Bagian 16

Esoknya, keluarga Bagaskara sedang melakukan sarapan pagi bersama di meja makan. Mama yang sedang menyiapkan makan untuk Papa. Aldian yang masih membenarkan letak dasinya. Dan Almira yang baru saja datang.

"Mowning, Mama tercinta! Mowning Papa tersayang!" Sapanya ceria lalu mencium pipi kedua orang tuanya. Untunglah masalah semalam tidak membuatnya sedih berlarut-larut.

"Pagi juga, sayang!" ucap Mama dan Papanya serempak.

"Dih, Abang nggak disapa coba!" protes Aldian yang merasa diabaikan oleh adiknya.

"Oh, princess lupa! Abisnya Abang jarang pulang, sih! Mira kan jadi lupa kalau punya Abang! Pagi Abang terjahatnya Mira!" Sapa Almira pada kakaknya disertai sebuah sindiran pedas.

"Loh, kalau gitu yang jahat siapa? Abang sendiri kok dilupakan! Awas, ya, kalau minta-minta uang ke Abang! Nggak akan abang kasih lagi!" ancamnya pura-pura. Bagaimana mungkin Ia tega mengabulkan ucapannya tadi? Aldian terlalu menyayangi adik manjanya hingga tak pernah tega untuk bilang 'tidak' padanya.

"Tetep Abang dong yang jahat! Nggak pernah pulang ke rumah! Sok-sok an bilang sibuk kerja, padahal Papa aja juga sibuk tapi tetep pulang! Itu alasan Abang aja biar bisa berduaan sama Mbak Aida terus, kan? Ah, emang Abang udah lupa kalau punya adik se-imut dan se-cantik Mira, kok!" ucapnya panjang lebar mengeluarkan keluh kesahnya selama ini. Dan Aida adalah nama kekasih Aldian yang sudah dipacarinya sejak kuliah.

Aldian yang akan menjawab pun diberi peringatan oleh Papanya lewat tatapan mata. Aih, beginilah nasib seorang kakak laki-laki yang memiliki adik perempuan. Selalu ia yang mengalah dalam keadaan apapun. Untung saja Aldian adalah tipe kakak yang pengertian, hingga ia tidak merasa cemburu sedikitpun ketika adiknya diberi perhatian lebih oleh orangtua mereka. Aldian bisa maklum karena Almira anak gadis sementara Ia laki-laki yang bisa menjaga diri.

"Sudahlah kalian berdua ini! Teruskan nanti saja debatnya! Kasihan masakan Mama melihat kalian berantem terus! Nggak sadar apa itu ludahnya muncrat-muncrat?" ucap Mama Santika memberi peringatan.

Kedua kakak beradik itu pun diam setelah mendapat teguran dari orang tuanya. Meski masih saling lirik dan mengejek tanpa suara.

Lalu mereka berempat memulai sarapannya dengan dipimpin oleh sang kepala keluarga. Tak butuh waktu lama, sarapan mereka pun telah habis. Almira yang paling akhir menghabiskannya.

Tepat saat Almira akan meneguk susu yang sudah dibuatkan Mamanya, terdengar suara pintu depan yang di ketuk.

"Biar Mira aja yang buka!"

"No! Habiskan susumu! Biar cepat gede, kamu! Abang aja yang buka pintu." Larang Aldian. Membuat Almira cemberut sementara Mama dan Papa tersenyum melihat  perhatian Aldian kepada Almira.

Aldian pun beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu bagi sang tamu. Namun saat pintu berhasil terbuka,  putra sulung keluarga Bagaskara pun mengeraskan rahangnya.

"Mau ngapain kamu kesini, ha!?" teriak Aldian pada tamu yang ternyata seorang laki-laki muda yang mungkin beberapa tahun di bawahnya itu tanpa bisa mengontrol emosi. Lalu kemudian ia menarik baju tamunya dan menyeretnya keluar.

BUG!! BUG!!!

Aldian melayangkan tinju ke wajah tamunya. Tendangan bahkan injakan di tubuh laki-laki malang itu tak dapat terelakan lagi. Bahkan ia tersungkur di depan rumah itu setelah Aldian mendorongnya hingga jatuh dari beberapa anak tangga di teras rumahnya.

"Bang... Ma-maafkan aku. Aku mohon-"

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu! Apalagi dari mulutmu yang menjijikkan!" sahut Aldian kembali menghajarnya.

Ia seakan tak peduli lagi pada setelan jas mahalnya. Yang terpenting saat ini adalah, Aldian dapat memuaskan nafsunya untuk membalaskan dendam yang telah lama bersemi di hati.

Teriakan dan suara pukulannya terdengar hingga ke telinga keluarganya yang masih berada di dalam. Mereka pun bergegas untuk keluar dan melihat apa yang terjadi hingga putranya menghabiskan waktu lama untuk membuka pintu bagi tamunya.

"Ada apa, Aldi?" tanya Papa yang lebih dulu sampai.

"Lihat itu, Pa!" tunjuk Aldian dengan dagunya.

Papa, serta Mama dan Almira yang baru saja datang pun terkejut. Almira sudah akan terjatuh jika saja Papa yang berada di samping kanan putrinya tidak memegang tubuhnya erat.

"K-kak Dirga?"

Almira pun pucat pasi melihat wajah pria itu lagi setelah lima tahun berlalu. Mama yang melihat keadaan putrinya kembali memburuk pun maju beberapa langkah untuk mendekati laki-laki yang sudah babak belur itu. Rupanya ia belum kapok dengan bogeman mentah dari Aldian hingga ia masih punya nyali untuk mendekati Mama dan berusaha menggapai tangannya.

