Bismilah~ semoga bisa rajin up tiap hari 1 eps ya. Terima kasih sudah bersabar dan semoga suka ceritanya. Yg belom rate bintang 5 dan like, mumpung masih 4 eps nih jangan lupa dukungannya ya. Terima kasih.
----- back to Story :
Ketiga anak Vesper itu menatap Dara seksama. Mereka mendengar ucapan adik terkecilnya barusan.
Meskipun Dara baru berumur 5 tahun, tapi ketiga saudaranya itu mengakui kecerdasannya.
Lysa melirik Arjuna dan Jonathan. Dua anak lelaki Vesper itupun akhirnya mengangguk paham. Lysa lalu menggandeng tangan Liu dan tersenyum padanya, Liu diam saja.
"Mm, karena kalian sedang sibuk, kami tak akan mengganggu. Kami akan menunggu kabar baik di luar ya," ucap Lysa kikuk.
Kai dan lainnya mengangguk paham. Lysa segera mengajak ketiga adiknya menuju ke bengkel yang berada di basement kastil Borka.
Di sana terlihat Paman BinBin dan Dominic sedang sibuk mengepak senjata untuk diamankan karena takut serangan militer akan datang lagi dan semua persediaan harus diamankan.
"Paman BinBin! Paman!" panggil Arjuna menahan teriakannya karena tak mau di dengar oleh pasukan Black Armys lainnya.
BinBin dan Dominic yang melihat Arjuna bersembunyi di balik peti kayu senjata itupun berkerut kening dan mendatanginya perlahan.
Dominic yang curiga karena tingkah laku Arjuna yang tak biasa ikut mendatanginya.
Hingga akhirnya, mereka berdua terkejut karena ada Lysa, Jonathan dan Liu di sana.
Mereka berdua menatap keempat anak itu dengan penuh curiga sampai kening dua lelaki itu berkerut.
"Aku bisa mencium bau pemberontakan dari ketiak kalian. Apa yang kalian rencanakan?" tanya BinBin dengan wajah garang.
"Hehehehe ...." Jonathan malah terkekeh sambil mengangguk.
"Apakah papa kalian tahu? Bagaimana dengan yang lain?" tanya Dominic berbisik.
"Tak ada. Kami sepakat hanya ingin Paman BinBin dan Om Dominic yang terlibat. Bantu kami, Paman," rengek Arjuna sambil menelengkupkan kedua tangan memohon dengan sangat.
BinBin dan Dominic saling melirik seperti mencoba menyamakan persepsi dari kode mata serta raut wajah mereka.
"Baiklah, lalu apa rencananya?" tanya Dominic yang akhirnya setuju untuk ikut dalam aksi empat anak ingusan itu.
Lysa lalu membisikkan rencana mereka berempat kepada Paman BinBin dan Dominic. Dua lelaki itu terkejut dan kembali saling berpandangan terlihat gugup.
"Hanya kita berenam? Kalian tak lihat pasukan yang menyerang kita berjumlah mungkin ratusan? Belum persenjataan mereka, ditambah Han belum ditemukan. Aksi kalian sangat beresiko," ucap Dominic protes.
"Selain itu, apa kalian yakin jika benar ibu kalian berada di Islandia? Itukan hanya prediksi Dara saja," sahut BinBin tak yakin dengan analisis Liu.
"Ahh, Paman! Kau harus percaya pada Dara. Setidaknya kita bisa mencobanya dulu. Karena kita hanya anak kecil dan dua orang tua, tidak akan ada yang mencurigai kita. Berbeda jika kita datang ke sana dengan segerombolan pasukan bersenjata lengkap. Pasti militer sudah memberondong kita begitu tiba di negara itu," jawab Arjuna semangat.
BinBin dan Dominic akhirnya menyingkir. Mereka berdua terlihat begitu serius dengan permintaan anak-anak tersebut.
Sepertinya BinBin dan Dominic pro-kontra dengan pemikiran mereka masing-masing. Keempat anak Vesper menunggu dengan sabar meski jantung mereka berdebar tak karuan.
"Hmm, baiklah. Namun, jika sampai kami berdua dipecat, kami akan minta pertanggungjawaban dari kalian berempat. Kalian harus menampung kami karena menjadikan kami pengangguran. Bisa tidak?" tanya BinBin kesal.
