BAB 13 : MALAM TAHUN BARU

Novel sedang direvisi, mohon pengertiannya

Aku mengambil sepotong steak itu, dan benar saja rasanya luar biasa. Baru pertama kali aku merasakan steak

“Duluan ya.” Wanita paruh baya itu kembali ke rumahnya.

“Emmm, aku suapin kamu boleh? Sesuap aja,” pinta Adam.

Aku menggeleng.

“Kenapa?” Memasang wajah memelas bak seekor anak kucing.

“Aku bisa makan sendiri,” ucapku sambil memakan dua potong steak sekaligus.

“Hahahaha.”

Aku segera menelan steak yang ada di dalam mulut. “Ko malah ketawa?”

“Ya kamu lucu aja.”

“Lucu dari mananya?”

“Pokoknya lucu.”

“Dah lah.” Aku memalingkan wajah.

“Tiga puluh menit lagi taun baru loh.”

“Iya, tau kok.”

“Aku tadi ngasih lima kembang api ke remaja yang suka nongkrong di warung blok A. Nanti bakal keliatan jelas dari sini. Jadi gak perlu repot-repot aku yang nyalain kan? Hahaha.”

“Ide mu boleh juga.”

“Ya iya dong.”

Aku memandangi wajah tampan itu, kebetulan pandangannya sedang mengarah ke langit, jadi dia tidak sadar kalau aku sedang memperhatikannya.

Apa pria ini sungguh menyukai aku? Ini sangat tidak logis.

Tiba-tiba pria itu menyanyikan sebuah lagu,

Bila nanti saatnya telah tiba

Ku ingin kau menjadi istriku

Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan

Berlarian ke sana kemari dan tertawa

Namun bila saat berpisah telah tiba

Izinkan ku menjaga dirimu

Berdua menikmati pelukkan di ujung waktu

Sudilah kau temani diriku

...****Payung teduh_Akad****...

“Suara kamu bagus,” pujiku.

“Eh, masa?”

Aku mengangguk.

“Aku lupa dandelion.”

“Livi ngasih tau aku kalo kamu suka banget sama bunga dandelion, jadi aku beli yang bentuk ledakannya kayak gitu.”

“Indah.”

“Kamu suka?”

“Iya.” Aku mengangguk.

“Makasih udah nemenin aku di awal taun ini, selamat taun baru, Larissa.”

“Selamat taun baru juga, Adam.”

Adam mendekatkan wajahnya ke wajahku.

“Ka-kamu, kamu mau ngapain?” tubuhku gemetar.

“Maafkan aku Rissa, tapi-“

Cup--

Pria itu memeluk dan mencium bibirku dengan lembut. Ciuman itu berlangsung selama beberapa detik saja.

“Maafkan aku, aku terbawa suasana.” Adam menunduk malu.

Jantungku berdegup kencang, aku merasakan kehangatan di hatiku. Apa yang salah denganku? Kenapa aku malah merasa senang?

“Ini sudah malam, aku mau tidur.” Aku berdiri.

“Emm, baiklah.”

“Ini barang-barangnya mau langsung dibawa apa gimana?”

“Barangnya simpen di sini aja dulu, besok pagi aku bawa. Tapi makanannya kamu bawa aja ke dalem.”

“Oke.” Aku memasukkan semua makanan yang ada di luar ke dalam rumahku.

“Aku pulang dulu ya.”

“Iya.” Aku mengangguk.

Lalu Adam pun kembali ke rumahnya.

Aku menggigit pelan bibir bawahku. Berciuman dengan pria itu, pasti semua ini hanya ilusi semata.

Aku mengunci pintu rumah dan berjalan memasuki kamar.

Kejadian di malam ini tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.

Tiba-tiba,

Tass--

Lampu di rumahku padam.

Aku langsung menaiki tempat tidur dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut.

Aku takut akan kegelapan, hal ini membuatku ingat pada kejadian-kejadian buruk yang terjadi di hidupku. Kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan mobil di jalanan gelap saat tengah malam, aku juga diculik saat sedang sendirian dikegelapan malam. Semoga sekarang tidak terjadi hal-hal buruk lainnya.

Tring--

Ponselku berdering.

Layar itu menampilkan sebuah notifikasi pesan Whatsapp yang berasal dari Adam.

Room chat

Adam : Listriknya mati, kamu gak apa-apa kan sendirian di situ?

Larissa : Agak takut sih.

Adam : Livi bilang kamu takut banget sama kegelapan.

Larissa : Hehehe.

Adam : Kamu lagi di kamar kan?

Larissa : Iya, kenapa?

Adam : Aku ada di samping kamu nih. Jadi jangan takut ya!

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***