Bagian 7

Sekar Almira POV

Mas Zafran kenapa bisa se frontal itu sih?! Aku ini anak gadis yang masih polos, lho! Geli sekali aku diajak berbicara pasal anak bahkan sebelum pernikahan terjalin. Dan apa tadi?! Tiga anak perempuan?! Enak saja! Ia pikir melahirkan tidak sakit apa?! Hikss...

Mas Zafran merapatkan duduknya mendekatiku. Aku hanya bisa menundukkan kepala karena tidak tahu harus berbuat apa dalam suasana seperti ini. Lalu tanpa sadar jemariku sudah ada dalam genggaman Mas Zafran.

"Mas Zafran kenapa deket-deket sih?!" Kataku kesal karena duduknya yang semakin rapat.

"Oh jadi sekarang sudah tahu nama saya?" jawabnya tidak nyambung sama sekali. Dan apa yang terjadi?! Wajahku tentu saja memanas. Apalagi melihat senyuman mengejek di wajah tampannya itu.

"U-dah lah! Da-dari awal juga sudah tahu kok!" kataku mencoba mengelak.

"Kamu pikir saya bisa dibodohi, Almira? Saya tahu kamu tidak mengenal nama saya. Oleh sebab itu kamu selalu memanggil saya dengan sebutan 'Mas Duda'." ucapnya. Haduhh bagaimana ini?

"Apa saya salah, Almira?" tanyanya semakin mengejekku. Aih, duda tampan menyebalkan!

"Mas Zafran bisa diam tidak?! Aku pulang loh kalau Mas masih nyebelin gini!" ancamku agar ia berhenti menggodaku.

"Hahahaa... " tawanya sangat keras. "Baiklah! Sekarang ayo bicara!" ajak Mas Zafran kemudian.

"Daritadi kita juga bicara, kan?" tanyaku.

"Maksud saya bicara serius Almira," jawabnya.

"Tentang apa?" tanyaku bingung.

"Perjanjian pra-pernikahan tentu saja! Apalagi?"

"Ba-baiklah," ucapku gugup.

"Tatap mata saya kalau sedang berbicara, Almira!" titahnya galak sekali. Hih!

"Iya!" ketusku.

"Tunggu sebentar!" titahnya. Kemudian dia berdiri untuk menuju ke samping ranjang dimana sebuah nakas terletak.

Setelahnya, Mas Zafran mengambil beberapa kertas putih yang aku rasa sudah terdapat banyak tulisan disana.

Buat apa sebenarnya kertas-kertas itu?

Ia pun kembali duduk di sampingku. Tubuhnya ia hadapkan ke arahku. Hingga aku bisa semakin jelas melihat wajah tampannya itu.

"Buka ini!" Perintahnya sembari menyodorkan kertas-kertas tersebut ke arahku.

"Apa ini?" tanyaku heran.

"Kamu akan tahu setelah membukanya." jawabnya semakin membuatku penasaran. Aku pun membukanya dan membaca tulisan-tulisan tersebut.

"Keraskan suaramu saat membacanya!" titahnya bossy. Menyebalkan!

"PERJANJIAN PRA-NIKAH SEKAR ALMIRA DAN ZAFRAN ABIDZAR." Aku benar-benar menuruti perintahnya untuk membaca dengan keras.

"Satu... Setelah menikah kedua pihak harus tinggal bersama,"

'Lah emang ada suami istri tinggal pisah setelah nikah?' Batinku bertanya-tanya.

"Dua... Istri harus tinggal di kamar suami dalam satu ranjang,"

O-ow? Kenapa hal seperti ini harus dibuat perjanjian, sih?!

"Tiga... Istri harus memenuhi kebutuhan suami,"

'Yaiyalah! Yakali aku membiarkan Mas Zafran 'jajan' di luar!' ucapku. Tentu saja hanya dalam hati.

"Empat... Istri harus bertingkah-laku seperti wanita normal lainnya,"

Wait!

"Whaaaaatttt?!!!!! Maksud kamu apa, Mas? Emang Mas pikir aku nggak normal apa?!" tanyaku kesal. Enak saja Mas Zafran mengataiku tidak normal!

"Saya kan hanya berjaga-jaga. Punya calon istri yang ajaib seperti kamu membuat saya harus terus waspada kan?" katanya dengan tampang menyebalkan membuatku semakin kesal.

"Masss?!! Menyebalkan!" ketusku.

Aku meletakkan kertas berisi perjanjian lainnya di pangkuan Mas Zafran tanpa ingin membacanya lagi. Kesal sekali rasanya karena perjanjian yang dibuat oleh calon suamiku itu!

"Kenapa?" tanyanya tanpa dosa.

"Aku sebel sama Mas Zafran! Perjanjian ini nggak bermutu banget!"

"Mau nggak mau kamu harus tanda tangani ini, Almira," katanya.

"Hiiihhh! Sini!" Aku kesal sekali, akupun menarik kertas tersebut tanpa membacanya lagi dan membubuhkan tanda tanganku disana Aku tidak peduli!

"Bagus," pujinya. Entah apa juga yang Ia puji.