"Bisa, bisa!" jawab Lysa, Arjuna, Jonathan serempak dan Liu hanya mengangguk menyanggupi.
"Hah, kenapa kita jadi ikut-ikutan gila seperti mereka ya? Anggap saja kepergian kita kali ini liburan, Domy," ucap BinBin malas sembari berpaling dari keempat anak itu.
Dominic hanya tersenyum dan meminta kepada keempat anak Vesper tersebut untuk bersiap.
Lysa, Arjuna, Jonathan dan Liu terlihat senang karena BinBin dan Dominic bersedia membantu mereka dalam misi pertama yang super nekat ini.
Akhirnya, Lysa mengajak ketiga adiknya berkemas. BinBin dan Dominic mempersiapkan persenjataan berikut meminta izin kepada Kai untuk pergi menggunakan pesawat miliknya.
Dan herannya, Kai tak curiga akan aksi mereka ini.
"Baiklah, Paman. Berhati-hatilah. Aku titipkan keempat anakku pada kalian. Jika keadaan sudah aman, aku akan datang menyusul. Terima kasih," ucap Kai dengan senyum menawan kepada BinBin dan Dominic.
"Ya, ya. Sama-sama, Kai. Kami pergi dulu ya," jawab BinBin kikuk.
Merekapun segera pergi mengendarai dua buah mobil SUV yang sudah dipersiapkan dan dijaga ketat oleh Black Armys.
Lysa dan ketiga adiknya sudah bersiap dengan alasan evakuasi menyelamatkan diri. BinBin mengatakan jika mereka akan pergi ke Indonesia ke tempat keluarga Herlambang.
Siang itu, mereka tiba di hanggar pesawat. Keempat anak Lily segera naik ke pesawat ditemani dua senior mereka, Dominic dan BinBin yang akan menerbangkan pesawat.
Lysa segera menelepon Bardi, salah satu anggota mafia dalam jajaran Axton. Bardi sempat terkejut karena anak-anak Vesper akan datang ke Islandia dan minta agar kedatangannya dirahasiakan.
Bahkan Lysa tak mau mengatakan tujuan mereka datang ke negara itu. Bardi yang merasa ada hal yang disembunyikan itupun hanya bisa mengikuti kemauan anak pertama Vesper.
"Segera siapkan tiga mobil anti peluru dan persenjataan lengkap. Kita akan menjemput tamu istimewa dan pastikan keselamatan mereka. Kalian paham?!" perintah Bardi menugaskan anak buahnya untuk mempersiapkan penjemputan.
"Yes, Sir!"
Penerbangan selama hampir 8 jam itupun dipergunakan sebaik-baiknya oleh keempat anak Vesper.
Liu dibawakan perlengkapan komunikasi yang biasa Eiji dan Monica gunakan saat pergi bertempur oleh Lysa.
"Bagaimana, kau bisa menggunakannya, Dara?" tanya Lysa sembari memberikan sebuah tablet dengan layar 11 inch pada adik terkecilnya itu.
"Ehem," jawab Dara sambil mengangguk dan mulai menekan-nekan menu tombol pada layar tersebut.
Arjuna dan Jonathan sibuk membuka koper yang mereka bawa. Mereka berganti pakaian di kabin pesawat dimana mereka juga dibuatkan stelan khusus berwarna biru tua yang keren oleh Kai.
Lengkap dengan jas anti peluru, celana panjang tahan api, kaos lengan panjang kedap air dan sepatu anti slip yang ringan kreasi baru dari Kai.
Sedang Lysa dan Liu diberikan stelan berwarna merah muda. Warna yang sangat mencolok untuk sebuah pertarungan, tapi bukan anak Vesper jika tak mencari perhatian.
Lysa mengajak Liu untuk bersiap. Liu ditugaskan sebagai mata yang akan membawa mereka ke Robicon Coorporation tempat ia menduga jika ibunya dibawa ke sana.
Arjuna yang sudah berlatih keras selama di camp militer telah memilih senjata andalannya, sebuah pedang Silent Blue seperti milik Vesper dulu.
Jonathan yang tak suka menyakiti dirinya lebih memilih menjadi pemandu jalan alias supir karena ia memang suka kebut-kebutan.
