik seketika saat melihat aliran listrik pada alat penyetrum yang Eko bawa.
"Answer or this stick will land on 'nunukmu', Mr. Diego," ucap Eko sembari melirik kejantanan lelaki tua itu dengan wajah garang.
Diego pucat seketika. Arjuna menoleh ke arah Bayu.
"Om Eko ngomong apa sih?" tanya Arjuna bingung dan Bayu hanya meringis tak menjawab.
Hadi malah memegang kepala Arjuna dan mengarahkannya lagi ke monitor agar fokus. Arjuna kembali menatap layar itu seksama.
"Yang ku tahu, itu tempat milik salah satu Flame. Namun sungguh, aku belum pernah berkunjung ke sana. Tempat itu dingin," jawab Diego sembari melirik Eko yang mengayunkan tongkat setrumnya yang terus diarahkan ke area itu.
"Singkirkan benda itu!" teriak Diego kesal dan melotot pada Eko.
"Siapa yang pernah pergi ke sana?" tanya Seif menatap Diego yang ketakutan.
"Diego," jawabnya serius.
"Welah. Mulai edan. Tadi bilangnya doi gak pernah ke sana, pas ditanya siapa yang udah pernah ke sono malah pak tua kisut keriput ini nyebut namanya. Tak nunul tenan loh anumu," ucap Eko gemas dengan pria tua di depannya dengan bahasa Indonesia campuran.
"Heh, Suuu! Inget gak kejadian yang di kastil angker waktu itu yang bilang kalau Diego itu ada dua? Kata Nyonya Vesper, yang pas ketemu dia berdarah-darah itu lho," sahut Hadi dari microfon yang suaranya santer terdengar dari speaker dengan bahasa Indonesia campuran pula.
"Hah? Mama berdarah-darah?" pekik Arjuna melotot seketika karena tak mengetahui hal itu.
"Eish, kamu diem aja malah ikutan nyaut lho. Ini di-speaker suaramu kedengeran," celetuk Bayu menatap Arjuna sambil melotot.
Arjuna membungkam mulutnya rapat seketika dengan kedua tangan Kening Diego berkerut.
"Siapa yang bicara barusan? Ada suara anak lelaki," tanya Diego penasaran.
"Nothing," jawab Seif tegas.
Diego menyipitkan matanya.
"Aku hanya mau memberitahukan tentang Greenland pada anak lelaki itu. Temukan aku dengannya. Aku cukup yakin jika itu anak Vesper. Benar 'kan?" tanya Diego yang berwajah serius seketika.
Semua orang tertegun dengan ucapan Diego barusan. Jantung Arjuna berdebar. Ia terlihat kebingungan dan menatap wajah semua orang seksama yang kini ikut memandanginya.
-----
ILUSTRASI
SOURCE : GOOGLE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 339 Episodes
Comments
🍃syafira indah🍃
😂😂😂eko san bisa aja q ngeklek klô ada part eko san lee,dan kamu lee bisa juga pake ada tulisan nunuk mu segala itu kan buat cewe lee bukan kw cowo perut q kram baca part ini ajuu
2021-10-06
0
hmd
💜💜💜💜❤
2021-07-11
0
HNF G
hayo....hati2 lho....ntar malah gantian junet disandra😅😅😅
2021-07-04
0