Zafran Abidzar POV
"Ahh sakit!" jerit Almira karena perlakuanku.
"Sabar! Tahan sedikit, Almira!" ucapku sembari terus melanjutkan aktivitasku.
"Mas tapi ini sakit! Jangan kasar-kasar dong!" jawab Almira.
Hufftttt! Susah sekali memang berurusan dengan wanita. Eitttsss! Jangan salah paham dulu. Kami tidak melakukan hal yang iya-iya kok!
Niatku untuk mengerjai calon istriku ini gagal. Tadinya, aku hanya ingin mengagetinya dengan handuk yang aku pakai mandi.
Tenang! Tenang! Tidak akan ada adegan dewasa disini. Aku hanya ingin menakutinya dengan memasangkan handuk putih tadi di kepalaku. Namun naasnya, sebelum Almira melihat ke arahku, ia terlebih dulu melihat ke bawah dan mendapati Bebe, kucing kesayangan anakku tengah duduk disana.
Yap! Calon istriku ini sepertinya phobia kucing. Dan entah mengapa, Bebe justru ikut kaget saat Almira berteriak. Lalu dengan ganasnya Bebe mencakar kaki mulus milik Almira.
Untung saja aku segera bertindak. Jika tidak? Entah apa yang akan terjadi dengan nasib rencana pernikahan kami nanti. Mungkin saja karena lukanya terlalu dalam, Almira tidak sanggup untuk melanjutkan rencana pernikahan. Dan semua impianku? Gagal!
Alhasil kini aku duduk berhadapan dengan Almira di ranjangku untuk mengobati luka di kakinya. Dengan obat-obatan seadanya, aku bak dokter yang sudah ahli pun mengoleskan obat di kaki pasienku. Almira, calon istriku sendiri.
"Masih sakit?" tanyaku hati-hati.
"Masih lah! Mas kira di cakar kucing itu enak?! Makan sana kalau enak! Heran deh punya calon suami kok nggak ada sayang-sayangnya blas sama calon istri, lho!? Mau nanti kalo sean- hmmmmmmpp!" Aku menutup mulut cerewet Almira dengan telapak tanganku. Lama-lama pusing juga mendengarkan dia yang berbicara tanpa henti tersebut.
Aku yang tidak tega melihat Almira seperti kehabisan napas pun melepaskan bekapan tanganku di mulutnya.
"Mas?! Kenapa mulutku di tutup?!" protesnya namun tak aku indahkan.
"Kamu terlalu banyak bicara. Biarkan saya mengobati lukamu terlebih dahulu," jawabku santai.
Dia yang akan mengajukan protes kembali pun mengurungkan niatnya, setelah kulayangkan tatapan tajam untuknya. Lalu aku melanjutkan untuk mengobati kaki Almira.
"Nah sudah!" ucapku. Dia pun menurunkan kakinya dari pangkuanku.
"Makasih," ucapnya pelan.
"Sama-sama. Jadi? Ada perlu apa kamu sampai pergi ke kamar saya tanpa mengetuk pintu? Untung saya dalam keadaan berpakaian. Jika tidak? Bagaimana?" tanyaku menggodanya. Meski aku sangat tahu tujuannya kemari.
"A-apa sih, Mas!? Orang Ibu yang suruh aku kesini buat ajak Mas Zafran makan! Lagian juga ini salah Mas Zafran! Kenapa pintunya nggak di tutup rapat?!" jawabnya gugup.
"Hak saya dong! Ini kamar saya kan?" Ah, senang sekali rasanya melihat wajah Almira yang memerah.
"Y-ya tap-tapi kan-" ucapnya terputus.
"Tapi apa Almira?" tanyaku sambil menatapnya intens.
Yang kutatap pun mengalihkan pandangannya dengan melihat seluruh isi kamarku. Aku tahu kamu semakin gugup, sayang. Oops! Hahahaaa...
"Sudahlah, Mas! Ayo turun! Ibu minta Mas Zafran untuk makan malam," ucapnya mengalihkan perhatian.
"Baiklah," putusku akhirnya karena tak tega melihat Almira yang semakin malu.
Kami pun berjalan berdampingan untuk sampai di meja makan. Aku menggandeng tangan kanan Almira agar ia tidak berjalan jauh dariku.
*
*
*
Sekar Almira POV
Dasar duda ganteng kurang belaian!?! Kenapa sih hobi sekali menggodaku?! Perasaan waktu pertama kenal dia tampan, cool dan penuh wibawa deh?! Kenapa sekarang jadi se-tengil ini?! Kenapaaaa?!!!
