Kwkwkw rank vote 19 baiklah dobel eps lagi nih. Baiklah, semoga suka ceritanya dan jangan lupa likenya ya ... lha itu jomplang bgt dr eps 4 smpi akhir kok gak seimbang elah. Syedih lele, huhu.
Oia btw lele lagi ikut lomba nulis di aplikasi sebelah Novel Me. Yg punya akun disana boleh mampir ke novel The Red Lips.
Dukung lele dengan kasih komen dan rate bintang 5 ya.
Di sana bisa kasih hadiah ibarat tips koin disini dan ada yang namanya star vote, berikan ke lele semua ya.
Napsu pokokmen kwkwkw siapa tau nanti pembaca disana bisa diboyong ksni ya kan trus kita rumpi2 di gc dan AR lele biar makin semrawut nanti. Hahaha. Baiklah itu aja,
tengkiuu^^
---- back to Story :
Hari itu semua orang meninggalkan Islandia. Axton meminta Sergei untuk mengurus markas Bardi dengan 20 Black Armys yang Kai tinggalkan sebagai pasukan penjaga tempat itu.
Torin berterima kasih dan berjanji akan kembali secepat mungkin setelah ia berguru dengan Axton, Sang Cassanova.
Axton, Yuki dan Torin terbang ke Amerika. Jonathan memutuskan untuk ikut bersama Ivan dan Pustakawan Tom pergi ke Inggris untuk belajar menjadi mafia hebat seperti ayah baptisnya itu. Ia akan kembali ke kastil saat kabar Han ditemukan sampai padanya.
Sedang Kai bersama seluruh orang-orang dalam jajaran Vesper termasuk Arjuna, Lysa dan Liu kembali ke Rusia, Kastil Borka.
Liu yang masih mengalami demam membuat Kai khawatir karena ia takut jika anaknya akan bernasib sama seperti ibunya.
Akhirnya, perjalanan panjang itu berakhir. Mereka tiba ke Kastil Borka dan Jeremy sudah menyambut mereka dengan peralatan medisnya.
Liu segera dibaringkan di ruang perawatan karena Jeremy harus melakukan banyak tindakan medis pada anak terkecil Vesper itu.
Kai dengan setia dan penuh kesabaran menunggui anaknya tersebut meski perasaan cemas menyelimutinya.
Lysa dan Arjuna pergi ke ruang tengah. Mereka berdua terlihat murung hingga Eko, Eiji, Dominic dan BinBin mendatangi mereka seperti ingin membicarakan hal serius.
"Kata Kai, kalian ingin kembali berlatih di camp militer. Apa itu benar?" tanya Dominic serius.
Lysa dan Arjuna mengangguk.
"Lalu bagaimana dengan kuliahmu, Lysa?" tanya Eiji.
"Aku tetap akan menyelesaikannya dengan baik. Hanya saja, bisakah aku tetap berlatih selama di mansion? Bisakah aku meminta kepada Verda tinggal di Amerika sementara waktu untuk melatihku dan Yuki?" tanya Lysa penuh permohonan.
"Baiklah, aku akan coba meminta kepada Verda untuk hal itu. Lalu, Arjuna. Kau bilang ingin One menjadi mentormu? Namun, One sedang dalam misi pengejaran dan pencarian ibumu di seluruh perairan yang dilewatinya. Bisa berbulan-bulan atau tahunan kau baru bertemu dengannya. Sebaiknya kau berlatih bersama James atau Seif terlebih dahulu saja," saran Dominic lagi.
Arjuna mengangguk dan siap akan hal itu.
"Kenapa gak ada yang minta Kang Eko jadi mentor dah? Kang Eko bagus loh waktu ngajarin si Jo nyopir. Noh udah lihai dia kaya pembalap F1. Gak kaya embaknya, pohon gak salah apa-apa ditabrak, kasian," ledek Eko menyindir Lysa.
"Ya! Om Eko gitu," cemberut Lysa.
Semua orang yang mendengar hanya terkekeh. Namun, suasana kembali hening dan kepala semua orang tertunduk.