Ditambah, usaha warisan Pak Sutejo di Ceko sebuah bengkel mobil modifikasi diklaim oleh Jonathan menjadi miliknya.
Jonathan sering menghabiskan waktu di bengkel itu untuk mempelajari teknik mesin dengan The Kamvret sebagai mentornya.
Saat Lysa yang sudah berpakaian dan bersiap, tiba-tiba Paman BinBin meninggalkan kursinya dan mendatangi Lysa.
Lysa menatap Paman BinBin yang membuka bagasi atas pesawat lalu mengeluarkan sebuah koper hitam dengan list warna merah muda panjang dan meletakkannya di atas meja.
Lysa mendekati koper itu karena penasaran isinya berikut dengan Jonatahan dan Arjuna.
Liu masih asik mengotak-atik tablet pemberian Lysa karena ia penasaran dengan fungsi-fungsi dari fitur tablet itu. Liu terlihat serius dan tak ingin diganggu.
"Kau sudah pantas mendapatkan ini, Lysa. Inovasi terbaru buatan Paman BinBin khusus untukmu. Paman yakin kau akan menyukainya. Pergunakan dengan baik ya," ucap Paman BinBin sembari membuka koper itu.
Lysa dan kedua anak lelaki Vesper penasaran apa isinya. KLEK. Spontan mata ketiga anak itu melebar seketika.
Senyum Lysa langsung merekah saat melihat benda dengan warna kesukaannya itu. Pink!
"Huwah ... ini keren sekali, Paman!" pekik Lysa riang.
"Sudah kubilang, 'kan? Kau pasti akan menyukainya," ucap BinBin bangga.
Lysa mengangguk mantab. Ia langsung mencoba alat itu dan mengambil panah-panah yang ada di dalam koper dimana ia penasaran dengan fungsi-fungsinya.
"Ini panah biasa seperti yang kau gunakan di camp. Tali pada busur ini memiliki sensor dan terbuat dari bahan khusus. Dan yang membuat panah ini istimewa, ada pada kepala anak panah," ucap BinBin menjelaskan sembari mengambil beberapa besi runcing dengan berbagai warna yang bisa dipasang pada ujung anak panah tersebut.
Saat Jonathan ingin ikut mengambil kepala besi dari anak panah itu, Paman BinBin menampik tangannya.
"Aw, sakit tau, Paman!" pekik Jonathan memegangi punggung tangannya yang dipukul oleh BinBin memasang wajah datar.
"Yang warna merah, panah peledak. Anggap saja seperti kau melemparkan granat mini. Daya ledaknya sama dengan granat itu," ucap BinBin sembari menunjukkan besi berwarna merah runcing tersebut.
Lysa mengangguk paham, di kejauhan Dara mendengarkan dan menyimak dengan serius.
"Lalu yang berwarna biru tua adalah panah elektromagnetik. Ada sensor yang membuat gelombang khusus dan mengakibatkan seluruh benda elektronik hilang fungsinya alias mati selama 30 menit dalam jarak 500 meter."
"Wow, keren sekali. Lalu yang berwarna jingga ini?" tanya Lysa menunjuk kepala besi runcing dari anak panah dalam koper itu.
"Kau bisa menebaknya?" tanya BinBin menaikkan salah satu alisnya.
Lysa menggeleng, Arjuna berkerut kening dengan kedua tangan menyilang di depan dada seperti berpikir keras.
Jonathan sibuk mengorek isi lubang hidungnya yang mendadak gatal dengan kelingkingnya.
"Seperti gas kentut milik Paman Jeremy," celetuk Jonathan santai.
"Wah, tumben kau pintar," ucap Paman BinBin terkejut.
Lysa dan Arjuna spontan bertepuk tangan. Jonathan langsung berpose tampan membentuk jempol dan telunjuk kanannya seperti sebuah pistol dan diletakkan pada dagunya.
"Yup, itulah fungsinya. Jika ujung besi runcing ini tertancap dan meledak, dari dalam besi akan mengeluarkan gas jingga pekat. Hanya saja gas ini kombinasi. Selain bau seperti kentut sigung, orang yang menghirupnya akan langsung mati dalam waktu 15 menit dalam radius 100 meter. Jika terbawa angin ya bisa lebih jauh lagi. Panah ini lebih berbahaya daripada si merah. Jadi pastikan kalian menyimpan serum penawar ini. Kalian paham?" tanya BinBin sembari menunjukkan serum penawar dalam bentuk jarum suntik.
