Ketika jam di atas meja rias Mira sudah menunjukkan waktu 06.50 pm, Mira pun sudah siap dengan penampilannya hari ini. Polesan make up natural juga menambah kecantikan wajahnya yang putih bersih.
Almira keluar dari kamarnya dan menuruni tangga untuk menuju ruang tamu. Disana sudah menunggu seorang pria dengan gaya rapi ala eksekutif muda yang duduk membelakanginya. Hmm yap! Pria itu adalah 'Mas Duda'-nya Almira.
Pria itu sedang mengobrol dengan Ibunda Almira ternyata.
Ia pun mendekati mereka dan langsung duduk di samping Ibunya yang berhadapan langsung dengan calon suaminya. Mereka berdua cukup terkejut dengan penampilan gadis muda itu hari ini.
"Ini beneran anak Mama? Kok bisa cantik gini? Bukannya anak Mama itu nggak pernah temenan sama bedak dan lipstik ya?" tanya Ibunya heran. Tentu saja dengan sedikit gurauan di dalamnya.
"Mama, ih! Jahat banget sama anaknya! Mira tu emang cantik, tau!? Mama lihat Mira pakai make up se-natural ini aja udah bilang gitu. Gimana kalau besok pas nikahan coba?" gerutu Mira karena kekesalannya dengan Ibunya.
"Cie cie cie! Udah nikah-nikah aja ini bahasnya dari kemarin. Aduh... Aduh... Tuh kan, Mas! Anak tante emang udah kebelet nikah banget ini sama kamu! Segera halalkan, ya!" goda Ibunda Almira lagi. Membuat wajah putih Almira tampak memerah seperti kepiting rebus.
"Mama apaan, sih?!" Sahut Almira benar-benar malu. Apalagi ia melihat segaris senyuman di wajah tampan calon suaminya itu. Aih, meleleh dedek bang!
"Hahahahaaa!" tawa Ibunya begitu lepas.
Karena kasihan melihat wajah calon istrinya yang sudah memerah, pria tampan a.k.a 'Mas Duda'-nya Mira pun mengalihkan pembicaraan mereka.
"Maaf tante, saya mau ajak Mira keluar. Apa boleh?" tanyanya sopan sekali.
"Ohh tentu saja! Silakan! Silakan! Ternyata kamu dandan cantik karena mau pergi kencan ya, Mir? Uwuw so sweet!!" jawabnya semangat. Sedangkan Mira masih menundukkan wajahnya karena malu.
"Yasudah tante. Kalau begitu, kami berangkat sekarang. Takut kemalaman." pamit pria itu.
"Oh iya! Kalian hati-hati, ya! Jaga anak kesayangan tante, lho, Mas!" titah Mama Almira.
"Pasti tante," jawabnya mantap. Mira yang mendengarnya pun semakin tersipu.
Setelah berpamitan, mereka keluar dari rumah keluarga Almira menuju sebuah mobil mewah berwarna hitam yang terparkir begitu gagah di halaman rumah tersebut.
"Ini kalau aku jadi nikah sama Mas Duda, minta ganti warna mobil jadi kuning duren boleh nggak, ya?" batin Almira bertanya-tanya.
Tak sadar, Almira terkikik geli membayangkan jika mobil gagah calon suaminya ini akan berganti warna menjadi yellow pearl favoritnya. Membuat si empunya mobil menatap Almira keheranan.
"Kenapa?" tanya pria itu tak melepaskan tatapan tajamnya.
"Ah, nggak papa, kok! Hehe," cengir Almira.
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya tanpa membalas cengiran gadis muda di sampingnya. Almira pun menghembuskan napaanya lega. Pasalnya, tatapan tajam dari pria berstatus calon suaminya ini begitu menusuk hingga membuat jantungnya berdetak tak karuan. Entah mengapa namun aura intimidasi pria di sampingnya ini begitu kentara dirasakan oleh Almira meski hanya lewat tatapannya saja.
Pria itu pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan yang cukup padat meski malam hari sekalipun.
Di dalam mobil, sama sekali tidak ada yang membuka suara. Seorang pria yang sibuk dengan kemudinya. Lalu seorang wanita muda yang terus menolehkan wajahnya melihat jalanan di luar karena keheningan yang tercipta.
