Makasih ya votenya. Sesuai janji dobel eps hari ini. Jangan lupa terus vote kl rank 4YM bs masuk 20 besar tiap harinya akan lele dobel eps nih tiap harinya juga. Like nya juga jangan sampai ketinggalan yak.
Oia novel-novel lele karena memakai banyak visual artis dan aktor termasuk model, jadi ini termasuk Fan-Fic ya, alias seperti membayangkan orang-orang tersebut berperan dalam karakter yang dibuat dalam cerita tersebut. Gitu aja, Tengkiuu^^
ILUSTRASI
SOURCE : PINTEREST
-------- back to Story :
Kai segera menarik seluruh team untuk bergegas kembali ke kediaman Bardi. Para mayat anggota The Circle dibiarkan tergeletak agar polisi yang akan mengurus mereka.
Jenazah para anggota Black Armys dimasukkan dalam kantong mayat dan di bawa ke dalam mobil.
Kai meminta pada pasukan Black Armys lainnya yang masih bertahan untuk menguburkan mereka dengan layak di tanah negara itu dan merekapun segera melaksanakan perintah orang nomor dua setelah Vesper tersebut.
Sepanjang penerbangan, Torin tak henti-hentinya meneteskan air mata. Ia tak menyangka jika keadaan akan menjadi seburuk ini.
Eiji dengan setia menemaninya begitu pula Eko yang mengelus-elus punggung Torin agar merasa lebih baik.
Sesampainya di rumah, tangis Torin meledak. Yuki berdiri sendirian di halaman luas itu dengan air mata yang berusaha ia tahan agar tak kembali menetes.
Terlihat banyak mayat yang belum dimasukkan dalam kantong karena Yuki tak bisa melakukannya seorang diri.
Ia hanya berhasil memasukkan jenazah ibu Torin dan kedua adiknya serta beberapa petugas yang ada di dekatnya.
"Maaf, Torin. Aku tak bisa melindungi mereka semua. Aku minta maaf," ucap Yuki yang akhirnya menangis juga.
Lysa segera menghampiri sahabatnya itu dan memeluknya erat. Yuki dan Lysa sama-sama menangis karena tak tahu harus bagaimana lagi menyikapi tragedi ini.
Torin berjalan gontai mendekati kantong mayat ibunya yang sengaja dibuka sebagian agar wajahnya tetap terlihat.
Torin roboh dan bersimpuh di samping mayat ibu dan dua adiknya.
"Hiks, hiks ... aargghhhh!! aagggg! hiks, ibu ...."
Semua orang hanya bisa tertunduk dan ikut berlinang air mata karena tak menyangka jika Tobias akan sebrutal ini menghabisi nyawa keluarga Torin.
Axton mendekati keturunan terakhir dari Bardi perlahan dan mencengkeram pundaknya erat.
"Masih ada aku, Torin. Kau akan baik-baik saja," ucap Axton meyakinkannya dan Torin kembali menangis.
Axton lalu meminta kepada Sergei dan lainnya untuk memakamkan mereka semua di tanah belakang kediaman Bardi.
Praktis, hampir sebagian tanah Bardi menjadi sebuah pemakaman karena tragedi naas itu.
Upacara pemakaman kembali dilanjutkan di hari yang menjelang malam.
Kai dan lainnya membatalkan kepulangan mereka ke negaranya masing-masing hari itu. Mereka memutuskan untuk tinggal satu malam lagi untuk memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Acara pemakaman berlangsung hikmat dan penuh duka. Torin sampai tak bisa bernyanyi dan setegar saat kematian ayahnya karena ia sudah kehilangan seluruh keluarga bahkan kedua adiknya.
Sebuah rasa sakit yang teramat sangat karena kematian mereka bukan karena suatu penyakit atau kecelakaan tunggal, melainkan dibunuh sengaja oleh musuh mereka.
Hati Torin menjadi beku dan menghitam. Kini tujuan hidupnya hanya ingin menghabisi nyawa Tobias dan seluruh keturunan Flame. Tobias harus merasakan kesedihan yang ia rasakan, malah harus lebih buruk lagi.
Semua orang menyadari jika Torin berubah. Senyumannya tak lagi terlihat sejak pemakaman hari itu.
Ingin rasanya Lysa mendatangi Torin dan memeluknya, memberikan semangat, tapi ia sudah terikat pada Javier dan ia menghormati kesepakatan yang sudah berlangsung 2 tahun itu sejak di Afganistan.
Di kamar tempat Liu di rawat.
Kai sangat cemas dengan kondisi anaknya, Sandara Liu yang tiba-tiba panas hingga membuat tubuh kecilnya itu menggigil.
Kai kebingungan karena obat penurun panas tak bereaksi untuknya.
"Kenapa Dara bisa seperti ini? Apa yang Tobias lakukan padanya?" tanya Kai menatap Pustakawan Tom dan Jonathan yang menungguinya.
"Tobias gak lakuin apa-apa, Papa Kai. Dara tau-tau sakit," jawab Jonathan jujur.
Kai terlihat begitu sedih. Dara memejamkan matanya sejak ia tiba. Bibirnya kering dan tubuhnya panas, Kai sangat khawatir.
Hingga ia teringat sesuatu dan memegang telapak tangan serta telapak kaki anaknya yang dingin itu.
"Apa jangan-jangan, Dara keracunan? Darahnya terkontaminasi racun syaraf milik Lily saat ia dikandung dulu. Apakah ... racun itu tumbuh kembali dalam dirinya?" tanya Kai terlihat panik seketika.
"Mungkin, Papa. Kalau gitu kita harus segera kembali ke kastil. Aku akan telepon paman Jeremy agar segera datang," sahut Arjuna yang berdiri di depan pintu dengan Lysa di sampingnya.