"Kita gak ngapa-ngapain nih? Bengong gini doang sampai dapet kabar Mbak Vesper dibebasin? Kok rasanya, Eko jadi kaya orang gak berguna ya. Eko kangen dimaki-maki sama Mbak Vesper," ucap Eko menerawang mengingat masa lalu sembari menatap lampu cystal di langit-langit.
"Sepertinya begitu, Eko. Buffalo , Tora dan Drake sedang menjalankan misinya di Greenland. Mereka membawa banyak pasukan untuk memantau secara langsung pergerakan Tobias," sahut Eiji.
"Tobias ... eh, bukannya Diego Flame masih satu kerabat dengan Tobias? Kenapa tak kita libatkan Diego?" tanya BinBin tiba-tiba.
Diego Flame yang kembali dipindahkan ke Ceko setelah markas milik Pak Sutejo rampung, dipenjara di bawah tanah selama 2 tahun menjadi tahanan Vesper.
Dua markas yang kini dikelola oleh The Kamvret memiliki fasilitas mutakhir, hampir sama dengan markas Vesper lainnya yang sudah dibangun lebih dahulu.
"Eko akan terbang ke Ceko buat introgasi dia," ucap Eko cepat.
"Aku ikut, Om. Juna pengen liat secara langsung gimana interogasi orang. Ini salah satu bentuk pelatihan, 'kan? Juna udah mutusin buat ikut jalan mafia kaya mama," sahut Arjuna semangat.
Semua orang menatapnya seksama.
"Embuhlah, Junet. Ini Om Eko beneran kaya orang bloon loh. Kaya gak ngerti harus gimana gitu nanggepin permintaan kalian-kalian. Kalo ibumu ada, dia ngizinin gak?" tanya Eko lagi dengan wajah lugunya
"Pasti dikasih lah. Mama 'kan baik dan pengen Juna jadi lelaki yang kuat," jawab Juna meyakinkan.
Semua orang kembali saling melirik termasuk Lysa yang ikutan bingung akan hal ini.
Biasanya jika ada ibu mereka, Vesper, mereka diizinkan atau tidak, ia selalu memberikan alasan keterlibatan dalam hal tersebut. Baik buruk, untung rugi bagi mereka sehingga anak-anak itu bisa berpikir rasional.
"Mungkin karena kita belum memiliki anak, kita jadi tak tahu bagaimana harus bersikap, Eko," sahut Eiji yang ternyata ikut bingung.
Tiba-tiba, sebuah suara ikut menimpali pembicaraan.
"Ya gak papa toh, Nak Juna ikut ke Ceko. Tempat itu aman, dijaga sama banyak pasukan terlatih. Ada The Kamvret dan Lion juga. Kemarin aja Juna mau ke Afrika Selatan dibolehin 'kan sama Mbak Vesper sebelum penyerangan. Malah cuma pergi sama Mas James dan Seif. Yakin Dewi kalo Juna dibolehin pergi sama Mbak Vesper," ucap Dewi membawa tumpukan amplop yang ia dapat dari petugas gerbang terdepan untuk semua surat masuk ke kastil.
"Wah, Dek Dewi siap punya momongan 'kah?" tanya Eko langsung sumringah dan Dewi hanya tersipu malu sembari menepuk lengan suaminya itu dengan tumpukan amplop.
Eko malah menjulurkan lidah sembari menaik-turunkan alisnya entah apa maksudnya.
Dewi memberikan amplop-amplop itu pada Dominic dan lelaki itu segera mengeceknya satu persatu.
Hingga sebuah amplop yang memiliki logo stempel khusus warna merah dengan huruf "V" di sana membuatnya menyingkirkan amplop-amplop lainnya.
Mata semua orang terbelalak seketika. Dominic membuka amplop itu tergesa karena penasaran dengan isinya begitu pula semua orang.
Namun, keningnya berkerut saat isi amplop itu berisi sebuah foto Vesper yang terlihat begitu tertekan dengan luka di wajahnya.
Lysa membungkam mulutnya seketika dan berlinang air mata. Arjuna melihat di balik foto tersebut ada sebuah tulisan dengan tinta berwarna merah.
