Saat jarum jam sudah melewati tengah malam, seorang wanita paruh baya memasuki kamar anak lelakinya. Beliau melihat pemandangan yang menyejukkan hatinya. Dimana sang putra yang tertidur di sofa, sementara calon menantu dan cucunya tidur berpelukan di atas ranjang.
Beliau pun bernapas lega karena ternyata sekali lagi putranya membuktikan bahwa ia bukan pria yang jahat. Ia adalah pria yang bertanggung jawab dan memegang teguh pendiriannya.
Rencana yang beliau buat dengan calon besannya pun sudah berhasil. Beliau melihat kedewasaan sang calon menantu saat gadis muda itu memeluk cucunya dengan erat. Dan sikap teguh pendirian putranya yang sangat mereka banggakan ini.
Wanita paruh baya yang tak lain adalah Ibu dari Zafran pun mendekati putranya dan membangunkannya dengan halus.
"Mas... Bangun! Ini Ibu!" ucapnya lembut.
Zafran yang merasa tidurnya terganggu pun mulai mengerjapkan matanya. Ia masih melihat kamarnya gelap. Itu berarti, hari masih belum berganti menjadi pagi. Saat menyadari kehadiran sang Ibu di depannya, Zafran pun menegakkan tubuh menatap Ibunya.
"Ibu? Kenapa disini?" tanya Zafran bingung.
Ibu yang ditanya seperti itu pun tersenyum. Beliau mengelus kepala putranya sembari mengecup dahinya sayang. Zafran memejamkan matanya karena kenyamanan itu.
Ya! Sedewasa apapun seorang pria, ia tetap pria kecil yang sangat manja kepada Ibunya. Pun begitu dengan Zafran. Pria itu meskipun sudah menjadi seorang ayah dari kedua putranya, dia tetaplah anak dari seorang wanita tangguh di depannya ini.
"Kenapa kamu tidak tidur di ranjang dengan mereka?" tanya sang Ibu. Meski ia sudah tahu jawaban apa yang akan dilontarkan putranya.
"Tadi kami berada dalam satu ranjang. Namun saat Almira dan Rendra tidur, Zafran pindah ke sofa," tuturnya.
"Kenapa?" tanya Ibu lagi.
"Ibu... Zafran sangat mencintai dan menghormati Ibu. Itu sebabnya Zafran juga berusaha untuk selalu menghormati kodrat wanita, Bu. Almira gadis baik dari keluarga baik-baik juga. Zafran tidak ingin merusaknya," jawab Zafran sembari mengecup kedua telapak tangan Ibunya.
Sang Ibu yang diperlakukan seperti itu pun menangis terharu. Ia bangga karena sudah berhasil membesarkan putranya hingga menjadi pria yang seperti sekarang ini. Tak urung air matanya menetes cukup deras. Beliau berusaha sekuat tenaga agar isakannya tak keluar dan akan mengganggu dua orang yang sedang tertidur dengan lelap diatas ranjang.
"Ibu bangga sama kamu, Mas! Kamu hebat! Ibu tahu kamu tidak akan merusak kepercayaan Ibu," ucapnya tergugu.
"Bu.. Jangan bicara seperti itu! Zafran jadi seperti ini karena Ibu dan Ayah yang sudah sangat hebat mendidik Zafran," jawabnya lagi sembari mengusap air mata yang turun di pipi Ibunda tercintanya. Ibu pun tersenyum dan kembali membubuhkan kecupan di kening sang putra.
"Terimakasih, sayang! Dan maafkan Ibu, sebenarnya ini rencana Ibu dan calon Ibu mertuamu untuk mengetes kedewasaan Almira dan juga tanggung jawab kamu sebagai calon imam," aku sang Ibu pada akhirnya. Wanita itu sedikit takut menghadapi respon sang putra nantinya. Namun melihat tatapan bingung dari Zafran, Ibu pun sedikit bisa bernapas lega.
"Maksud Ibu?" tanya Zafran keheranan.
"Almira adalah putri kesayangan calon ibu dan ayah mertuamu. Beliau hanya tidak ingin anaknya jatuh ke tangan imam yang salah. Ibu sudah meyakinkan beliau jika putra Ibu adalah pria baik-baik. Dan sebagai pembuktian, kami melakukan hal ini," jelasnya.
"Jadi, sekarang?" tanya Zafran menatap ibunya penuh binar.
"Dan kamu berhasil! Selamat, nak! Satu langkah lagi kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang kamu cari selama ini," ucap Ibu masih sesenggukkan.
