Dua minggu berlalu semenjak kepergian Aleta bersama dengan Grizelle, kini Aleta merasakan tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri. Ketika sedang makan, Aleta merasakan perutnya sangat sakit. Aleta merasakan mual yang tak tertahankan, Aleta pun pergi ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi ia seperti ingin muntah namun tidak bisa, kepalanya terasa sangat berat, ia yang saat itu di rumah sendiri karena orangtuanya pergi ke luar kota pun memutuskan untuk pergi ke dokter. Sesampainya di rumah sakit, Aleta diarahkan untuk periksa ke dokter kandungan.
"Gimana dok hasilnya?" tanya Aleta.
"Selamat ya bu atas kehamilannya yang sudah menginjak 14 hari" kata dokter tersenyum memberikan hasil pemeriksaan Aleta.
Aleta yang mendengar sontak terkejut dan langsung pergi membawa hasil pemeriksaannya.
Aleta menenangkan pikirannya di taman dan meneteskan air matanya.
"Bagaimana bisa aku hamil?, aku tidak pernah melakukan hubungan suami istri, kenapa aku bisa hamil?" tanya Aleta melihat hasil pemeriksaannya dan meneteskan air mata.
Hasan yang melihat Aleta meneteskan air mata pun menghampirinya.
"Hai" ucap Hasan menepuk pundak Aleta.
"Oh hai" ucap Aleta menghapus air matanya.
"Kamu kenapa hm?" tanya Hasan.
"Gak apa-apa kok" ucap Aleta menggelengkan kepalanya.
"Gak apa-apa kok nangis sih?, ada apa?, cerita aja sama aku, kali aja aku bisa bantu kamu" ucap Hasan tersenyum.
"Aku hamil" ucap Aleta menunduk malu.
"Yes, akhirnya hamil juga si Aleta" batin Hasan tersenyum kecil menatap Aleta.
"Hamil ?, kok bisa?" tanya Hasan menatap Aleta.
Aleta yang mendengar pertanyaan Hasan sontak terkejut dan menatap Hasan.
"Aku tidak tahu bagaimana aku bisa hamil, aku bahkan tidak pernah melakukan hubungan terlarang itu" ucap Aleta.
"Terus pacar kamu kemana?" tanya Hasan.
"Aku bahkan tidak memiliki kekasih" ucap Aleta.
"Aku bakal tanggung jawab" ucap Hasan.
"Tapi ini kan bukan salah kamu" ucap Aleta menatap Hasan.
"Ini memang bukan salah aku, tapi aku mencintaimu, maukah kamu menikah dengan ku?" tanya Hasan berlutut di depan Aleta dan memegang tangan kanannya.
Aleta yang mendengar sontak terkejut dan terdiam mematung.
"Apa kamu serius mencintai ku?" tanya Aleta.
"Iya Al, aku serius cinta sama kamu, aku mau menerima anak itu, bagaimana Al?, apa kamu mau menjadi istri ku?, ya memang cara ku mungkin terkesan biasa saja dimata kamu, tapi yang terpenting itu sebuah keseriusan Al" ucap Hasan.
"Iya mas, aku mau menikah dengan mu" ucap Aleta menganggukkan kepala.
"Nanti malam aku ke rumah kamu bawa mahar dan orangtua aku ya" ucap Hasan tersenyum.
"Hm, tapi orangtua ku lagi di luar kota mas" ucap Aleta.
"Orangtua kamu kapan pulangnya?" tanya Hasan.
"Gak tahu mas, nanti aku kabarin aja ke kamu, berapa nomor kamu mas?" tanya Aleta.
Hasan menyebutkan nomor ponselnya pada Aleta.
"Itu nomor aku ya, nanti kalau orangtua kamu udah pulang, kabarin aku ya" ucap Hasan tersenyum.
"Iya mas" ucap Aleta tersenyum menganggukkan kepala.
"Ya udah ayok aku antarkan kamu pulang" ucap Hasan tersenyum mengulurkan tangannya.
Aleta tersenyum menatap Hasan dan memegang tangan Hasan.
