Dengan langkah mantab ku menuju ruang sidang,
ada tiga dosen yang siap mencaci maki thesis ku. Gemetar rasa tubuh ini,
ketakutan? Tentu saja. Aku merasa seperti anak kucing yang tersiram air,
ringkih dan mengenaskan. Namun semuanya berjalan dengan lancar,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dosen penguji, kubabat habis dengan
argument-argumen yang mengena. Hingga ******* napas lega keluar dari bibir
mungilku. Saat dosen kilerku berkata,
‘Baiklah kamu boleh meninggalkan tempat ini,
tunggu hasilnya di depan ruangan!’
‘Terima kasih pak,’ angguk ku sopan.
Tepat jam lima sore pengumuman itu kuterima
dengan suka cita pun teman-teman yang kebetulan satu sesi denganku. Gurat-gurat
kebahagiaan terpancar dari wajah mereka. Tuntas sudah tugas kami, usai sudah
beban berat yang kami rasakan selama ini. Tertebus dengan satu kata ‘lulus’
Saat ku melompat-lompat kegirangan di sudut
lantai dua dekat ruang sidang. Dia lewat, pria yang selama ini mengisi
hari-hari serta mimpiku. Aku terhenyak ketika secara tidak sengaja netraku
bersirobok dengannya. Pun saat dia melengos kesamping dan menghembuskan
napasnya keras, serta rahangnya mengetat sempurna.
‘Apakah dia masih marah?’ batinku. Aku pun
menunduk ketika dia lewat di depanku bagai angin lalu. Seolah tak menganggap
aku tak ada. ‘Mengapa apa salahku?'
(satu bulan yang lalu)
‘Suti….ada tamu tuh’, anak ibu kos ku
memanggil dari balik kelambu kamar.
‘Siapa, mbak?’
‘Gak tahu, katanya sih teman satu kelas mu’.
‘Sudah mbak tanya, namanya siapa?’ jawabku
dengan mengerjap-ngerjapkan mata jenaka.
‘Mana tahu lah, kayaknya sih bukan teman satu
kelasmu deeh. Kalau iya kan aku tahu dan kenal semua’.
‘Laki-laki apa perempuan’, tanyaku lagi dengan
rasa malas.
‘Laki-laki, cepat temui sana. Kayaknya dia
sudah tidak sabar. Tuh lihat saja ekspresinya. Kebingungan dan gelisah’.
‘Hah! Jawabku. ‘Perasaan aku tidak janjian
dengan seseorang. Apalagi teman satu kampus. Jangan-jangan seperti kemarin?’
perasaanku kebat-kebit tak karuan membayangkan kejadian kemarin. Ketika ada
sesorang yang mengaku kenal denganku bahkan meng-klaim dirinya kekasihku. Serta
edannya lagi dia berkata ‘kekasih dari masa laluku’.
‘Gawat!’ di saat hubunganku dengan mas Hendri
tidak berjalan dengan mulus. Karena hadirnya ‘Widya’ gadis ganjen dari kelas
pagi. Yang terus merangsek dan memporak-porandakan hubungan kami. Apalagi saat
netraku secara tidak sengaja melihat gadis itu bermanja-manja di lengan Hendri
seusai jam kuliah berlangsung. Sangat mesra.
Sementara dia yang mengaku sebagai kekasihku
membalasnya dengan tersenyum manis, seolah memberi si ganjen itu sejuta
harapan.
‘Dasar pelakor tak tahu malu!’ hardik ku dalam
hati.
Mataku memerah, tanganku mengepal. Ingin saat
itu juga ku cakar-cakar wajah cantiknya itu. Ku tendang dengan jurus silat ku.
Sehingga dia tersungkur dan berdarah-darah. Tapi apalah dayaku. Ini lingkungan
kampus dan aku tidak boleh bertindak sembrono. Atau nama baik Hendri tercoreng
dari mahasiswa terbaik dan instansi tempat dia bekerja.
‘Yaah…’dia ambil kuliah sore karena paginya
harus bekerja sebagai seorang teknisi mesin di perusahaan penerbangan. Pernah
sedikit dia mengungkap jati dirinya, jika kuliah yang saat ini dijalaninya
hanya sebagai prasayarat untuk menuju ke jenjang jabatan yang lebih tinggi. Aku
maklum.