Kai mengangguk dan Arjuna segera kembali ke kamarnya untuk menghubungi Jeremy. Lysa mendekati Liu dan menatapnya dengan sedih.
"Pustakawan Tom. Tadi kau bilang ibu menyampaikan sesuatu pada kalian. Apa yang dikatakannya?" tanya Lysa penasaran yang sempat mengobrol dengan Tom sebelum acara pemakaman masal.
Semua orang menatap Tom seksama dimana Eko, Eiji dan Ivan ikut datang ke ruangan itu untuk melihat kondisi Liu.
"Itulah masalahnya, aku dan Jonathan tak tahu. Namun, Nona Dara tahu. Kami sempat melihat Dara mengangguk saat Nyonya Vesper menyampaikan pesan terakhirnya pada kami. Daralah kunci dari pesan terakhir itu, hanya dia yang tahu," ucap Tom serius dan sontak hal itu mengejutkan semua orang.
Namun, melihat kondisi Dara yang sedang sakit dan seperti tak sadarkan diri itu, membuat semua orang merasa harus bersabar lebih lama lagi untuk tahu rahasia dibalik pesan tersebut.
Kai meneteskan air mata. Ia mencium kening anaknya yang masih memejamkan mata. Ia mendekapnya erat karena sangat merindukan senyum anak gadisnya itu dan ibu yang sudah melahirkannya.
Semua orang dirundung kesedihan hingga tiba-tiba Yuki muncul dan kehadirannya membuat mata semua orang menatapnya seksama.
"Q memberikan kabar. Ia tahu kemana helikopter Tobias mendarat," ucap Yuki serius dan semua orang segera bergegas mengikuti Yuki yang mengajak mereka ke pusat komando bawah tanah milik Bardi.
Kai meminta tolong pada Pustakawan Tom, Jonathan dan Lysa untuk mendampingi Dara. Mereka mengangguk paham dan duduk di samping ranjang Liu.
Kai segera bergegas menuju ke pusat komando dan berkumpul dengan semua orang yang masih bertahan.
Arjuna yang baru keluar kamar melihat Kai seperti terburu-buru pergi ke suatu tempat. Arjuna lalu diam-diam mengikuti Kai pergi untuk mencari tahu.
Di pusat komando bawah tanah Bardi.
Ternyata Axton dan Sergei sudah berada di sana sedang berkomunikasi dengan Q yang memberikan informasi pada semua orang yang ada di sana.
Arjuna bersembunyi di balik meja komputer di belakang Kai. Ia menguping pembicaraan mereka dan menatap layar utama dimana wajah Q dan ucapannya terdengar jelas olehnya.
"Aku sudah berhasil melacak dan menandai tempat itu. Hanya saja, saat mereka memasuki gedung, sinyalku tak bisa menembusnya. Seperti ada penghalang di dalam sana. Kalian harus menyelidiki secara manual ke lapangan karena di sekitar tempat itu tak ada CCTV. Berhati-hatilah, bisa jadi ini jebakan Tobias lagi. Lelaki itu sungguh licik, Tuan-tuan," ucap Q serius dan semua orang mengangguk paham.
Arjuna melihat layar besar itu dan memotretnya diam-diam agar dia tak lupa dimana tempat itu berada.
Ia lalu segera menyelinap keluar untuk menginformasikan hal ini kepada ketiga saudara-saudarinya.
"Kak Lysa, Nathan, ikut aku sebentar. Ada yang mau kuberi tahu," ucap Arjuna terlihat gugup karena Tom menatapnya seksama.
"Apakah Kakek tua ini tak boleh tahu?" tanya Tom menaikkan salah satu alisnya.
"Bukan hal penting dan rahasia, Kakek Tom. Hanya saja aku ingin mengajak diskusi kepada dua saudaraku ini tentang keputusanku akan ikut pulang ke kastil atau tidak, mengingat kondisi kita sedang dalam bahaya," ucap Arjuna berdalih.
Lysa dan Jonathan menatap Arjuna seksama. Mereka merasa jika Arjuna berbohong karena gerak-geriknya terlihat dari lubang hidung yang melebar.
Tom tersenyum miring, ia tahu jika Arjuna berbohong, tapi kali ini ia membiarkannya saja.
"Baiklah, urusan anak muda. Punya hak apa Kakek tua ini ikut campur," keluh Pustakawan Tom terlihat kecewa.
"Maaf, Kakek Tom," ucap Arjuna tak enak hati meringis.
Lysa lalu pamit diikuti oleh Jonathan. Mereka pergi ke kamar Arjuna untuk membahas hal tersebut.
Arjuna mengunci pintu kamarnya dan segera menunjukkan hasil jepretannya itu. Lysa mengambil ponsel adiknya dan menatapnya seksama.
"Ini dimana?" tanya Lysa penasaran.
"Greenland."
Sontak mata Lysa dan Jonathan melebar seketika. Mereka bertiga diam dan terlihat seperti berpikir keras.
Saat Lysa baru akan membuka mulut, tiba-tiba pintu kamar Arjuna terbuka padahal ia sudah yakin jika telah menguncinya meski kunci kamar itu ia lepas dan diletakkan di atas meja.
Mereka penasaran siapa orang di balik pintu tersebut. Jantung tiga anak itu berdebar kencang tak karuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 339 Episodes
Comments
hmd
💜💜💜💜💜❤💜
2021-07-10
0
HNF G
mungkin torin🙄🤔
2021-07-04
0
LDR⃟ 😎
aju aku padamu..novel lu emang mantul..😎😎
2021-05-21
1