Lysa gemetaran dan kebingungan. Ia malah tak tahu bagaimana menyikapi kondisi ini. Ia kini dalam posisi bersujud di atas kap mobil dengan mata tertutup.
"Jika ibu ada di sini, apa yang akan dia lakukan? Apa yang akan dia katakan pada Torin?" tanya Lysa mencoba berpikir keras hingga Lysa tak sadar jika mobil mereka telah sampai di lokasi kejadian.
"AYAH!" teriak Torin lantang dan sontak mata Lysa terbuka dan ia menaikkan posisi tubuhnya hingga ia kini bisa melihat para lelaki komplotan The Circle sedang kocar-kacir berusaha menyelamatkan diri saat mengetahui mereka ditodongkan moncong senapan oleh Dominic dan Torin.
Seketika ....
DODODDODOOR!!
"ARGHHH!"
"LYSA! Apa yang kau lakukan di atas sana? Segera bertindak!" teriak Dominic yang tak melihat pergerakan Lysa untuk membantu mereka.
Lysa tersadar dari keterpurukannya dan segera mengeluarkan busurnya itu karena alat itu bisa dilipat.
Lysa segera berdiri dan menguatkan pijakannya. Ia percaya dengan sepatu magnet buatan Kai itu.
Lysa mulai menarik sebuah anak panah yang sebelumnya ia sudah tancapkan besi-besi runcing pada ujungnya dengan warna tertentu.
Lysa menarik nafas panjang dan mulai membidik lelaki yang menembak Bardi, tapi saat panahnya baru akan terlontar, BRAKKK!!
"AGH!"
Tubuh Lysa terdorong ke samping dan pijakannya pun terlepas. Beruntungnya ada tali pengait yang masih melilitnya pada pinggul sehingga Lysa tak jatuh meski ia kini berada di sisi sebelah kiri mobil Bardi dengan berjongkok diantara jendela itu.
Mobil yang ditumpanginya dihantam dari sisi kiri hingga Torin dan Dominic juga ikut tersungkur di dalam, tapi mereka selamat.
Mobil berhasil menghindar dan kembali bermanuver.
Lysa melihat dari luar jendela jika Torin menembakkan pelurunya dengan air mata menetes karena sudah mengetahui jika ayahnya telah tiada.
Dominic terlihat serius menembak menghabiskan seluruh amunisi yang ia miliki.
Lysa kembali menarik nafas dan mempertahankan dari posisinya yang miring itu.
Ia kembali menarik anak panah dan mengincar mobil-mobil yang mulai bermanuver menghindari serangan mereka.
SHOOT! BLUARRR!
Dominic, Torin dan para anak buah D terkejut karena Lysa yang berada di samping mobil, menempel bagaikan cicak hampir tak terlihat dari sisi lain mobil tersebut.
Anak panah peledak berhasil meledakkan sebuah mobil dimana Lysa mengarahkannya ke roda samping sebelah kiri mobil The Circle hingga mobil anak buah D terlontar dengan ledakan dahsyat di bagian depannya.
Hanya saja, panah peledak kini tersisa dua buah saja dan Lysa tak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu.
Lysa kembali menarik anak panah peledaknya untuk meledakkan seluruh armada The Circle yang tersisa.
Dominic dan Torin fokus menghabisi anak buah D yang bersembunyi di balik mobil untuk melindungi diri.
Torin melihat tubuh ayahnya tergeletak dengan lubang di dahinya. Torin menangis dan berteriak di dalam mobil karena gagal menyelamatkan sang ayah.
Torin lemas dan ia menangis di dalam mobil dalam posisi berjongkok menenggelamkan wajah diantara lututnya.
Ia tak sanggup untuk menembak lagi dan dirinya diliputi kesedihan yang mendalam atas tewasnya sang ayah.
Torin begitu menyayangi dan mengagumi ayahnya yang memberikan figur teladan baginya dibalik sosok mafia.
Lysa kembali meneteskan air mata mendengar tangisan Torin yang begitu menyayat hati.
Lysa pun menebusnya dengan menghabiskan seluruh anak panah yang ia miliki untuk menjatuhkan seluruh armada The Circle dimana masih tersisa 6 buah.
Lysa tak bisa menggunakan anak panah gas karena serum yang dibawa hanya cukup untuk dia dan Dominic, tapi tidak untuk Torin dan sang sopir. Gas itu bisa membunuh mereka berdua.
Lysa bermaksud untuk menembakkan panah elektromagnetik meski nanti berimbas pada mobil mereka yang akan mati mesin.
Lysa lebih memilih resiko itu meski harus berhadapan satu persatu dengan anggota The Circle.
