Pangkalan militer kota benteng Tanjung Pinang, Workshop pembongkaran.
Wulan berjalan memasuki gudang yang sangat besar, ukurannya 20 kali lapangan sepak bola. Gudang ini memang di gunakan sebagai tempat pengolahan bangkai monster yang di buruh para pejuang atau militer, walaupun bukan satu-satunya workshop pembongkaran tetapi gudang ini adalah gudang tercanggih karena di danai langsung oleh kota dan guild.
"hei, Kevin ... Siapa yang bertanggung jawab mengolah mayat monster Aligator?" Wulan bertanya kepada pengawas gudang yang dia kenal.
"Itu di tangani oleh Gilbert, dia ada di bangsal utama," Kevin menunjukkan arah kepala Wulan.
Setalah mengetahui tempat nya Wulan langsung berjalan menuju bangsal tersebut.
***
Di bangsal yang besar terdapat mayat monster Aligator yang sedang di bongkar oleh puluhan orang.
Seorang pemuda sedang memeriksa gergaji laser yang baru di bawa. kemudian seorang pekerja paruh baya berlari mendekati nya, "Kapten, ini sudah pisau ke 17 yang patah! bagaimana kita akan menguliti monster ini?"
"Aku sudah meminta pusat untuk membawa 20 gergaji laser, kita hanya mempunyai tiga gergaji laser di gudang.
kamu bantu aku memasang gergaji laser ini." Gilbert meminta bantuan pekerja paruh baya itu.
Tiba-tiba ada suara keras memanggil nya dari belakang. "Gilbert apa kamu sudah membongkar monster nya, aku ingin kulit punggung dan tulang monster itu untuk Mecha ku."
"Dasar wanita gila, kami bahkan belum bisa membongkar mayat monster itu," Gilbert hanya melirik wanita itu.
"Kenapa lambat sekali, kalian seperti banci saja," Wulan berkata meremehkan.
"Wanita gila, coba bongkar sendiri kalau kamu bisa, kami bahkan merusak 17 mesin kami."
"Lagi pula bagaimana kalian mengalahkan monster ini dengan badan utuh?" Gilbert sangat penasaran bagaimana monster sekuat ini bisa mati hanya dengan luka kecil di bagian kepala.
"Aku tidak tahu, karena ketika aku sampai monster nya sudah mati. kata pejuang yang menghadapi monster ini, mereka melihat benda yang bergerak sangat cepat dan menghantam kepala monster ini dan membuat nya langsung mati."
"mungkin saja pejuang kuat yang diam-diam mengalahkan monster ini!" Wulan menjawab tidak yakin.
"Pejuang level apa? menurut ku pejuang level Gold pun tidak bisa langsung membunuh monster ini dengan luka kecil," Gilbert berkata skeptis.
"Yah, terserahlah .. Yang penting kulit punggung dan tulang yang paling keras untukku, berapa lama kalian bisa membongkar nya ?" Wulan mengabaikan perkataan Gilbert
"Dengan kesulitan pembongkaran dan besarnya tubuh monster ini, paling cepat 1 minggu kami bisa membongkar nya," Gilbert sudah terbiasa dengan sikap Wulan.
Di kejauhan para pekerja melihat pertengkaran Gilbert dan Wulan, mereka sudah beberapa kali melihat kejadian seperti ini.
"Sepertinya nya sepasang kekasih masa kecil kembali bertengkar hahaha," seorang pekerja pengolok keributan Gilbert dan Wulan yang kemudian di sambut tawa pekerja lainnya.
"Aku pernah mendengar bahwa memang kapten Gilbert sudah berteman dengan Nona Wulan sejak sekolah dasar," pekerja yang lebih tua berkata.
"Mereka telah bersama begitu lama, Kapan mereka akan menikah?" saut pekerja muda dengan iri.
"Sulit di katakan, mereka berdua sama-sama keras kepala sehingga tidak ada yang mengakui perasaan mereka masing-masing," jawab perja paruh baya.
Gilbert dan Wulan memang teman dari kecil, kedua orang tua mereka sama-sama Polisi dan mereka sempat tinggal di kompleks yang sama.
Ketika dewasa mereka menempuh cita-cita masing-masing, Wulan menjadi atlet gulat dan angkat beban sedangkan Gilbert menjadi polisi mengikuti orang tuanya, namun mereka masih tetap berhubungan.