"Dasar wanita bodoh, mana mau aku terima barang bekas seperti kamu, barang bekas Andre pula, aku menikahi mu hanya untuk menguras semua harta kekayaan kamu semata, bukan untuk menjadi pasangan mu, suami belum tentu pasangan, aku hanya akan menjadi suami mu, tidak untuk menjadi pasangan hidup mu, karena yang aku inginkan hanyalah harta kekayaan mu itu, agar aku tidak perlu lagi cape-cape bekerja, semua kebutuhan ku pasti sudah tercukupi oleh harta kekayaan mu itu, aku akan menghalalkan segala macam cara, supaya kamu bisa menjadi istri aku, untuk mempermudah rencana ku untuk menguras seluruhnya dari mu" batin Hasan tersenyum kecil menatap Aleta.
"Rumah kamu sepi banget Al, pada kemana?, dulu bukannya ada security juga ya?" tanya Hasan.
"Iya mas, security aku pulkam keluarganya sakit, supir aku ikut sama mamah, papah terus asisten rumah tangga aku katanya sih anaknya sakit, jadi aku sendirian deh di rumah, mas mau masuk dulu atau mau langsung balik mas?" tanya Aleta.
"Aku langsung balik aja deh" ucap Hasan yang langsung berbalik ingin pergi namun Aleta memegang tangannya.
"Ada apa?" tanya Hasan menghentikan langkahnya dan menatap Aleta.
"Temenin aku di rumah mas, aku takut sendirian di rumah" pinta Aleta.
"Takut kenapa Al?, emang rumah kamu berhantu?" tanya Hasan.
"Kayaknya sih gitu mas, soalnya hawanya gak enak banget, kayak beda gitu hawanya semenjak aku sendirian di rumah" ucap Aleta ketakutan menatap sekelilingnya.
"Itu cuma perasaan kamu aja kali, ya wajar sih, biasanya kan rumah kamu rame, ini sepi banget gak ada orang, pasti berasa lah Al, bukan hawanya gak enak, itu karena kmu kesepian, makanya jadi terkesan berhantu rumahnya" ucap Hasan tersenyum kecil menggelengkan kepalanya.
"Kayaknya gitu sih mas, ya udah ayok masuk temenin aku, biar aku gak kesepian lagi di rumah sendirian" ucap Aleta dengan nada manja menarik tangan Hasan masuk ke dalam rumahnya dan menggembok pintu pagarnya.
"Pintunya udah aku kunci, kamu gak bisa keluar wle!" kata Aleta menjulurkan lidahnya.
"Nakal ya kamu" ucap Hasan menggelitik pinggang Aleta.
Aleta yang kegelian berusaha menghindar dan berlari, namun ia terpentok oleh pintu rumah yang masih terkunci, Aleta mencari kunci rumahnya sembari menatap ke belakang. Aleta berusaha membuka pintu yang terkunci, namun kunci itu seakan tidak mau masuk ke dalam lubang kunci.
Hasan mengambil kunci yang Aleta pegang dan membukanya. Setelah pintu terbuka, Aleta ingin berlari masuk ke dalam namun Hasan memegangnya. Tangan Hasan yang berada tepat di gunung kembar Aleta pun membuat Aleta tak berkutik lagi.
"Mau lari kemana kamu hm?" tanya Hasan mencengkeram gunung Aleta.
"ARgh!" ucap Aleta merasakan ngilu di itunya.
Hasan menarik itunya hingga tubuh Aleta sekarang berada di dalam pelukannya. Satu tangan Hasan yang lain mengunci pintunya. Setelah pintu terkunci, Hasan menggendong Aleta dan membawanya ke dalam kamar. Hasan melemparkan tubuh Aleta ke atas ranjang.
"Aku tahu apa tujuan mu menyuruh ku masuk ke dalam rumah mu, kamu menginginkan bersenang-senang dengan ku bukan?" tanya Hasan menyeringai mengangkat alisnya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Aleta.
Entah apa yang merasuki Aleta saat itu, Aleta malah menarik leher Hasan dan langsung membantingnya ke ranjang. Hasan yang melihat Aleta melakukan hal itu pun menyeringai mengangkat alisnya. Aleta membuka seluruh pakaiannya dan bahkan membuka seluruh pakaian Hasan. Entah apa yang sedang merasuki Aleta, ia pun memulai adegan suami istri dengan Hasan yang belum menjadi muhrimnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments