Ketemu

Aska menggaruk-garuk kepalanya. Ia membaringkan diri di kursi sofa ruang tamu sambil melirik ke lantai dua apartemennya. Istri barunya Monique, sibuk bolak-balik mengunjungi kamarnya dan kamar satunya lagi untuk kamar calon bayi mereka bersama seorang designer interior. Ia berniat mengubah interior kedua kamar itu dengan design yang paling baru.

"Sayang, kok kamu gak ikutan sih?" teriak Monique dari lantai atas. Ia melangkah ke arah tangga.

"Eh, aku serahkan sama kamu saja, Sayang. Aku percaya, pasti bagus." Aska kembali memperlihatkan senyum palsunya dan tenggelam dalam permainan game yang baru dibukanya. Kau pikir aku peduli, huh!

"Mmh, ok." Monique kembali mendatangi designernya untuk kembali bicara.

Aska tidak bisa begitu saja langsung fokus pada permainan game-nya. Beberapa kali ia kalah dalam permainan yang baru ia mulai hingga akhirnya ia kesal dan mematikan hp itu.

Ia menerawang kembali ke kejadian tadi pagi di mana ia hampir tiga kali salah membaca ijab kabul. Bukan apa-apa, saat itu ada Leka yang juga hadir di acara ijab kabulnya membuat pecah konsentrasinya. Ia yang minggu lalu harusnya menikah dengan mantan istrinya itu, harus merelakan wanita itu menikah dengan orang lain karena orang tua Aska mengetahui kehamilan Monique. Leka akhirnya menikah dengan musuh bebuyutanya, Kenzo sedang ia sendiri tadi pagi menikah dengan wanita yang paling di bencinya. Monique.

Wanita itu sudah menyukai Aska sejak SMP. Monique adalah teman sekolahnya dulu, teman sekelas dan sahabat saudara kembarnya Salwa. Salah satu gadis yang mengagumi dan menyukainya di antara begitu banyak gadis karena Aska adalah salah satu pria tertampan di sekolah, yang juga anak orang kaya yang selalu mewakili sekolah untuk pertandingan Basket dan Wushu. Prestasinya di bidang olah raga mengagumkan berbanding terbalik dengan nilai akademiknya di sekolah.

Aska selalu berusaha menjauhi Monique, bahkan bila datang main ke rumah mencari saudara kembarnya, Salwa tapi sebuah peristiwa membuat ia terpaksa menikahi wanita itu.

Bermula saat pria itu dijebak seseorang di hotel dan dibuat mabuk, Monique memergokinya. Ia berusaha menolong Aska. Saat itu telah malam hingga Monique memesankan kamar buat pria itu. Karena mabuk, Aska tidak ingin di tinggal sendirian hingga terjadilah tragedi pemaksaan itu. Nasi sudah menjadi bubur.

Aska masih terbayang terus mantan istrinya itu. Ia sangat mencintainya, tapi karena sebuah insiden ia terpaksa menceraikannya. Ia sudah bersusah payah untuk rujuk kembali dengan Leka tapi Kenzo malah menikahinya. Ia tak rela. Sampai kapanpun ia tak rela. Ia akan mencoba dengan cara apapun untuk mendapatkannya kembali, sebab ia merasa Leka itu adalah miliknya dan harus kembali lagi ke sisinya.

"Sayang, kau mau makan malam dengan apa? Pesan delivery aja ya Sayang. Aku gak biasa masak."

Dia gak bisa masak? Ah, sial!

-----------+++----------

Mei baru saja menyelesaikan makan malamnya. Tentu saja dengan bakso yang di temukannya tadi sore setelah menolong seorang pria yang hampir dirampok itu. Gara-gara pria itu ia kehilangan bubuk cabe yang dibelinya di pasar. Uangnya sudah habis.

Berkat bungkusan berisi bakso yang ditemukannya di jalan itu, ia bisa membawakan makan malam untuk Ibunya yang menginap di rumah sakit karena Ayahnya ternyata mesti di rawat.

Ia kini bingung untuk makan besok. Jangankan makan malam, untuk biaya rumah sakit Ayahnya saja ia bingung, dari mana. Ia tidak punya uang sama sekali. Berjualan lontong sayur pun hasilnya tidak seberapa. Ia begitu bingung.

Ah, paling tidak ia berusaha. Ia akan jualan besok, pagi-pagi sekali agar jualannya laris. Hari Minggu banyak yang butuh lontong sayur untuk sarapan pagi. Sayang ia tidak punya sambal goreng yang cukup. Mudah-mudahan pembeli memakluminya.

-----------+++----------

"Mas ...." Air mata Leka menitik perlahan. Selalu, saat ia video call dengan suaminya.

