Bagian 8

"Eh? Mimpi bisa lupa?" tanya Mas Zafran. Aku pun hanya bisa menahan tawaku melihat ekspresi Rendra yang kaget dengan mata membola itu.

"Hikss... Pokoknya Rendra takut, Pa! Rendra nggak mau tidur sendiri!" ucap Rendra. Ehmm kenapa firasatku buruk ya?

"Yasudah, kamu tidur di kamar Papa saja. Nanti setelah Papa mengantar Mami pulang, Papa akan temani kamu tidur," ucap Mas Zafran. Hiks... Aku kok seneng ya dengar panggilan 'Mami' dari bibir Mas Zafran? Kenapa terdengar seksi sekali ketika ia yang mengucapkan?

"Nggak mau!" tolak Rendra. Semakin buruk saja ini firasatku.

"Lalu? Maunya anak Papa gimana?" tanya Mas Zafran sesabar mungkin.

"Rendra mau tidur sama Papa, tapi,..." deg! deg! Jantungku berpacu sangat cepat. "...sama Mami juga!"

Blushhh... Tuh kan?! Apa aku bilang?! Anak ini kecil-kecil sudah cerdik saja! Bagaimana mungkin aku tidur satu kamar, satu ranjang, dan satu selimut dengan Mas Zafran?!

Aku pun melayangkan tatapan memohon pada pria itu. Agar Ia menolak keinginan anaknya. Aku lho, masih anak gadis ini! Meskipun Mas Zafran berstatus sebagai calon suamiku, tapi tetap saja bahaya besar jika aku berada dalam satu kamar dengannya.

"Nggak bisa, sayang! Mami harus pulang. Nanti mami dicariin mamanya loh!" ucap Mas Zafran mencoba memberi pengertian untuk putranya.

"Boleh, kok!" sahut anak itu percaya diri sekali.

"Eh? Rendra nggak boleh gitu, lagian Mami nggak bawa baju, loh? Kapan-kapan aja, ya?" bujuknya lagi.

Apanya yang kapan-kapan? Dia pikir aku mau tinggal disini sebelum pernikahan? Ya maulah!

Eh? Ma-maksudku aku nggak akan mau tinggal disini bersama Mas Zafran. Tapi kalau bersama putra-putranya akan aku pikirkan lagi. Y-ya! Seperti itu maksudku.

"Rendra mohon, Papa! Temen-temen Rendra cerita kalau sering tidur bareng mama papanya. Kan, Rendra juga mau, Pa!" pinta anak itu memelas. Hiks... Kenapa aku jadi nggak tega gini ya, dengarnya?

Mas Zafran terlihat berpikir sejenak. Kemudian dia menjawab permintaan putranya yang terdengar pilu itu.

"Baiklah! Rendra boleh tidur disini sama Papa dan Mami," ucapnya membuatku kaget.

"Mas?!" protesku. Tapi tak diindahkannya.

"Saya mengantuk, Mira! Besok saja saya antar kamu pulang. Nanti biar saya telpon Mama kamu," katanya santai.

"Nggak bisa gitu dong, Mas! Kita ini belum menikah!"

"Tidurlah! Saya bersumpah tidak akan melakukan apapun."

"Mas, tapi-" ucapku terpotong oleh tangisan Rendra.

"Rendra kenapa lagi, nak?" tanyaku masih menahan kesal karena permintaan anehnya itu.

"Mami nggak mau tinggal sama Rendra, ya? Mami nggak sayang Rendra? Hiks... Mami jahat!" Ucapnya. Ia pun menegakkan tubuhnya dan menjauh dariku.

"Bukan gitu, sayang! Mami cuma-" Aku bingung harus menjelaskan apa kepada anak ini.

"Tolong saya, Mir! Rendra sudah lama tidak mendapatkan kasih sayang Ibunya. Saya mohon bantu dia untuk mendapatkan kembali sosok Ibu dalam hidupnya," ucap Mas Rendra memelas. Hiks... Aku kan jadi nggak tega kalau gini.

Sekian lama terdiam akhirnya aku pun angkat bicara.

"Baiklah! Mami tidur disini sama Rendra dan Papa. Ayo!" putusku final.

Mas Zafran pun merebahkan tubuhnya di ranjang sebelah kiri, sedangkan aku berada di sebelah kanan. Sementara Rendra berada di tengah-tengah kami.

"Rendra sebelum tidur berdoa dulu!" titah Mas Zafran.

"Iya!" jawab anak itu. Ia sudah bersiap untuk tidur. Aku pun tengah mencoba untuk memejamkan mataku di suasana yang sangat canggung ini. Namun.....

"Eh, bentar!" ucap Rendra tiba-tiba.

"Kenapa lagi, nak? Ini sudah malam!" Ucap Mas Zafran.

"Rendra lupa ambil bantal kesayangan Rendra, Pa! Rendra nggak bisa tidur tanpa Gege!" ucapnya. Lalu tiba-tiba ia melewati tubuhku dan melompat turun dari ranjang. Meninggalkan aku dan Mas Zafran yang keheranan dengan tingkah anak itu.

"Bukannya tadi bilang takut di kamarnya sendiri ya, Mas? Tuh sekarang dia berani-berani aja ngambil bantalnya," tanyaku heran. Hanya dijawab kedikkan bahu oleh Mas Zafran.

"Kamu nggak keberatan, kan, tidur disini?" tanyanya. Seriously? Dia masih berani bertanya seperti itu disaat kami berada dalam keadaan seperti ini? Apakah jika aku mengatakan keberatan dia akan mengantarku pulang? Tidak juga, kan?

Aku tak menghiraukan pertanyaannya. Hanya mencoba merapatkan selimut dan bergeser sejauh mungkin darinya. Aku tak peduli lagi jika tubuhku sudah berada di ujung ranjang sekarang.

"Mira? Kenapa kamu mundur-mundur? Kamu takut sama saya?" tanyanya lagi.

Huffftt! Aku menghembuskan napas kesal. Apa dia tidak bisa baca situasi? Haruskah hal seperti itu ditanyakan dalam keadaan seperti ini?

"Mas pikir aja, coba! Mira loh, anak gadis ada di kamar duda. Apa kata orang nanti?" tanyaku tajam.

"Kenapa kamu memikirkan perkataan orang? Toh tidak terjadi apa-apa diantara kita. Dalam ruangan ini nanti kita akan tidur bertiga, kan?" ucapnya.

"Hih! Susah memang ngomong sama om-om," gerutuku pelan. Kuharap itu ia tak mendengarnya, namun kurasa aku salah.

"Apa kamu bilang?!" tanyanya dengan tatapan tajam yang menusuk.

Aku? Jangan ditanya lagi! Aku seperti mati kutu saat ini. Tatapannya benar-benar mengintimidasi-ku.

"Hih, maaf! Udah, ah! Aku ngantuk!" kataku demi menyembunyikan rasa gugupku saat ini.

Mas Zafran justru beringsut mendekatiku dan berucap, "Tidurlah!"

Aku hanya meganggukkan kepalaku dan mencoba untuk memejamkan mata. Namun saat sadar akan posisi kami yang sangat dekat, aku pun membalikkan tubuh membelakanginya. Agar ia tak melihat wajahku yang memerah karena malu.

POV end

*

*

Rendra keluar dari kamar Papanya untuk menemui seseorang yang sudah menunggunya di dekat tangga.

"Gimana, sayang? Berhasil?" tanya wanita itu yang tak lain adalah Omanya, Ibunda dari Zafran.

"Iya dong, Oma! Rendra gitu loh!" ucapnya menyombongkan diri.

"Bagus! Cucu Oma memang yang paling OKE!" pujinya, "Yasudah! Rendra kembali ke kamar Papa! Segera tidur ya, sayang! Sudah malam," titah wanita itu. Dijawab anggukan oleh Rendra.

Anak berusia hampir 7 tahun itu pun berlari ke kamar Papanya. Melupakan bantal kesayangan yang menjadi alasannya untuk keluar dari kamar Papanya tadi.

Sementara Ibunda Zafran pun meletakkan ponselnya di telinga untuk berbicara dengan seseorang di seberang sana!

"Halo jeng!" ucap Ibunda Zafran.

"Iya, halo! Gimana jeng? Berhasil?" tanya suara lain disana.

"Berhasil dong!" sahut wanita itu.

"Syukurlah!"

"Tapi apa nggak apa-apa ini jeng?" Tanya Ibunda Zafran sedikit khawatir,"Anakku duda lho!" lanjutnya

"Nggak apa-apa jeng! Saya sangat percaya sama Zafran. Dia bukan pria jahat. Lagian kalau tidak dilatih dari sekarang, anak gadisku itu tidak akan pernah bisa belajar dewasa. Tahu kan jeng kalau Almira itu masih sangat polos?"

"Ah iya! Hahahaaa! Menggemaskan sekali calon menantuku itu."

"Hoaaam! Yasudah jeng saya sangat mengantuk. Mau tidur dulu. Titip anakku ya?" pamit wanita di seberang sana. Dan ya! Wanita itu adalah Ibunda Almira.

Dan rencana untuk membiarkan Zafran, Almira dan juga Rendra tidur dalam satu kamar adalah rencana mereka berdua. Entahlah! Ibu-ibu gaul ini memang aneh.

Semoga saja rencana mereka berhasil dan tidak menimbulkan 'rencana' baru.

*

*

*

To be continued

Terpopuler

Comments

Novianti Mawardisyah Chaniago

Novianti Mawardisyah Chaniago

keren...

2021-07-06

0

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

mmm....
sdh kuduga...
pasti ada emak2 yg berkuasa dibelakang Rendra...

2021-06-06

0

Zenny Susanty

Zenny Susanty

eh busyetttt....... tak pikir Rendra cerita bnrn.... eeehhh ternyt cm jebakan para emak2

2021-05-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!