Saat Lysa sudah bersiap untuk melesatkan anak panah itu, tiba-tiba dari atas langit terlihat sebuah helikopter kargo besar model tempur dan mata anak pertama Vesper itu melebar seketika.
DODODODOOR!
SWOOSH! SWOOSH!
BLUARR!!
DOOM! DOOM!!
Serangan bertubi-tubi dari atas langit dengan serencengan peluru senjata otomatis gatling yang berada di bawah helikopter itu memberondong para pasukan D yang berlindung di balik mobil dan menewaskan mereka.
Ditambah dengan luncuran misil ke mobil-mobil musuh hingga ledakan dan kobaran api dahsyat berhasil membakar seluruh armada D.
Namun, satu orang berhasil lolos dan sedang berlari menuju ke hutan. Lysa melihat orang tersebut dan segera memanjat naik ke atas mobil lalu membidiknya.
Lysa melepaskan ujung anak panah besi miliknya dan hanya menggunakan anak panah biasa. Lysa menajamkan mata dan SHOOT! JLEB! BRUKK!
Lelaki itu tewas dengan sebuah anak panah menembus kepala belakang hingga ke dahinya. Lelaki itu ambruk di atas pasir saat akan memasuki hutan.
Perlahan langit mulai terang karena matahari sudah menunjukkan sinarnya di musim dingin yang menyelimuti Islandia. Lysa berdiri mematung dan menundukkan wajah.
Hingga tiba-tiba, mobil yang dikendarai oleh Arjuna, Jonathan, Paman BinBin dan Liu muncul.
Senyum Lysa merekah karena mereka semua selamat dan sedang melambaikan tangan dari atas mobil yang terbuka.
Lysa melihat pasukan D tewas semua bergelimpangan di atas pasir. Torin segera turun dari mobil yang kini telah berhenti di dekat mayat Bardi.
Torin memeluk jenazah ayahnya dengan air mata yang begitu deras. Arjuna dan team turun dari mobil mendatangi Dominic yang berdiri di dekat mobil melihat Torin menangisi ayahnya.
Lysa turun dari atas mobil perlahan dan ikut menghampiri adik-adiknya. Liu langsung berlari mendatangi dan memeluknya. Lysa berjongkok dan balas memeluk Liu.
"Aku takut," ucap Liu menatap Lysa dengan kening berkerut.
Ekspresi yang berbeda dari adik terkecilnya dan Lysa pun membelai kepala adiknya itu lembut dimana Arjuna dan Jonathan ikut melihatnya yang kini berdiri diantara Liu.
"Sudah berakhir. Kita akan pulang," ucap Lysa tersenyum dan Liu mengangguk pelan.
Helikopter kargo mendarat di pantai dan anginnya yang kencang membuat tubuh semua orang yang terkena terpaan angin itu menggigil seketika.
Hingga wajah BinBin dan Dominic pucat pasi saat melihat siapa yang datang dari helikpter itu. Mereka menelan ludah.
Dua mata melotot lebar dengan nafas menderu mendatangi dua lelaki yang membohongi orang itu akan kepergian mereka.
"Sejak kapan Islandia berada di Indonesia, huh?!" pekik Kai langsung berteriak pada BinBin, Dominic, Lysa, Arjuna, Jonathan dan Liu.
Semua orang itu diam dengan pandangan tertunduk karena tahu jika mereka akan dimarahi.
"Ngapusi loh. Yang gede bukannya kasih nasehat malah ikutan nimbrung. Kalau sampai empat kurcaci itu terluka gimana? Kalau sampai Mbak Vesper tahu mereka ikut perang gimana? Pakde BinBin siap disantap sama ikan-ikan beringasnya? Dodo mau jadi cemilan si Lion? Cari agar-agar loh," gerutu Eko ikut marah-marah dengan bertolak pinggang.
Keenam orang itu tak bisa membela diri dan tetap tertunduk, pasrah dimarahi.
Kai mendengus keras hingga ia menyadari jika ada lelaki sedang menangis memeluk seorang lelaki kira-kira seumuran dengan Dominic.
"Siapa?" tanya Kai menatap Dominic.
"Bardi. Jajaran Axton. Lalu, dia anaknya, Torin," jawab Dominic lirih dari tempatnya berdiri.
Mata Kai melotot lebar dan terkejut setengah mati begitupula Eko. Eiji yang ikut serta dan baru turun dari helikopter itupun terkejut saat mendengar hal tersebut. Ia segera berlari dan berjongkok di samping Torin.