"Leka, jangan menangis. Kamu kan tahu, aku paling tak tahan melihatmu menangis. Aku harus bertahan di sini sampai orang tuaku di temukan. Sabar ya Leka. Aku sayang kamu."

Wanita itu segera mengusap sisa-sisa air matanya dengan kasar. "Aku juga Mas, padamu. Muahh!" Leka memajukan bibir indahnya pada layar hp-nya.

Haduh, jangan begitu Leka aku makin rindu, batin Kenzo. Pria itu mematikan hp-nya. Ia terduduk di tepian tempat tidur di kamar hotel.

Ayah, setelah ini aku harus bagaimana? Setelah menikah dengan Leka, aku baru saja mendapatkan kepercayaan diriku kembali, tapi peristiwa ini kembali mengguncang hidupku. Kehilanganmu bukan perkara yang mudah. Aku seperti kehilangan kiblatku berdiri. Ke arah mana lagi aku harus menghadap ketika aku sudah kehilangan tempat bersandar? Ah, aku harus kuat. Aku akan kuat. Cukup ada Leka dan Runi aku pasti kuat. Aku akan kuat kan Yah? Pria itu menengadah menatap langit-langit kamarnya.

-------------+++-----------

Aska segera masuk ke dalam selimut dan memiringkan wajahnya ke arah luar. Wanita yang merebahkan diri di sampingnya itu terlihat bingung.

"Kamu kenapa jam segini sudah tidur, Sayang? Seperti anak-anak saja."

"Eh, aku harus ngajar Wushu pagi-pagi jadi harus cepat tidur biar gak telat bangun," jawab Aska tanpa menoleh.

"Oh." Sempat terhenti. "Sayang sekali, padahal aku pakai parfum terbaru dari Paris di kirim sama sepupuku. Coba cium deh, wanginya enak." Monique menggeser tubuhnya mendekati Aska dan menyodorkan lengannya pada wajah pria itu. Mau tak mau Aska bisa mencium bau harum yang menyegarkan dari tubuh wanita itu.

Ah, lembutnya. Andai saja itu Leka yang memakainya, mungkin aku akan segera menerkamnya. Mendekapnya sampai pagi, agar kita pagi-pagi menyambut matahari dengan wajah letih. Aska benar-benar terbuai dengan angannya sendiri hingga tak terasa ia menyentuh lengan Monique.

"Enak ya, baunya? Lembut kan?"

"Eh?" Aska tersadar dan salah tingkah. "Maksudku ...."

"Makanya jangan cepat tidur dong. Temani aku dulu sebentar." Monique menarik lengan Aska agar menghadapnya. Ia merebahkan kepalanya di atas ketiak suaminya dan bersandar pada tubuh pria itu. "Aku kan ingin bermanja-manja." Ia tersipu-sipu.

"Kau eh, mau apa? Aku lelah." Aska berusaha menghindar. Ia malas menemani wanita ini.

"Kamu kok gitu sih, kita kan harusnya malam pertama."

Benar-benar Aska sulit menelan salivanya saat itu.

"Tapi karena aku hamil, kita tunda dulu ya?"

"Eh, ya. Benar sekali." Aska tertawa kecil yang terdengar aneh.

"Harusnya besok kita jalan ke mana gitu, masa kamu kerja terus sampai hari Minggu gak ada liburnya."

"Memang begitu jadwalku tiap hari, he he." Aska merasa diuntungkan dengan kasus jatuhnya pesawat terbang Arya dan istrinya sehingga ia bisa berada tempat latihan Wushu setiap hari libur. Ia bahkan sanggup mengisi kelas itu hingga kelas malam sekali pun agar ia punya waktu sedikit bersama istrinya itu.

"Libur dong, besok kita cari sarapan."

"Eh, cari sarapan?"

"Iya, aku sama Papaku gitu. Sarapan di luar bareng keluarga saat libur."

"Hari biasa ... kamu masak apa?"

"Masak? Aku kan gak bisa masak."

"Sama sekali?"

"Memangnya kenapa? Sarapan kan bisa apa aja. Aku sarapan sedikit jadi makan roti cukup. Memangnya kamu mau sarapan apa? Serel?"

"Nasi."

Monique mengangkat tubuhnya menatap Aska dengan wajah heran. "Ngak bisa yang lain?"

"Ngak."

"Beli saja di luar."

"Eh, beli?" Konsepnya punya suami, apa sih ni perempuan? 'Ngak bisa, beli di luar', gitu? Bule begitu ya? Aneh-aneh aja, tapi sehari-hari dia ngapain ya? Kerja juga gak ....