Sebulan kemudian.
Hinggar binggar malam pentas seni wisuda,
masuk ke telinga. Ika, sahabatku, sudah manggut-manggut goyang kiri kanan
mengikuti irama lagu kegemarannya, seandainya saja tak ku ikat pinggang ia
dengan selendang tari yang kubawa dari tempat kos siang tadi, mungkin dia sudah
jingkrak-jingkrak seperti orang kesetanan.
Netraku melirik setiap pergerakan bestie ku
ini.
‘Wow’ sungguh tak punya lara sedikitpun dalam
hidupnya. Bahagia terus sampai tua! Padahal baru sebulan yang lalu dia putus
dengan kekasih hatinya yang arema itu. Tapi anehnya tak sedikit pun rasa sedih
tercetak di wajah semi Arabnya nan cantik menawan.
Kutoleh kan pandangan ke penjuru aula serta
kesetiap sudut ruangan nan remang-remang, tapi tak kutangkap siluet ‘Hendri’,
dimana dia?’ batinku. Ketika rasa lelah merasuk ke dalam raga dan jiwaku, aku
hanya mampu menunduk dan menyimpan tangis dalam hati.
‘Betapa bodohnya aku, yang setiap hari
disetiap ******* napasku, masih berharap dan bergantung padanya’.
‘Woii, kamu mulai gila ya’, teriak Ika dekat
telingaku.
‘Hadeew, bisa ngak pakai teriak begitu. Aku
tidak tuli tau!’
‘He…..he….syukur deh, kirain udah gila. Habis
ngedumel sendirian sedari tadi. Ngapain loh, mbayangin si Hendri lagi. Sudah
gak usah dipikir, nikmati saja hiburan malam ini. Dugem, girl! Kapan lagi kita
bisa menikmati malam pentas nan menyenangkan ini. Bentar lagi kita akan disibukan
dengan pekerjaan dan karir’.
‘Oh ayolah, Suti, jangan cengeng, please! Move
on! Masih banyak tuh cowok-cowok yang nganggur di luar sana untuk kita gebet,
okay’, rayunya lagi menghibur.
‘Malas, ah! Paling sama kayak dia, nyakitin
hati’.
‘Kalau malas ya tidur aja sono! Bikin tai mata
sebanyak mungkin!’
‘Tidur di atas panggung, gila lu ya. Bisa
dilempar tomat gue, sama penonton. Apalagi anak FPOK tu, pada beringas kalau
dengar lagu kesukaan mereka. Lu lihat ngak, sebelah sana! Si Yono sama Hari,
haduuh, goyangannya sampai segitunya. Senggol kanan kiri, untung mereka satu
kelas kalau tidak, sudah dilempar ke ruang sebelah tu anak’, aku bergidik ngeri
membayangkannya.
‘Udah, ngak usah dipikir. Nikmatin aja girl,
malam terakhir kita di kampus nih’, kata Ika lagi sembari geleng-geleng
mengikuti musik yang di panggung.
‘Eh, Suti, lihat tuh, siapa yang lagi tampil.
Idolamu neeek! Wuuuuuh!’
‘Oh, dasar makhluk tak ber akhlak’, umpatku
dalam hati. Ketika sosok itu muncul di panggung. Cinta pertamaku di kampus. Tapi
aneh, tak ada yang berkesan dalam hubungan kami yang terjalin selama setahun.
Tahun pertama yang penuh canda dan tawa dengan
gaya berpacaran yang kuno serta konvensional. Yakni jalan bersama, makan-makan
dan tak pernah ada kemesraan selayaknya sepasang kekasih.
Aku sedikit tersenyum mengingat momen
tersebut. Seolah mengerti dengan sinyal yang aku lontarkan. Jodi menatap
sebentar ke arahku sebelum ia memulai pertunjukannya.
Teriakan histeris dari ciwi-ciwi jurusan
Bahasa dan keuangan memenuhi ruangan mengiringi penampilannya. ‘Sungguh-sungguh
idola sejati’.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Mira NR
nggak bisa dibaca thor
2024-05-02
0
Mira NR
kenapa tulisannya banyak spasi ya Thor.😣😣
2024-05-02
0