Bagian 20

Hembusan angin sejuk pada pagi hari begitu pas menemani dua sejoli yang sedang berjalan bergandengan tangan dengan mesranya. Kedua insan itu saling melemparkan senyuman hangat dan tulus. Sambil sesekali merunduk karena malu.

Almira dan Zafran, sepasang pengantin baru yang kemarin sudah mengikrarkan janji suci pernikahannya ini tengah berjalan menikmati suasana desa setelah menempuh perjalanan hampir satu jam lamanya.

Bahkan kaki yang sengaja mereka lepas alasnya pun turut menjadi saksi betapa bahagianya mereka kini.

"Mas? Kok ngajak aku kesini?" tanya Almira yang heran dengan kejutan yang diberikan suaminya.

"Ini belum seberapa! Ini hanya pembukaan untuk kejutan sebenarnya setelah ini," ucap Zafran penuh misteri.

"Maksudnya?" tanya Almira tak mengerti. Zafran tersenyum melihat kebingungan istrinya.

"Ayo!" ajak pria itu.

Zafran membantu Almira untuk berdiri. Mereka kembali berjalan menuju mobil yang diparkirkan tak jauh dari tempatnya duduk tadi. Pria itu pun melajulan mobilnya dengan kecepatan rendah.

Hanya berselang beberapa menit kemudian, mobil itu sudah berhenti lagi di sebuah rumah minimalis bergaya klasik dengan aksen kayu yang sungguh memanjakan mata siapapun yang melihatnya. Termasuk Almira.

Gadis itu sampai menganga takjub dengan rumah di depannya yang dibangun di tengah-tengah pedesaan itu.

"Mas? Ini rumah siapa?" tanyanya penasaran.

"Ayo masuk! Akan saya tunjukkan sesuatu," jawabnya semakin menambah rasa penasaran Almira.

Almira pun hanya menuruti perintah suaminya. Ia berjalan tepat di samping Zafran yang merangkul pundaknya.

Almira semakin aneh saat melihat suaminya yang membuka sendiri pintu itu, seolah-olah rumah itu adalah miliknya.

Sesaat setelah pintu terbuka, Almira kembali dibuat takjub dengan interior rumah yang terlihat begitu elegan. Entah mengapa ia sangat menyukai kesan pertama yang dilihatnya pada rumah ini.

Zafran tersenyum melihat istrinya yang melepas rangkulan mereka dan berjalan sendiri untuk melihat seluruh isi rumah itu.

Pria itu mengikuti istrinya yang sedang menuju ke sebuah pintu di sudut ruangan. Almira pun mencoba untuk membukanya. Namun sayang, pintu itu terkunci.

"Ini kuncinya, sayang!" ucap Zafran mengerti apa yang dicari oleh istrinya.

"Mas? Ini rumah siapa sebenarnya? Kenapa Mas punya semua kunci seolah-olah Mas pemiliknya." Pada akhirnya gadis itu mengutarakan keheranan yang melanda hatinya.

"Ini memang rumah saya, Mira," jawab Zafran santai.

"A-apa?!" kaget Almira.

"Bukalah pintu itu! Banyak jawaban dari semua pertanyaanmu disana" titah Zafran memberikan kuncinya pada Almira.

Almira pun membuka pintu. Beberapa langkah ia memasuki ruangan gelap itu, lampu menyala. Ternyata Zafran menekan saklar lampu di belakang pintu.

Dan semakin terkejutlah Almira dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"Mas? I-ini?" Tanyanya semakin tak mengerti, "Maksud semua ini apa, Mas?" lanjutnya lagi.

"Ayo duduk!" titah Zafran. Pria itu menuntun istrinya untuk duduk di sofa yang ada di kamar tersebut.

Zafran mengusap kerutan di kening istrinya. Sebelum pada akhirnya pria itu berucap.

"Saat lamaran waktu itu, Saya pernah bilang kan kalau suamimu ini sudah sejak lama mencintai kamu? Semua itu bukan bualan semata, sayang!" ucap Zafran merengkuh tubuh mungil istrinya.

"Maksud Mas Zafran apa? Mira makin nggak ngerti!" sahut Almira.

"Belasan tahun lalu, saya bertemu dengan anak laki-laki yang sedang terluka karena jatuh dari sepeda. Saat itu saya langsung membantunya mengantar ia pulang ke rumahnya. Tepat saat seorang wanita membuka pintu, muncul pula gadis menggemaskan yang langsung menghambur ke pelukan kakaknya sembari menangis tersedu. Matanya sangat indah meski sedang menangis. Dari situlah getaran itu datang. Saya merasa bersalah, tidak seharusnya saya menjadi pedofil. Lalu saya berpikir untuk menjauh. Tapi ternyata tidak bisa! Getaran itu semakin menjadi saat saya tidak melihat gadis itu ... "

Zafran mengambil jeda sebelum melanjutkan kisahnya. Sementara Almira terus memperhatikan Zafran karena merasa familiar dengan cerita dari suaminya itu.