Ketika akan terjadi bencana mereka berdua sedang liburan reuni bersama teman-teman sekolah dasar di Batam. Sehingga mereka tidak terkena dampak langsung dari gempa Krakatau.
Setelah beberapa pertengkaran kecil dengan Gilbert akhirnya Wulan keluar dari workshop pembongkaran. Wulan langsung bersiap menuju Hotel Samudera.
***
Sambil menunggu waktu makan malam, Amanda mengajak Dirga dan Aqila berbelanja di mall.
Amanda membelikan Dirga kemeja dan jas untuk di pakai ketika makan malam, setelah lelah mereka langsung menuju Hotel Samudera.
Sesampainya di Hotel dan memasuki ruang makan VIP yang sudah pesan. Dirga izin keluar sebentar, ada sesuatu yang ingin dia lakukan.
"Ayah kamu akan pernah kemana? Aku ikut!" melihat Dirga akan pergi, Aqila ingin tetap berada di dekat Dirga.
"Ayah hanya keluar sebentar, kamu tunggu bersama Tante Amanda saja!"
"Tidak mau, aku mau ikut ayah!" Aqila memeluk lengan Dirga manja.
Dirga berpikir sejenak, seperti nya bukan ide yang buruk untuk mengajak Aqila pergi sebentar.
"Baiklah kamu ikut ayah .. Amanda kami keluar sebentar, nanti kalau Mbak Dita sudah datang kasih kabar dulu,"Dirga berkata ke Amanda," Oke Bang Dirga, nanti langsung aku kabari!"
"Ayah gendong!" pinta Aqila. Dia sering iri melihat anak-anak lain di gendong ayahnya, makanya dia sangat ingin di gendong Dirga.
Dirga tidak menolak dan langsung menggendong Aqila. Amanda tersenyum melihat ini, matanya berkaca-kaca. Selama ini dia sedih melihat Aqila tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah, namun setelah Bang Dirga kembali, Amanda merasa lega dan bahagia.
Sesampainya di taman hotel, Dirga mengingatkan Aqila, "Pegangan yang erat, Ayah akan membawa Aqila terbang."
"Ayah bisa terbang! Hebat, aku akan terbang bersama ayah."
Setelah Aqila memeluk dengan kuat, Dirga langsung membawa nya terbang. Dengan energi spiritual, Dirga melindungi Aqila selama mereka terbang.
Dirga terbang dengan cepat ke angkasa melewati atmosfer bumi menuju ke dekat bulan dan akhirnya berhenti. Awalnya Aqila sedikit ketakutan tetapi setelah beberapa saat terbang dia jadi sangat bersemangat melihat pemandangan selama dia terbangun.
Tingkat Kultivasi manusia saat ini belum mampu membuat mereka terbang di udara, walaupun ada sedikit orang terbangun dengan kemampuan terbang atau pengendalian angin belum banyak orang yang bisa terbang bebas.
"Aqila, ayah ingin kamu bertemu seseorang!" Dirga berkata sambil tersenyum.
"Bertemu dengan siapa?" tanya Aqila penasaran. Bagaimana ayahnya mengajak bertemu seseorang, sedangkan mereka saat ini berada di ruang angkasa.
"Tunggu sebentar, ayah akan memanggil nya!" Dirga berkata lalu memejamkan matanya.
Aqila bingung dengan tingkah aneh Ayahnya, dia juga heran kenapa dia bisa bernafas di ruang angkasa. seperti ada lapisan tipis yang melindungi dan membuat mereka bisa bernafas di ruang angkasa.
Tidak lama kemudian Aqila melihat ayahnya membuka mata dan melihat ke suatu arah.
Tiba-tiba terjadi sesuatu yang aneh dari arah yang di lihat ayahnya. Ada riak seperti gelombang air dan kemudian muncul retakan seperti jaringan laba-laba, di udara.
Retakan kaca semakin banyak dan padat sampai akhirnya muncul lobang besar di angkasa.
Terlihat sosok besar dari balik lobang tersebut.
Aqila tercengang melihat sosok tersebut dan berpikir, kenapa ayahku ada dua?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
¤PENCINTA•NOVEL¤
hmhmhm
2022-03-28
0
Juan
lagi lah cokkkkkk asem
2022-03-24
1
~✿♡noona_yoon⁹³¹♡
uwuuuuu! semangat kak
2022-03-24
0