Bagian 11

Suara radio yang terputar tak bisa memecahkan keheningan antara pria dan wanita yang tengah duduk berdampingan di dalam mobil. Sang pria dengan kekesalannya saat melihat calon istri yang berniat keluar dari rumahnya hanya mengenakan daster, dan si wanita muda yang masih berekelut dengan pikirannya.

Entahlah! Bahkan angin yang berhembus di luar pun enggan memberitahu seberapa peliknya pikiran wanita itu kali ini. Almira, gadis ceria itu tiba-tiba berubah pendiam sejak keluar dari kamar calon suaminya pagi ini.

Ah, ralat! Gadis itu berubah sejak melihat sebuah foto di kamar calon suaminya. Foto yang mengingatkan dia akan sebuah kenangan masa lalu.

Zafran yang awalnya sangat menyukai keheningan, kini ia lebih mencintai kegaduhan yang diciptakan calon istrinya. Ia merindukan itu semua. Dan akhirnya, dengan meluruhkan semua ego yang ada, Zafran pun mulai membuka percakapan diantara mereka.

"Almira? Ada apa denganmu? Pagi ini kamu tidak secerewet biasanya," katanya dengan debaran di dada.

"Saya nggak apa-apa, Mas," Jawab Almira.

Zafran menaikkan satu alisnya pertanda Ia meragukan jawaban dari Almira. Ditambah dengan penyebutan kata 'saya' yang sudah tidak dilakukan Almira sejak obrolan panjang mereka tadi malam. Semakin menambah kerutan di kening Zafran. Pertanda ia semakin bingung dengan tingkah Almira.

"Saya?" tanya Zafran ambigu.

"Mas kenapa?" Almira justru kembali bertanya.

"Kamu menyebut dirimu sendiri dengan sebutan 'saya'. Terdengar aneh sebenarnya. Saya sudah terbiasa mendengar kamu memanggil namamu sendiri saat bicara dengan saya," jelas Zafran.

Almira terkejut karena calon suaminya ini mampu menyadari banyak hal tentang dirinya, termasuk perubahan sekecil apapun. Dia pun berdeham untuk menetralkan debaran ketakutan di dalam dadanya.

"Maaf... Mira hanya sedang ada sedikit pikiran aja, Mas," jawab Almira kembali merubah panggilan untuk dirinya sendiri.

"Tentang apa? Maaf bukan bermaksud untuk ikut campur. Hanya saja, kita akan menikah sebentar lagi. Saya rasa tidak masalah jika kamu berbagi masalah itu dengan saya," ucap Zafran, menegaskan status mereka sekarang.

Almira memikirkan kembali kata-kata calon suaminya ini. Ucapan calon suaminya ini memang benar, bahwa mereka harus belajar untuk terbuka satu sama lain. Agar tidak ada kesalahpahaman nantinya. Namun, dia tidak siap dengan segala konsekuensi yang akan terjadi.

"Emmm... Mira cuma penasaran dengan adik Mas Zafran. Seperti apa dia?" jawabnya ragu-ragu.

"Kamu serius? Hanya karena hal sepele kamu bisa menjadi seperti ini?" kaget Zafran.

"Tentu! Mira hanya penasaran saja," jawabnya membuat Zafran menghembuskan napasnya kencang.

Pria itu seperti kembali diingatkan jika calon istrinya itu adalah wanita yang ajaib. Apapun bisa terjadi pada mood nya yang suka berubah-ubah tersebut.

"Maaf... Kalau Mas Zafran nggak mau jawab ya nggak apa-apa. Mira, kan, cuma penasaran aja," katanya lirih.

"Tenanglah... Saya akan jawab. Kamu juga berhak tahu mengenai calon keluarga baru kamu...." ucap Zafran sembari memberikan elusan lembut di tangan kanan Almira yang berada di pangkuan gadis itu tanpa menengok ke arahnya.

"....Namanya Zaidan Abqari. Tujuh tahun lebih muda dari saya. Sekarang ia sedang melanjutkan kuliah master-nya di Jakarta, sembari memantau cabang perusahaan Ayah yang disana," ucapnya sedikit menjelaskan perihal keberadaan sang adik.

"Dia orang yang supel, pandai bersosialisasi, dan pekerja keras. Tidak seperti saya yang pendiam dan kurang suka keramaian. Mungkin akan cocok mengobrol denganmu yang banyak bicara," lanjut Zafran panjang lebar.

Almira mendengarkan penjelasan Zafran sembari menganggukkan kepalanya berkali-kali. Pertanda jika Ia memahami apa yang dibicarakan oleh pria itu. Setelah itu, kembali keheningan melanda mereka berdua.