"... yang bisa saya lakukan hanya menatapnya dari kejauhan. Mengambil fotonya diam-diam layaknya seorang penjahat. Tanpa ada satupun yang tahu. Itu semua berlangsung hingga usia saya menginjak dua puluh empat tahun. Ibu sudah meminta saya untuk menikah, tapi saya menolak dan mengatakan jika saya sudah terlanjut mencintai gadis lain. Tapi saat Ibu mengetahui siapa gadia itu, Ibu menentang saya. Beliau rasa tidak mungkin seorang pria dewasa seperti saya menikahi gadis yang usianya terpaut jauh dari saya ... "

"Lalu?" tanya Almira yang penasaran.

"Akhirnya saya menikahi gadis pilihan Ibu. Menatapnya pertama kali tidak membuat saya langsung jatuh hati. Bahkan hingga putra pertama kami lahir, saya hanya menyayangi Eva, tidak bisa mencintai dia sepenuhnya. Dan penyesalan terbesar saya adalah, saat Eva menghembuskan napasnya terakhir kali, hanya kalimat 'aku menyayangimu' yang di dengar Eva. Lidah saya terlalu kelu untuk mengatakan cinta kepadanya. Karena pada kenyataannya saya tidak pernah mencintai Almarhum Eva," jelas Zafran.

Almira pun mengapus setitik air mata yang jatuh di pipi suaminya tanpa sadar.

"Jangan nangis," tegur Almira parau. Entah mengapa kisah suaminya begitu mengharukan untuknya,"Jangan dilanjutkan! Mira nggak kuat dengernya! Sedih banget! Kayak film-film,"

Suasana yang tadinya haru pun rusak begitu saja karena kalimat Almira yang tidak seberapa. Zafran justru tertawa sangat keras dan mencubit pipi Almira saking gemasnya. Membuat gadis itu memberengut kesal.

"Hati saya memang tidak pernah salah memilih! Kamu, gadis kecil waktu itu, yang sekarang sudah menjadi istri saya, sangat pandai memberi warna dalam hidup saya. Terimakasih, sayang!" ucap Zafran menghujani jemari Almira dengan kecupannya.

"Mas ini beneran, ya? Mira nggak mimpi? Jadi suami Mira adalah secret admirer-nya Mira dari dulu?" tanya Almira lugu. Memancing tawa geli Zafran.

"Iyaaaaa! Mas Duda-nya Almira ... Yang sekarang sudah tidak duda lagi," candanya.

"Ih, Mas!" Pipi Almira memerah karena malu.

"Sebelum kamu yang mengidolakan saya karena ketampanan ini, saya jauh lebih dulu mencintai kamu, istriku!" ucap Zafran tulus.

Rona di pipi Almira tidak luntur malah semakin memanas karena perkataan suaminya. Ia hanya mampu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Zafran untuk menyembunyikan wajah merahnya itu.

"Oiya, Mas!" ucap Almira tiba-tiba.

"Kenapa?" jawab Zafran tampa melepaskan pelukannya.

"Tentang Bang Aidan ... Mira minta maaf karena udah bikin Mas Zafran marah. Mira nggak tahu kalau kak Aidan itu adiknya Mas Zafran. Jadi semalam Mira kaget. Bukan karena ada apa-apa, kok!"

"Iya ... Zaidan sudah menjelaskan semuanya, kok! Maafkan saya, ya! Saya sempat mencurigai kamu. Saya hanya takut kehilangan kamu untuk kedua kalinya, sayang."

"He-em ... Selama Mas Zafran nggak selingkuh Mira nggak akan pergi, kok!"

"Saya mencintaimu, Mira."

Almira tak mampu untuk menjawab perkataan suaminya. Karena pengakuan cinta suaminya kali ini terdengar lebih manis dari biasanya. Ia hanya mampu menjawab dalam hati jawaban cinta untuk suaminya itu.

"Mira cinta sama Mas Zafran juga. Maafkan Mira," batin Almira berbicara.

*

*

*

To be continued

Terpopuler

Comments

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

ooo....duda cerai mati too...
baru tau...
abiss si othor penuh dg secretly...
he..he..he..

2021-06-06

0

Mayang

Mayang

waaah kirain mantan istrinya pergi hbis mlhirkan sm laki2 lain...ternyata oh ternyata...

2021-05-31

2

Faizha Alyha Handhayani

Faizha Alyha Handhayani

cinta yg tertunda
lebij tepatnya pedofil yg tertunda😍😍😍😍

2021-05-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!