"Zafran yang harusnya berterimakasih, Bu. Karena Ibu Zafran bisa meraih semua ini." ucapnya tulus.
Ibu pun beranjak dari duduknya setelah menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Beliau menatap bola mata sang putra yang memiliki tatapan persis seperti ayahnya ini.
"Sama-sama, nak! Sekarang ayo kamu ikut Ibu! Ibu sudah bereskan kamar adikmu untuk kamu tidur malam ini. Ibu nggak tega kalau kamu tidur di sofa yang kecil seperti ini," ajak sang Ibu. Beliau menarik lengan putranya agar ikut berdiri bersamanya.
"Baik, Bu. Terimakasih banyak," jawab Zafran.
Zafran dan Ibunya perlahan keluar dari kamar itu. Mereka menuju ke sebuah kamar yang berjarak tiga ruangan dari kamarnya. Itu adalah kamar Zaidan, adik Zafran yang sedang menuntut ilmu di kota lain. Sekali lagi Zafran mengucapkan terima kasih kepada wanita hebat itu. Setelahnya, dia pun memutar knop pintu.
Zafran masuk ke dalam kamar setelah berpamitan dan mengucapkan selamat malam untuk ibunya. Ia merebahkan tubuhnya yang terasa sangat pegal karena sempat tidur di sofa tadi. Dan setelah beberapa saat, pria itu sudah masuk ke alam mimpinya.
Sementara di tempat lain, seseorang tengah menggeret kopernya keluar dari bandara dengan gaya nya yang khas seperti orang berada.
"Aku kembali, sayang!" ucapnya percaya diri. Lalu ia pun menyetop taksi yang lewat di depannya. Taksi pun melaju membelah jalanan kota itu pada malam hari.
*
*
Keesokan harinya, Almira terbangun dengan kaki Rendra yang berada di perutnya. 'Ah pantas saja terasa sangat berat!' ucap Almira dalam hati.
Almira pun memindahkan kaki Rendra perlahan. Lalu ia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tanpa mandi, ia hanya mencuci muka dan menggosok giginya dengan sikat gigi baru yang tersedia di kotak kecil di dalam kamar mandi. Kemudian gadis itu turun untuk melihat pekerjaan apa yang bisa ia kerjakan pagi ini. Mengingat jika dirinya sedang berada di rumah orang lain sekarang.
Almira mendengar suara beberapa alat masak yang tengah beradu dari arah dapur. Ia mendapati Ibu dari calon suaminya sedang sibuk berkutat dengan alat tempurnya. Almira pun mendekati berniat membantu sebisanya.
"Ibu?" panggil Almira.
"Oh, Mira? Sudah bangun?" tanya Ibu hanya mengalihkan perhatiannya sebentar ke arah Almira.
"Iya, Bu. Maafkan Mira karena bangun terlambat dan tidak bisa membantu Ibu," ucap Almira menyesal.
"Tidak apa. Kamu sudah sholat?"
"Sedang libur, Bu," jawabnya jujur.
"Baiklah... Kamu tolong bangunkan Rendra saja untuk sholat! Ini biar Ibu yang menyelesaikan. Tolong lihat Geon juga di kamar Ibu, ya? Sepertinya dia sudah bangun," pinta Ibu dengan tutur katanya yang halus
"Iya, Bu," jawab Almira menurut.
Saat akan berbalik meninggalkan dapur, Ibu kembali memanggil Almira.
"Ya, Bu?" tanyanya mengurungkan niat untuk pergi.
"Bersihkan dirimu! Ibu sudah menyiapkan pakaian di atas kasur Ibu. Kamu nggak keberatan kan pakai baju Ibu?"
"E-enggak kok, Bu," jawab Almira gugup.
"Baguslah! Sekalian mandi di kamar Ibu saja! Ada handuk baru di lemari kecil belakang pintu."
"Baik, Bu."
Setelahnya Almira benar-benar berbalik untuk meninggalkan dapur. Mula-mula, ia pergi ke kamar Ibu untuk memastikan apakah calon putra bungsunya sudah bangun atau belum.
*
*
*
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
kagome
bau2 calon pelakor
2021-12-17
1
Hesti Pramuni
istri atau mantan Zafran...?
2021-06-06
0
bucin_nya lee donghae
apakah it mantan istrinya bang zafran
😱😱😱😱 bakalan ada pelakor dong kalo benar it mantan istri 😕😕
2021-03-26
2