Novel ini sedang dalam proses perbaikan. Mohon pengertiannya.
"Ohhh, gak sama suami kamu?"
"Eh enggak loh, aku belum nikah."
"Oalaah kirain udah nikah," jawabnya sambil melirik ke arah perutku.
"Gak ada bapaknya ini, kenapa? Gak apa-apa kan?" tanyaku dingin.
"Gak lah, gak apa-apa. Malah bagus kan kamu gak kuret dia. Menerima hasil dari masa lalu dengan segala resikonya."
"Tadinya aku pernah mau kuret, tapi gak jadi. Kasian aja, pasti dia juga pengen hidup. Yang salah kan bapaknya, kenapa harus anaknya yang dikorbanin."
Adam tersenyum smirk, "Jangan salahin bapaknya aja, itukan kesalahan berdua."
"Bapaknya lah! Toh aku kan diperkosa orang gak dikenal."
Adam terkejut, "HAH? SERIUS?!"
"Iya serius. Jam sepuluh malem, balik dari perpustakaan tiba-tiba aku di culik. Mereka ada tiga orang dan semuanya pake masker warna item. Aku di bawa masuk ke mobil sport, dibius, terus diperkosa. Pas udah sadar, tau-tau aku lagi rebahan aja di kasur hotel bintang lima."
Adam memasang ekspresi penuh keraguan. Aku yakin pria itu tidak sepenuhnya mempercayai ceritaku.
"Gak percaya?" tanyaku.
"Jujur sih agak susah dipercaya. Kalo mereka bawa mobil sport dan sewa hotel bintang lima, berarti mereka itu orang kaya. Kenapa enggak nyewa aja? Kenapa harus nyulik gitu?"
"Ya mana aku tau. Aku udah gak peduli juga, toh udah berlalu. Yang harus aku pikirin sekarang cuma masa depan."
"Hehe, iya." Nada suara Adam berubah dingin.
Setelah percakapan itu Adam langsung berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air minum.
Beberapa detik kemudian.
"Eh, Adam nya mana?" tanya Livi yang baru saja datang.
"Ke dapur tadi dia, ngambil minum."
"Perasaan sebelum aku pergi dia udah bilang mau ambil minum." Menaruh dua mangkuk bubur kacang hijau di atas meja tamu.
"Tadi kan abis ngobrol-ngobrol dulu, jadi dia baru sempet ke dapur," jawabku.
"Oh gitu."
Adam berjalan menghampiri kami sembari membawa nampan berisikan tiga gelas air minum dan tiga lembar roti.
"Eh iya, bubur kacang emang enaknya pake roti. Lupa tadi aku gak beli roti dulu," Livi.
"Kebetulan kan aku ada rotinya." Menaruh nampan itu di meja.
Aku membantu Adam menurunkan gelas dan roti dari atas nampan.
"Yuk makan yuk, laper nih," Livi.
Adam menganggukkan kepalanya sembari tertawa kecil.
Selama sesi sarapan kami, Livia dan Adam menjadi semakin akrab. Mereka terlihat sangat cocok satu sama lain. Baguslah, gadis itu cepat melupakan mantan kekasihnya yang brengsek.
Sementara aku banyak diam dan fokus pada sarapanku. Jujur saja, setelah percakapan tadi aku merasa jadi sedikit canggung. Mengingat ekspresi Adam tadi, sepertinya dia jadi tidak terlalu menyukaiku.
Selama satu jam kami berada di sini dan sekarang sudah pukul delapan pagi.
"Kami permisi dulu ya." Livi tersenyum sembari melambaikan tangannya.
"Iyaaa," jawab Adam dengan senyumnya yang manis.
Aku dan Livi kembali ke rumah, satu jam lagi gadis itu harus sudah berangkat kuliah.
Di rumah.
"Adam orangnya asik banget ya. Gak nyangka bakalan punya tetangga kaya dia."
Aku mengangguk.
"Dia ramah, lucu, asik, ganteng, badannya bagus, rumahnya rapih. Perfect banget gak sih?"
"Iya, iya," jawabku dingin.
"Kenapa kamu kaya biasa aja? Gak tertarik gitu sama dia?"
"Hmmm, gak terlalu tertarik sih."
"Ihhh,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Lord Eclipse Venerable
aku mencium bau-bau ...
2022-03-31
0
Rara
ndak ko wkwkw
2022-03-23
0
Rizky biru
Laki-laki julid kah?
2022-03-23
0