Plak!!!!

Tamparan pun Mama layangkan ke pipi kiri Dirga, laki-laki yang menjadi mimpi buruk untuk Almira selama ini. Dan darah segar mengalir dari sudut bibir laki-laki itu.

"Masih berani kamu menampakkan wajah di depan saya?! Setelah apa yang kamu lakukan kepada keluarga kami dulu?!" ucap Mama tak percaya.

"Maafkan saya, Tante... Saya bersumpah saya mencintai Sekar," kata Dirga memelas.

Tak ada lagi belas kasihan di wajah mereka, Mama dengan teganya pun berucap.

"JANGAN SEBUT NAMA PUTRIKU DARI MULUT KOTORMU ITU!!" Sentak Mama. Lalu ia pun melanjutkan. "Almira sudah kami jodohkan dengan pria yang jauh lebih baik dari kamu! Jangan coba-coba kamu mendekati Almira! Karena kamu tidak ada apa-apanya ketimbang calon menantuku!" Dirga tersentak mendengarnya. Tak terasa sebutir air mata meleleh dari sudut matanya.

"I-itu benar, Sekar?" Tanya Dirga tak percaya.

Almira tak kuasa untuk menjawabnya. Air matanya jatuh begitu deras, seperti hujan yang sangat lebat. Papa melepaskan pelukan Almira dan membiarkan Aldian menggantikannya.

Beliau mendekati sang istri yang masih terbawa emosi menghadapi laki-laki muda di depan mereka.

"Saya pun sangat membenci kamu! Tapi saya tidak ingin semakin banyak keributan terjadi di rumah saya! Pergilah! Sebelum saya panggil polisi untuk menangkapmu," titah Papa penuh wibawa.

Hanya Papa yang dapat mengontrol emosinya disini. Dengan tubuhnya yang gagah, meski sudah mulai menua pun tak menyurutkan niatnya untuk menghajar laki-laki penghancur keluarganya itu. Namun seperti yang di katakannya tadi, Papa hanya tidak ingin rumahnya menjadi kotor setelah ini.

Dan tak disangka-sangka, Laki-laki itu berjalan terseok menggunakan lututnya dan bersujud di bawah kaki Papa dan Mama.

"Maafkan saya, Om, Tante! Saya janji tidak akan mengulang kesalahan itu lagi. Saya mohon beri saya kesempatan untuk menikahi Sekar. Hanya saya yang mencintainya, Om!" ucapnya disertai tangis.

"Zafran bahkan lebih baik dalam mencintai Almira!" sahut Aldian tiba-tiba. Almira yang berada dalam pelukannya pun kaget dibuatnya.

"Bang.... Aku mohon, bang! Mengertilah! Tidak ada laki-laki lain yang dicintai Sekar. Hanya aku! Iya kan, sayang?" Laki-laki itu dengan tidak tahu dirinya mulai melangkah mendekati Almira.

"BERHENTI!!! CUKUP!!!! Pergilah dari rumahku!! Aku membencimu! Aku tidak ingin melihatmu lagi!!!" teritnya di sela tangisan.

"Sekar? Sayang?" Dirga pun terkejut akan usiran yang dilakukan pujaan hatinya. Ia pikir keterdiaman Sekar adalah karena gadis itu masih menginginkannya. Namun Ia salah besar.

"AKU MEMBENCIMU!! PERGI!!" Ulang Almira lagi. Bahkan setelahnya Ia berbalik dan berlari untuk memasuki rumahnya.

"Kamu dengar sendiri, kan? Adikku sangat membencimu! Pergi dari hadapanku sekarang juga!"

Aldian kembali menendang tubuh Dirga. Ia tak peduli jika setelah ini Dirga akan masuk ke rumah sakit dan membuatnya harus mendekam di balik jeruji besi. Setidaknya dengan begini, rasa sakit yang keluarganya rasa dapat sedikit terobati.

Aldian dan orang tuanya berbalik meninggalkan Dirga yang sedang berusaha untuk berdiri. Laki-laki itu pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari pagar besar rumah pujaan hatinya.

Namun ketika Ia menengok ke kanan, Ia mendapati seorang pria yang tengah menatapnya tajam. Tak lama, pria yang diduga Dirga sebagai calon suami Sekar Almira pun menutup kaca jendela dan pergi dari sana.

Benar sekali! Pria itu adalah Zafran, yang melihat seluruh kejadian pagi ini. Rencananya, ia hanya ingin mengetahui keadaan calon istrinya. Namun pemandangan pagi ini sedikit mengusik hati pria itu. Ia tahu jika ada yang disembunyikan oleh Almira dan keluarganya. Dan kekecewaan itu sedikit melukai egonya.

Sementara laki-laki yang wajahnya sudah babak belur tadi, memasuki mobilnya dan melajukannya menjauhi rumah itu.

"Aku bersumpah akan merebutmu lagi, Sekar! Kamu milikku! Dan akan terus seperti itu!"

*

*

*

To be continued

Terpopuler

Comments

Novianti Mawardisyah Chaniago

Novianti Mawardisyah Chaniago

top

2021-07-09

0

Ike Kartika

Ike Kartika

ada masa lalu apa terhadp almira sm dirga..

2021-06-30

0

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

goyahkah kau mas duda...?
gk PD...?
ayolah...
mana semangatmu...?

2021-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!