"Om, ada tulisan di baliknya!" pekik Arjuna menunjuk foto tersebut dan Dominic dengan segera membaliknya.
Jantung semua orang berdebar. Mereka tak menyangka jika Tobias sungguh ingin menguasai Vesper demi tujuannya.
"Hallo ... hallo ... kalian tak usah repot-repot mencari Ratu kalian. Dia hidup senang denganku. Kalian bisa liat wajahnya yang sangat cantik tanpa make-up. Ia menatapku tajam dan terlihat bergairah ingin menghabiskan sisa hidupnya denganku. Oh, sungguh romantis.
Tunggu saja kiriman dariku selanjutnya dan camkan baik-baik. Berani kalian mengambil Vesper dariku, kubunuh seluruh orang dalam jajaran kalian kecuali keempat calon anak-anakku. Sambut aku sebagai ayah baru kalian, Lysa, Arjuna, Jonathan dan Dara.
Ayah Tobias menyayangi kalian."
"Waghh! Warghh! Asuuuu! Eko gak tahan lagi, ayo cepet kita bejek-bejek itu Tobias! Napsu Eko mau mampusin orang itu!" pekik Eko langsung murka dan berdiri dari tempatnya duduk.
Lysa terlihat tertekan dan air matanya menetes seketika. Arjuna ikut marah dan merebut foto itu.
Ia menatap wajah ibunya yang baginya seperti orang mengalami penyiksaan hingga tak terlihat rona kebahagiaan di wajahnya.
"Ayah Han! Kau dimana?!" teriak Arjuna lantang yang ikut marah.
Arjuna mengamuk. Ia berdiri dari tempatnya duduk dan menendang meja yang ada di samping sofa hingga vas bunga yang ada di atasnya pecah.
Arjuna melampiaskan kekesalannya dengan memukul dan menendang semua barang yang dilihatnya dimana ia masih memegang foto ibunya itu dengan penuh amarah.
Lysa segera berdiri dengan air mata berderai, berlari mendekati adiknya yang sedang kalap itu.
Ia langsung memeluk Arjuna erat dari belakang. Eiji juga segera mendatangi Arjuna yang kini tangan kirinya berdarah karena memukul kaca jendela hingga pecah.
"Juna udah ... udah ...." pinta Lysa memegangi perut Arjuna erat.
Nafas anak kedua Vesper itu menderu dengan wajah penuh kebencian terpancar.
"Juna hentikan! Yang kau lakukan ini tak ada gunanya! Kau hanya akan membuat Tobias tertawa jika melihatnya. Hentikan, hentikan," pinta Eiji yang ikut menahan kedua pergelangan tangan Arjuna yang mengepal hingga foto ibunya sampai berkerut.
Arjuna menangis dan roboh di lantai. Lysa melepaskan dekapannya begitu pula Eiji.
"Mama disakiti Tobias, Om Eiji. Om gak liat wajah mama, hah? Ayah Han dimana? Kenapa ayah belum pulang juga! Jika mama sampai dibawa Tobias, artinya ayah Han gak nyari mama! Dimana dia sekarang?!" pekik Arjuna lantang hingga wajahnya memerah dengan wajah sudah basah oleh air mata.
Semua orang tak tahu harus berbicara apa. Mereka berdiri diam dan terlihat lesu. Tiba-tiba, seseorang mendatangi Arjuna yang roboh di lantai dan iapun ikut berjongkok di depannya.
Lelaki itu tersenyum padanya sembari meraih tangannya yang berdarah. Ia membalutnya dengan sebuah kain dengan penuh perhatian.
Arjuna diam menatap lelaki itu seksama dimana ia dulu begitu membencinya, tapi sekarang sudah tak lagi karena lelaki itu memperlakukannya dengan baik selama mereka tinggal bersama.