"Maaf, Torin. Ayahmu tewas karena menyelamatkan anak-anak Nyonya Vesper," ucap Eiji yang cukup mengenal Torin karena Monica berhubungan baik dengan Bardi.
Torin mengangguk dan tetap menangis. Eiji memeluknya dan Torin masih menangis dengan jasad sang ayah masih dalam pelukannya.
Kai kembali melirik semua orang dimana ia menahan emosinya agar tak meledak.
"Masuk ke helikopter, sekarang," perintah Kai tegas dan keempat anak Lily mengangguk beserta paman BinBin yang tertunduk merasa bersalah.
Kai memejamkan mata dan menghembuskan nafas keras. Ia melihat Dominic dan meminta agar mayat Bardi dibawa untuk dimakamkan dengan layak.
Dominic mengangguk mengerti. Eiji ikut menemani Torin kembali ke rumahnya.
Dominic dan Eko membantu memasukkan mayat Bardi ke mobil yang dikendarainya tadi dan merebahkan di dudukkan tengah.
Sopir dan Eiji duduk di bangku depan. Torin menemani ayahnya di kursi tengah. Kai dan Eko menaiki mobil yang digunakan oleh Jonathan tadi bersama Dominic.
Para Black Armys yang ikut dalam helikopter kargo itu diminta untuk membersihkan bekas area pertempuran dan merekapun ditinggal di area itu sampai seluruh urusan selesai.
Sebuah mobil double cabin diturunkan dari helikopter kargo untuk akomodasi para Black Armys berikut kantong mayat dan segala perlengkapan untuk pembersihan.
Helikopter segera lepas landas menuju ke kediaman Bardi dimana kelima orang tersebut hanya bisa diam selama penerbangan karena merasa bersalah dengan kematian mafia tersohor itu.
Dua mobil ikut melaju menuju ke markas Bardi. Torin sudah bisa menghentikan tangisannya. Ia mengelus kepala ayahnya dimana tubuhnya mulai dingin dan kaku seperti es yang terbentuk di negara tersebut.
Keluarga Bardi menangis saat melihat kepala keluarga mereka tewas berikut anak buah yang mengikutinya dalam markas itu.
Berita duka pun segera disebar. Axton dan Sergei kaget bukan kepalang. Yuki bahkan ikut terbang ke Islandia hari itu juga untuk menghadiri pemakaman karena ia sedang berada di kediaman Axton, Boston.
Kubu Antony Boleslav tak bisa datang dan diwakili oleh Eiji karena Monica menjaga kastil Borka selama para petinggi mereka pergi menyusul ke Islandia.
Acara pemakaman dilangsungkan hari itu juga saat sore hari dimana Axton, Sergei dan Yuki sudah datang.
Torin yang bersuara merdu bak malaikat itupun menyanyikan lagu duka sebagai pengingat akan ayahnya yang telah tewas dalam pertempuran.
Anak-anak Vesper menangis, tapi tidak dengan Dara. Ia hanya diam saja menatap jenazah Bardi saat dimasukkan dalam liang lahat yang berada dalam sebuah peti kayu.
Isteri Bardi menangis dan Yuki berada di sampingnya untuk menenangkan hati. Axton diam saja begitupula Sergei saat prosesi pemakaman begitupula dengan Kai.
Eko dan Eiji berdiri di samping Torin. Dominic dan Paman BinBin berdiri mengapit keempat anak Vesper yang mengikuti prosesi pemakaman.
Hingga akhirnya, acara pemakaman itu berakhir. Semua orang berkumpul di ruang keluarga untuk mengenang Bardi.
Namun, Kai meminjam fasilitas di ruang kendali Bardi untuk mengintrogasi anak-anak Vesper berikut BinBin dan Dominic di sana.
Eko dan Eiji ikut serta mendampingi karena takut Kai mengamuk mengingat ia sedang stress karena hilangnya sang Ratu Mafia dan juga Han yang belum ditemukan entah hidup atau mati.
Kai berdiri dengan bertolak pinggang menatap keenam orang itu tajam yang duduk dengan pandangan tertunduk. Mereka tahu jika akan dimarahi dan sudah siap akan hal tersebut.
------
jangan lupa likenya ya. Masa eps 4 dst jumlahnya gak sama dg 3 eps sebelumnya. Jangan sungkan utk puter balik mumpung msh dikit epsnya. kwkwkw tengkiuuu😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 339 Episodes
Comments
Isna Vania
torin semoga bisa membalas kematian Bardi, ayahnya , dibantu anak-anak vesper /Smile/
2024-12-16
0
rudy adji
Waaahhh seerruuuuuu
2021-07-30
0
hmd
❤❤❤❤💜
2021-07-10
0