Mmh, tapi ... aku punya kesempatan berangkat lebih dulu dan ... mengintip Leka. Pria itu tersenyum lebar.

------------++++----------

Pagi itu, Leka terkejut melihat Tama sudah berpakaian rapi padahal hari itu hari Minggu. Ia keluar pagi-pagi sekali. "Kamu mau ke mana?"

"Oh, beli sarapan."

"Hah?" Leka kembali memindai pakaian Tama. "Dengan pakaian ini?"

"Eh, ada pertemuan penting."

"Oh."

Aiko dan Tama sejak kehilangan kedua orang tuanya, pindah ke rumah Kenzo, Kakaknya. Leka juga tidak tega melihat adik-adik Kenzo yang tergolong masih anak-anak tinggal berdua saja di rumah Arya yang terletak di seberang rumahnya. Hanya saat siang hari, Aiko dan Tama tinggal di rumah orang tuanya. Mereka ingat pesan terakhir Arya agar mereka belajar mandiri dan tidak boleh mengganggu kehidupan pribadi Kakaknya yang sudah menikah dengan Leka. Mereka di sana hanya ingin menjaga Leka saat Kakaknya tidak ada.

Tama masuk ke dalam mobil milik kantor dan1 segera meluncur ke jalanan.

"Kita mau ke mana Pak?" Sopir itu terlihat bingung.

"Ya mencari cewek yang kemarin itulah!"

Sopir itu mengerutkan keningnya. "Mau apa Pak?"

"Ck, ah ...." Tama melirik sopirnya kesal. "Cari aja dulu, jangan banyak tanya. Berisik!"

"Iya Pak."

Mereka kemudian sampai ke tempat mereka pertama kali bertemu dengan pedagang lontong sayur keliling itu. Kemudian mereka bingung harus cari ke mana. Mata mereka kemudian melihat ada kerumunan tak jauh dari sana. Ada orang-orang yang duduk di samping sebuah gerobak di pinggir jalan. Ada beberapa orang juga mengantri berdiri di samping gerobak itu.

Daerah itu daerah perumahan penduduk. Mobil dan motor yang berlalu-lalang di situ tidaklah ramai.

Tama dan sopir meyakini itu adalah gerobak lontong sayur yang menyenggol mobil itu kemarin hingga lecet. Mobil mewah itu mendekati gerobak itu.

"Iya Pak, itu gerobak lontong sayur kemarin. Bener Pak, itu perempuan yang nolongin Bapak waktu itu."

Tama mencondongkan tubuhnya ke jendela mobil yang terbuka melihat seorang gadis yang bertubuh sangat kurus sedang melayani pembeli di gerobak itu.

Bukan selera gue. Gak ada cantik-cantiknya, tapi ... boleh juga sih. Manis. "Pak, parkir Pak!"

Sopir itu memarkirkan mobilnya dekat gerobak itu. Tama turun dari mobilnya.

Mei sudah melihat kedatangan mobil mewah itu. Ia mengenalinya sebagai mobil yang diserempet Ayahnya dengan gerobak itu.

Aduuh ... mau apa lagi mobil ini ke sini? Aku gak punya uang. Bagaimana kalau ia menagih uang untuk memperbaiki mobil itu? Habislah aku!

Mei masih melayani pembeli saat Tama menghampirinya. Pria itu masuk dalam antrian pembeli.

Mei melihat perban yang menempel di kepala Tama juga wajah pria itu. Eh, bukankah itu cowok yang ku tolong kemarin ya? Jadi cowok ini ... harusnya kita impas! Mei mendengus kesal. Untuk apa lagi kau mencariku?

Ada seorang pembeli yang makan di sana dan ia sudah selesai makan. Ia kemudian menyerahkan piring dan membayar. Mei membuka tas pinggangnya untuk mencari kembalian.

Tentu saja Tama terkejut melihat gantungan kunci yang berada di resleting tas pinggang itu. Ah, itu gantungan kunci ya? Jadi benar dia ....

____________________________________________

Hei reader, bertemu dengan author Ingflora di sini. Jangan lupa beri semangat authornya dengan like, komen, vote dan hadiah mungkin juga koin. Ini visual Aska Gilang Irfan. Salam, ingflora 💋

Terpopuler

Comments

EuRo

EuRo

Kesel banget sama Aska.

2022-04-25

2

Ratna Dadank

Ratna Dadank

ganteng sih...

tapi suka bikin kesal..😜😜😜😜


😂😂😂

2022-03-24

2

Novi Ana

Novi Ana

aska emang ganteng tapiiiiii........NYEBELIN 😂😂😂😏

2022-03-20

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!