Aku pun mengikuti langkahnya tanpa banyak protes. Bagaimana bisa protes? Jantungku saja sudah berdetak sangat kencang karena tautan tangan kami. Aih! Ada apa denganmu, Almira?!
Saat kami sudah sampai di ruang makan, aku melihat masih ada beberapa makanan disana. Mas Zafran pun membiarkanku untuk duduk di salah satu kursi. Sementara ia pergi, berniat untuk mengambil air putih.
"Biar Mira aja yang mengambilkan, Mas." Iyuuhhh! Kenapa aku sok lembut gini, sih?!
"Duduklah! Saya bisa melakukannya," tolak Mas Zafran dengan halus.
Aku menunggu Mas Zafran mengambil minum untuknya sementara aku mengambilkan nasi dan lauk-pauknya untuk makan calon suamiku ini. Ehemm... Hitung-hitung latihan kan? Hahahaa.
Mas Zafran kembali dan duduk di kursi samping kananku. Aku pun mengasongkan piring berisi makan malam untuk Mas Zafran di depannya.
"Kurang nggak nasinya, Mas?" tanyaku hati-hati. Aku tidak tahu seberapa banyak porsi makan mas Zafran.
"Ini cukup. Terimakasih," ucapnya. Hanya ku balas dengan anggukan.
"Kamu nggak makan?" tanya Mas Zafran sebelum menyuapi dirinya sendiri.
"Aku sudah makan di rumah tadi. Mas lupa?" jawabku heran.
"Ohh... Tapi saya ingin kamu temani makan." jawabnya ambigu.
"Lah? Kan aku disini. Nggak pergi kemana-mana." Kataku lagi. Aku benar kan?
"Maksud saya, saya ingin kamu ikut makan dengan saya. Aaaa! Buka mulut kamu!" titahnya.
"Nggak mau, Mas! Masih kenyang!" tolakku.
"Oh? Kamu menolak perintah saya? Saya ini calon suami kamu, kalau kamu lupa. Mau kamu berdosa karena menolak perintah saya?" ucapnya lagi.
"Hah?! Dosa?! Nggak mau!" tolakku. Yakali dapet dosa lagi. Dosa yang dulu-dulu aja masih banyak. Ih ogah ah dapet dosa lagi.
"Yasudah segera buka mulut kamu!" titahnya lagi.
Aku pun menuruti perintahnya. Membuka mulutku untuk menerima suapan darinya. Hingga nasi di piring pun terlihat sudah berkurang seperempatnya.
*
Zafran Abidzar POV
Hahahahahaaa! Calon istriku ini memang masih sangat polos ya? Mana ada dosa karena menolak perintah calon suami? Dasar!
Tapi tak apa. Dengan kepolosannya ini aku mudah untuk menjalin kedekatan yang lebih intens.
"Sudah, Mas. Aku kenyang sekali. Sudah tidak kuat lagi." ucapnya menolak suapan dariku untuk yang ke-sekiankali-nya.
"Lalu ini bagaimana?" tanyaku.
"Aku nggak tahu, Mas. Tapi aku sudah kenyang sekali. Hiksss... Maaf" Lah? Ini kenapa dia malah nangis? Dasar cengeng!
"Kenapa menangis? Yasudah kalau kamu sudah krnyang biar saya yang habiskan," ucapku tanpa keberatan sedikitpun. Toh memang ini rencanaku. Hahahaha...
"Tap-tapi, Mas? Itu bekasku! Tidak sopan!" ucapnya kaget sekaligus gugup.
"Kenapa? Kita akan menikah. Wajar jika kita saling berbagi kan? Termasuk dalam hal makanan," jelasku.
"Tapi, Mas-" ucapnya terpotong.
"Sudahlah! Biarkan aku menghabiskan ini. Tapi-" ucapku menggantung.
"Tapi apa, Mas?" tanyanya bingung.
"Kamu harus menyuapiku," kataku singkat.
"Apaaaa?! Kenapa harus disuapi?" tanyanya kaget.
"Kenapa kaget? Kamu harus adil dong! Tadi saya sudah menyuapimu. Sekarang giliran kamu yang menyuapi saya! Dan ini perintah dari calon suamimu!" titahku. Aku melihat wajahnya memerah, dan matanya yang membola.
"Ba-baiklah," putusnya pada akhirnya. Dia pun mengambil sendok dari tanganku. Dan menggeser piring mendekatinya.
Ketika Almira akan menyingkirkan sendok bekasnya tadi, dan menggantinya dengan sendok baru, akupun mencegahnya.