Ketiga anak Vesper mengangguk cepat bersamaan.
"Yang terpenting dalam mengaktifkan seluruh senjata ini ada pada tali pelontar. Jangan sampai putus. Aku sudah membuatnya sekuat dan seelastis mungkin. Pastikan talinya selalu bersih karena ada sensor untuk mengaktifkan tiga senjata runcing itu. Kau mengerti, Lysa?" tanya BinBin yang kini menutup koper itu dan menyerahkannya pada Lysa.
Lysa menerima koper itu dan mengangguk mantab. BinBin yakin jika Lysa bisa diandalkan.
Ia kini bahkan sudah lulus dan mendapat level 10 di camp militer berkat didikan Drake, mentornya.
"15 menit sebelum pendaratan. Bersiaplah," ucap Dominic dari kursi pilot.
Semua orang segera kembali ke kursi dan memasang seat belt. Liu masih terlihat fokus dengan tablet tersebut.
Lysa melihat adiknya ini malah membuka beberapa situs teknologi yang berhubungan dengan kedirgantaraan.
Lysa menatap Liu seksama yang ekspresinya selalu sama dalam tiap kondisi, datar.
"Apa kau menemukan sesuatu, Dara?" tanya Lysa penasaran.
Dara menatap Lysa seksama tanpa berkedip. Lysa bingung dengan sikap adiknya yang aneh ini.
Dara tiba-tiba memegang tangannya dan mematikan tablet itu. Dara menyenderkan kepala ke lengan kanan Lysa entah apa maksudnya.
Arjuna dan Jonathan yang duduk berseberangan dengan Lysa serta Liu ikut bingung. Liu diam saja dengan pandangan tertunduk entah apa yang dipikirkannya.
Hingga akhirnya penerbangan melelahkan itu berakhir. Pesawat mendarat mulus berkat Dominic yang sangat ahli sebagai pilot.
Ia yang dulunya lulusan sekolah DELTA QUALIFLIGHT AVIATION yang bertempat di Amerika itupun menjadi orang yang sangat diandalkan setelah Buffalo.
Bardi sudah menunggu di hanggar khusus tempat biasanya ia memarkirkan pesawatnya.
Bardi membawa tiga mobil bersamanya dengan 6 orang bodyguard yang akan melindungi konvoi mereka menuju ke markas.
"Hallo, Tuan Bardi. Aku minta maaf sudah menelepon dan merepotkan. Namun, kami sungguh butuh bantuan," ucap Lysa sembari menjabat tangan Bardi.
"Ya, tak masalah, Nona Lysa. Apakah ini berkaitan dengan hilangnya ibumu?" tanya Bardi penasaran.
Lysa dan lainnya mengangguk.
"Kita bicarakan ini lebih lanjut di markas. Aku juga memiliki informasi penting dan aku belum memberikan kabar ini kepada siapapun termasuk Tuan Axton. Kalian beruntung," ucap Bardi berbisik dan terlihat semua orang makin penasaran seketika.
Lysa segera menggandeng Liu masuk ke mobil ditemani oleh BinBin di mobil ketiga.
Sedang Arjuna, Jonathan ditemani oleh Dominic di mobil kedua. Mobil pertama diisi oleh Bardi dan pasukannya.
Mereka bertiga beriringan menuju Kopasker, markas Bardi, pusat komando kedua milik Adrian Axton.
------
ILUSTRASI
SOURCE : PINTEREST
Jangan lupa mampir ke audio room lele ya. Full acara dr senin sd minggu ditunggu kehadiranmu~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 339 Episodes
Comments
Isna Vania
misi anak-anak vesper yg pintar nd jenius, semoga lysa, Arjuna, Jonathan , nd Liu bisa menyelamatkan ibunya vesper /Smile//Determined/
2024-12-16
0
Naroh Tarmiati
dara kayak vesper penuh misteri
2021-10-11
0
rudy adji
Woooouuuuu, anak2 jagoan
2021-07-30
1