Setelah ku-bubuhi tanda tangan disana, aku mengembalikan kertas itu kepada Mas Zafran. Ia pun menerimanya. Aku juga melihat seringaian tipis di bibir Mas Zafran.

Kami terdiam untuk beberapa saat. Bingung juga apa yang harus dibicarakan. Hingga beberapa menit kemudian aku mendengar pintu kamar Mas Zafran diketuk sangat pelan. Aku yang melihat pria itu masih sibuk dengan kertas-kertas anehnya pun berinisiatif untuk membuka pintu.

"Mau kemana?" tanyanya sadar saat aku beranjak dari dudukku.

"Ada yang ketuk pintu. Aku mau buka dulu," ucapku lagi. Ia pun melepaskan pegangan tangannya tanpa membalas ucapanku lagi.

Aku berjalan menuju ke arah pintu. Samar-samar aku mendengar suara tangis. Dengan keberanian yang hanya sedikit aku semakin mendekati pintu dan memutar kunci untuk membukanya. Lalu aku melihat seorang anak laki-laki berdiri disana sembari mengucek matanya yang mengeluarkan air dengan cukup derasnya.

"Rendra?! Ada apa? Kenapa belum tidur?" ucapku tak sengaja berteriak hingga terdengar seperti orang yang sedang marah.

"Hiks... Ma-mami? Ma-maaf... Ja-jangan marahin Rendra!" ucapnya parau.

Aku pun terkejut dengan ucapannya. Pasalnya aku sama sekali tidak berniat untuk membentak calon anakku ini. Aku hanya sedikit kaget karena melihatnya berada di depan kamar Mas Zafran sambil menangis.

Aku menggendongnya dan membawa ia untuk masuk ke kamar Mas Zafran. Ah, ternyata pria itu sudah tidak ada di sofa tadi. Kemana ya? Seperti hantu saja bisa menghilang.

"Maafkan Mami, sayang... Mami nggak sengaja bentak Rendra tadi. Mami cuma kaget, kok Rendra belum tidur. Ini kan sudah malam, nak?" kataku kucoba selembut mungkin. Hmmm! Mami ya? Rasanya geli. Tapi aku suka!

Aku mendudukkan diriku di ranjang Mas Zafran bukan di sofa. Karena aku masih melihat kertas-kertas perjanjian tadi disana. Bahkan calon anakku ini tidak melepaskan pelukannya di leherku, sehingga aku pun duduk sembari memangkunya.

"Rendra mimpi jelek Mami... Rendra takut. Hikss..." adunya sambil menangis.

Aku yang tidak tega mendengarnya menangis pun malah ikut sedih. Aku sedang berusaha sekuat tenaga untuk menghalau air mata agar tak berlomba-lomba untuk keluar dari mataku. Huwaaaa Mamaaa! Mira pengen nangisss. Hikss...

"Sudah sayang! Jangan takut lagi. Mami disini sama kamu," ucapku berusaha menenangkannya.

Klek!

Tiba-tiba pintu kamar mandi berbunyi. Ah! Mas Zafran baru kembali dari kamar mandi ternyata.

"Rendra? Ada apa Mira?" tanya Mas Zafran khawatir. Ia mendekati kami dan duduk di sampingku.

"Mira nggak tahu! Tadi pas Mira buka pintu udah lihat Rendra nangis. Pas Mira tanya, katanya Rendra habis mimpi jelek," jelasku panjang lebar, bak seorang murid yang sedang melakukan pembelaan di depan gurunya.

"Rendra... Ini Papa. Rendra kenapa sayang?" tanyanya lembut sekali sembari mengusap kepala anaknya sayang. Aih, kenapa aku yang baper melihatnya, ya?

"Hiks... Pa-papa?" Rendra pun menegakkan tubuhnya dari dadaku. Ia membalikkan tubuhnya namun tetap bersandar padaku.

"Iya, sayang. Anak Papa kenapa nangis?" ulang Mas Zafran lagi.

"Rendra mimpi jelek Papa," adu Rendra manja pada Papanya. Hmmm! Jadi maminya di lupakan ini?

"Mimpi apa?" tanya Mas Zafran sabar sekali.

Rendra terlihat sedang berpikir. Dengan tangan yang ia ketukkan di dahinya. Seolah-olah ia adalah pemikir yang berat. Duh! Menggemaskan sekali kamu, nak!

"Ehmmm... Rendra lupa, Pa! Pokoknya tadi Rendra mimpi jelek. Huwaaaa Mami!! Hikss...."

Gubrak!!!!

Ini kenapa anaknya Mas Zafran anehnya seperti aku, sih?! Sebenarnya ini anak Mas Zafran atau anakku?! Haiss..

*

*

*

To be continued

Terpopuler

Comments

kagome

kagome

cocok berarti mir😁

2021-12-17

0

Ike Kartika

Ike Kartika

🤣🤣🤣🤣🤣kocak.gaya almira mirip cerita ana anak nya reno sm nisa😅😅

2021-06-30

0

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

he...he...he...
thor...siiip dah...!

2021-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!