"Ayahmu mencari ibumu, Arjuna. Ia lelaki bertanggung jawab dan begitu menyayangimu. Yang kutakutkan, Han mengalami nasib buruk di luar sana mengingat yang ia kejar ternyata Tobias. Lelaki itu pasti melakukan hal buruk pada ayahmu sehingga ia belum bisa kembali pada kita. Doakan ayahmu agar ia baik-baik saja dan kembali dalam keadaan selamat," ucap Kai lirih yang sudah selesai membalut luka di tangan Arjuna dan membuat simpul kecil di atas punggung tangannya agar tak lepas.
"Hiks, hiks, Papa Kai ... ayah ...." tangis Arjuna dan Kai segera memeluk anak Han itu.
Kai memejamkan mata karena ia tahu perasaan sedih yang Arjuna rasakan sekarang. Lysa menghapus air matanya dan berusaha untuk tegar bagi adik-adiknya.
"Kami akan terus mencarinya, Juna. Jangan sedih, akan ku kerahkan semua kemampuanku untuk menemukan ayahmu. Kau percaya padaku, 'kan?" tanya Eiji dan Arjuna mengangguk pelan dimana Kai sudah melepaskan pelukannya perlahan.
Kai menghapus air mata Arjuna dan menatap matanya lagi agar ia selalu kuat sampai ayahnya ditemukan. Arjuna mengangguk dan mencoba menenangkan diri.
***
Di sisi lain, pinggir pantai. Udara dingin masih menyelimuti tempat itu dan terlihat tumpukan salju di sekitarnya.
Seorang nelayan yang baru saja melabuhkan perahu motornya setelah ia memancing di laut dan mendapatkan tangkapan yang cukup banyak untuk hari itu bersama anj*ngnya, mulai menginjakkan kaki ke lantai dermaga yang terbuat dari kayu.
Ia ingin segera pulang dan memamerkan hasil tangkapan ke keluarganya. Namun, saat ia akan mengendarai mobil pick up miliknya, anj*ng itu menggonggong kencang dan menaikkan kaki depannya ke pinggir bak itu.
Lelaki itu tertegun dan meletakkan ikan-ikan itu perlahan dalam bak sembari mendekati peliharaannya tersebut.
Ia melihat anj*ngnya terus menggonggong ke arah terpal yang menutupi peralatan pancing. Dengan ragu dan takut-takut, lelaki itu menarik terpal itu perlahan.
Lelaki itu terkejut dan nyaris berteriak karena sebuah jangkar kecil tajam diarahkan padanya. Lelaki itu sontak mengangkat kedua tangannya dan anjing itu mengeram.
Namun, saat lelaki itu ingin berteriak meminta tolong pada orang-orang yang masih terlihat di sekitar dermaga, tiba-tiba ....
BRUKK!!
Lelaki itu terkejut karena lelaki berwajah Asia itu ambruk tak bergerak. Terlihat ia memegangi perutnya dan ada noda darah pada telapak tangannya. Ia masih memegang jangkar kecil itu dalam genggaman tangan kanannya.
Nelayan paruh baya itu kebingungan dan kini memegangi anjingnya erat.
"Pavlo, kau tak apa?" tanya salah satu nelayan di kejauhan yang bersiap naik ke mobilnya dengan bahasa Rusia.
"Oh, ya ya. Aku sedang merapikan peralatan memancingku. Sampai jumpa," balas lelaki bernama Pavlo sembari menutup lelaki Asia itu dengan terpalnya lagi.
Pavlo bahkan membungkam mulut anj*ngnya agar berhenti menggonggong. Ia lalu berdiri sejenak berpikir apa yang harus ia lakukan pada lelaki yang nyaris membunuhnya tadi.
---------
ILUSTRASI
SOURCE : PINTEREST
---------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 339 Episodes
Comments
Isna Vania
ternyata han masih hidup
semoga nelayan itu mw menolong han /Shy/
2024-12-16
0
Lusisyarif
pokoknya aku dr kmrin greget bgt sm si tobias tabiat nya ora jelas,kezel jd kebawa halu tingkat tinggi le aku, pingin ikutan di dlm novel mu sebagai Dewi penyelamat sang ratu mafia Vesper 💃💃
2021-09-26
0
rudy adji
Yeeeessssss
2021-07-30
0