"Ada lagi yang ingin kamu ketahui?" tanya Zafran.

"Kalau Ayah Mas Zafran seperti apa? Sepertinya Mira belum pernah melihat foto beliau ada di rumah Mas Zafran," jawab Almira jujur.

"Ha ha ha... Ayah hampir sama dengan saya, kalau tadi Zaidan menuruni sifat Ibu, kalau saya menuruni sifat Ayah. Tak suka banyak bicara di depan umum... " Zafran menjelaskan seperti apa sosok Ayahnya.

"...dan kalau untuk foto, Ibu pernah cemburu berat karena teman arisannya memuji Ayah secara terang-terangan di depan beliau. Terang saja! Ayah itu keturunan Turki. Kakek saya asli sana, sedangkan Nenek asli Cimahi...." Jelas Zafran. Oh pantas saja duda itu terlahir sebagai pria yang sangat tampan.

"....Lalu Ibu mendiamkan Ayah selama beberapa hari. Semenjak itu, beliau memutuskan untuk melepas semua pigura fotonya demi mendapatkan maaf dari Ibu. Padahal Ayah tidak melakukan kesalahan apapun. Ck!" Lanjut Zafran menjelaskan perihal foto sang Ayah. Disertai dengan decakan pada akhir kalimatnya.

"Jadi Ibu cemburu?" tanya Almira memastikan.

"Ya! Dasar wanita..." desis Zafran pelan. Berharap jika suaranya tak sampai ke telinga gadis di sampingnya ini. Namun sayang, sepertinya itu hanyalah harapan semata.

"Apa?! Memangnya kenapa kalau wanita?! Wajar kan kalau Ibu cemburu! Suaminya dipuji di depan beliau, loh!?" jawab Almira bersungut-sungut.

Wanita itu menampakkan wajah kesalnya. Sementara Zafran justru tersenyum dan menoleh ke arah samping. Tepat saat lampu lalu lintas berwarna merah.

Pria itu menolehkan wajahnya menatap Almira. Membuat Almira merasakan panas di wajahnya.

"Akhirnya Almira saya telah kembali," ucapnya santai namun penuh makna.

"Mak-masud Mas Zafran apa?" tanya Almira gugup karena ditatap sedemikian intens oleh pria tampan di sampingnya. Apalagi Zafran yang telah mengklaim dirinya sebagai milik pria itu. Aih, senangnya!

"Saya tidak suka Almira yang pendiam. Saya lebih suka kamu yang banyak bicara dan tampil apa adanya. Jangan pernah berubah," pinta Zafran.

Blushhhh...

Almira yang mendengar itu seketika semakin menampakkan wajah merahnya yang alami. Membuat Zafran geleng-geleng kepala karena tingkah menggemaskan gadis di sampingnya. Pria itu kembali melajukan mobil saat lampu lalu lintas sudah berganti warna menjadi hijau.

Selanjutnya perjalanan mereka diisi oleh obrolan ringan antara mereka berdua. Hobi, warna favorit, makanan favorit, bahkan hingga ukuran sepatu pun ditanyakan Almira pada calon suaminya. Membuat Zafran merasa geli sendiri.

Tak lama, mereka sampai di depan sebuah pagar yang menjulang cukup tinggi. Zafran meminta maaf kepada Almira karena tidak bisa mampir lantaran ia yang sudah dikejar jam masuk kantornya.

Setelah mengiyakan permintaan Zafran untuk menyampaikan salamnya kepada Mama, gadis itu turun dari mobil dan melihat calon suaminya menjauh sebelum akhirnya ia masuk ke dalam rumah.

Namun langkahnya terhenti saat mendengar dering ponsel yang berasal dari tas selempangnya. Tanpa melihat nama siapa yang terpampang di layar ponsel, Almira pun mengangkat panggilan itu.

Sesaat kemudian, nafasnya tercekat mendengar suara di seberang sana. Wajah Almira pucat pasi, dia pun segera mematikan panggilan dan menetralkan desu napasnya. Dia tidak ingin membuat sang ibu curiga.

*

*

*

To be continued

Terpopuler

Comments

Nuzumul Hidayah

Nuzumul Hidayah

koq aku curiga Almira pernah deket SM Zaidan ya,

2021-06-25

0

mama een

mama een

jangan2 almira pacar adek ny zapran, terus yg di bandara tdi adek ny zapran pulang

2021-06-08

0

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

nah loh siapa..?

2021-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!