"Arti berbagi dalam pernikahan juga termasuk berbagi sendok, Mira!" ucapku. Ia pun menurutinya dan mulai menyuapiku dengan sendok yang sama yang aku gunakan untuk menyuapinya.
Yesss!!! Berhasil!!! I got it! Hahahahaha...
All POV end
*
*
*
Setelah makan malam, mereka pun kembali ke kamar Zafran untuk membicarakan hal mengenai rencana pernikahan mereka bulan depan.
Benar sekali! Meski baru saling mengenal, tapi kedua keluarga sudah sepakat untuk menikahkan kedua putra-putri mereka bulan depan.
Zafran memimpin langkah untuk menuju kamarnya. Dan mempersilakan Almira untuk masuk ke kamarnya lebih dulu. Almira pun mengikuti perintah Zafran. Kemudian pria itu menutup pintu meski tidak menguncinya.
Mereka duduk di sofa yang ada di kamar tersebut dan siap untuk membicarakan mengenai hal penting itu.
"Mas? Kita mau bicara apa? Kenapa nggak di luar saja? Mira nggak enak kalau ngomong di kamar gini," ucap Mira.
"Ada hal penting yang harus kita bicarakan. Mengenai perjanjian pra pernikahan. Dan kamu tenang saja! Saya bukan pria bejat yang mengambil kesempatan di saat seperti ini. Saya berjanji kamu akan tetap aman," Jelas Zafran panjang lebar.
Almira hanya mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh calon suaminya ini.
"Sebelumnya saya ingin bertanya lebih dulu, kamu sudah mengenal anak-anak saya kan?"
"Iya, sudah."
"Sudah tahu kalau mereka akan memanggil kamu Mami?"
"Iya, sudah."
"Jadi kamu sudah paham kalau mereka akan jadi anak-anak kamu nantinya?"
"Iya, sudah."
"Jadi apa pendapat kamu tentang ini?"
"Iya, sudah," jawab Almira tanpa sadar. Zafran yang mendengarnya pun geram. Bagaimana mungkin Almira melucu dalam keadaan seperti ini?
Zafran pun merapatkan duduknya dengan Almira dan menyentuh pundak calon istrinya itu.
"Perhatikan pertanyaan saya, Almira!" bentaknya tanpa sadar.
Almira yang dibentak pun kaget. Dan saat kesadarannya kembali, Almira berbalik melayangkan tatapan tajamnya kepada Zafran. Dan pria itu bukannya terintimidasi malah menahan senyumannya karena wajah imut Almira yang dibuat seram ini malah terlihat semakin menggemaskan.
"Ini salah Mas Zafran! Kenapa auranya mengerikan gitu?! Mira kan jadi takut!"
"Hmm? Jadi maksudnya kamu takut sama saya?" tanya Zafran yang semakin merapatkan duduknya.
"Bu-bukan gitu maksud Mira! Minggir!" usir Almira. Zafran pun menurut karena kali ini ia ingin berbicara serius dengan Almira.
"Kalau begitu jawab pertanyaan saya. Apa pendapat kamu tentang anak-anak saya yang akan menjadi anak-anak kamu?"
"Apalagi yang harus aku jawab? Anak-anak Mas Zafran memang sudah seharusnya menjadi anak-anakku kan? Toh mereka juga terlihat bisa menerimaku. Nggak ada yang perlu dipikirkan tentang itu aku rasa," jawab Almira panjang lebar.
"Baiklah.. Saya harap kamu bisa bersikap lebih dewasa setelah ini. Menjadi seorang Ibu tidaklah mudah. Kamu harus banyak belajar kepada Mama atau Ibu. Agar kamu juga menjadi Ibu yang hebat seperti mereka," ucap pria calon suami Almira ini.
"Iya. Tenang saja!" Jawab Almira sewot. Ia merasa jika pria ini meragukan kemampuannya mengurus anak-anak. Sialan!
"Apalagi saya tidak mau menunda momongan setelah menikah. Dan Geon pun sudah cukup besar untuk memiliki adik," ujar Zafran.
"Ma-maksudnya?"
"Kamu pura-pura bodoh atau gimana? Saya ingin punya anak dari kamu. Tiga anak cewek saya rasa cukup."
"UAPAAAAHH?!!"
*
*
*
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
kagome
calon istri ajaib.kantong ajaib doraemon kali thor🤣
2021-12-17
0
kagome
om duda gesrek ternyata.semangat thor🥰
2021-12-17
0
Hesti Pramuni
UWAAPAAHHH....? 3 anak cewek dr ku..?
ini perjanjian pranikahnya...?
2021-06-06
0