Almira yang pada dasarnya tidak sanggup untuk berdiam diri lebih dari lima menit pun mulai gusar di tempatnya. Sekuat tenaga ia menahan hasrat untuk mengocehnya agar image kalem yang sedang ditunjukkannya tidak rusak sia-sia.
Sebenarnya, pria yang tengah mengemudi ini memahami gerak-gerik gadis muda itu. Namun ia sengaja untuk membiarkannya saja. Entah apa alasannya.
Detik demi detik, hingga tiga puluh menit yang sunyi telah berlalu, kini mereka sampai di halaman sebuah rumah yang lebih mewah dari rumah keluarga Almira. Gadis itu melihat ke arah pria di sampingnya yang sedang melepaskan ikatan seatbelt. Tatapannya terpaku pada rahang tegas pria itu. Entah bagaimana mulanya, pikiran nakal Almira untuk menyentuh wajah pria itu muncul di kepala Almira. Segera ia menggelengkan kepalanya cepat untuk menghilangkan kegilaannya.
Merasa sedang diawasi, pria itu menolehkan wajahnya ke arah Almira. Dan detik itu juga, nafas Mira terasa seperti tercekik. Ketampanan pria itu, di tambah beberapa helai rambutnya yang jatuh ke dahi. Menambah kadar ketampanannya di mata Almira. Seketika Almira memundurkan badan, membuat kepalanya terantuk jendela mobil.
"Aduuuuhhhhh, sakit!!" jeritnya kesakitan. Ia mengelus kepalanya yang terasa nyeri karena benturan kecil itu.
Lalu tak di sangka-sangka, ada sepasang tangan yang mendekati tubuhnya. Almira pun menahan nafas karena perbuatan pria itu. Satu tangan kekar tersebut membantunya melepas seatbelt. Dan jari-jemarinya di tangan yang lain mampir di atas kepala Almira dan mengelusnya dengan lembut.
Almira benar-benar tak bisa berkutik.
"Astagaaaa!! Aku kenapa?! Kenapa aku diem aja sih?! Harusnya aku teriak dan pukulin dia kan? Dia sudah menodai-ku!! Tangannya sudah menyentuh kepalaku?! Tapi kenapa aku malah merasa senang sih?! Bodoh! Bodoh!" jerit batin Almira berbicara.
"Makanya hati-hati! Yuk, turun!" ajak pria itu dengan nada yang begitu halus.
Pria itu keluar dari mobil meninggalkan Almira yang masih bingung dengan suasana saat ini. Lalu tak lama, ia sudah berada di samping Almira setelah membuka pintu mobil bagian kiri depan. Pria itu membantu gadis di depannya untuk turun dari mobil yang sangat tinggi untuk ukuran tubuh Almira yang mungil.
Tentu saja hal ini membuat jantung Almira bekerja dua kali lipat dari biasanya. Untung saja Almira mampu menguasai diri. Karena jika tidak? Almira tidak yakin jika ia tak melakukan hal memalukan seperti jatuh pingsan saat ini.
*
*
Sekar Almira POV
"Saya minta tolong, jaga sikap kamu! Jangan buat mereka membencimu di pertama kalinya kalian bertemu," ucapnya terus menuntunku untuk berjalan mendekati pintu rumah besar tersebut.
"Mereka siapa, Mas?" tanyaku penasaram. Pasalnya ia tak memberitahuku sebelumnya siapa yang dimaksud dengan 'mereka' sedari tadi.
Lalu, Mas Duda-ku ini menekan bel dan menunggu seseorang untuk membukakan mereka pintu. Dan tak lama...
"Papaaaaa!!" teriak seseorang di balik pintu.
O-ow.... Jadi aku sedang berada di rumah calon suamiku? Dan akan bertemu dengan anak-anaknya? Haiss! Semoga saja anak-anaknya itu baik dan menggemaskan. Setidaknya mereka tidak akan menjahiliku seperti kisah dalam novel yang aku baca.
Huftt... Salam kenal, Anak-anak 'tiri' -ku
*
*
*
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
ehm...
bener kt emaknya Almira, dr kemaren2 bawaannya pengen nikah...
ee...sekrg anak2 ku....
mmm....
2021-06-06
0
Putri Anatasya
hahahah perutqu 😂😂😂😂
2021-06-05
0
Faizha Alyha Handhayani
hahha kepedean anak tiriiiii
2021-05-08
3