Hasan kembali ke rumahnya dan tersenyum mengingat pertemuannya dengan Fredericka dan Aleta.
"Hm, pilih Aleta atau Fredericka ya?, dua-duanya cantik sih, sama-sama putih, mulus, sepertinya mereka berdua gadis lugu deh, mukanya kayak lugu banget gitu, tapi Aleta kaya, ortunya juga cakep, kayaknya dia bule deh, kalau Fredericka kan gw gak tahu rumahnya dimana, mau gw deketin tapi kalau miskin sama aja bohong dong!, cantik kalau miskin mau makan apa gw?, ya mau gak mau gw yang harus kerja banting tulang dong?, ikh ogah banget!, kan jauh lebih enak kalau hidup mapan, kaya raya tanpa bekerja dan tanpa pelihara tuyul, ya cukup nikahi wanita kaya raya aja, iya kan?, ya udah deh gw deketin Aleta dulu, baperin Aleta sampai dia mau menikah dengan gw dan menjadi istri gw, setelah itu, gw pasti bisa menikmati hartanya" ucap Hasan menyeringai mengangkat alisnya.
"Ke rumah Aleta kali ya?, tapi masa ke rumah cewek kosongan sih?, gak bawa apa-apa" ucap Hasan.
"Bawa bunga kali ya?, tapi enakan bunga atau cincin ya?" tanya Hasan.
Hasan yang bingung akhirnya mencari di internet, apa saja yang harus dibawa ketika berkunjung ke rumah wanita.
"Hm, kue, martabrak eh martabak deh, ngapa jadi martabrak sih?" tanya Hasan tertawa sembari menepuk keningnya sendiri.
"Ini masih pagi ya?, kayaknya jarang deh tukang martabak pagi kayak gini, di pasar ada kali ya?, coba deh nyari di pasar dulu" ucap Hasan yang langsung mengganti pakaiannya.
Hasan pergi ke pasar untuk mencari martabak.
"Eh itu ada tukang martabak" ucap Hasan melihat ada tukang martabak di depannya.
"Bang berapaan?" tanya Hasan memegang-megang martabak yang sudah di bungkus.
"Tujuh ribuan mas" ucap penjual martabak.
"Ini rasa apa ya pak?" tanya Hasan menunjuk salah satu martabak.
"Itu rasa coklat kacang mas" jawab penjual.
Hasan mengambil tiga martabak. Satu rasa coklat kacang, satu rasa keju, satu rasa coklat keju.
"Ini pak" ucap Hasan memberikan uang pas.
"Makasih" ucap penjual tersenyum mengambil uang Hasan.
"Sama-sama" ucap Hasan tersenyum.
"Lumayan lah jauh lebih murah daripada martabak yang malam itu, emang sih lebih kecil, tapi yang penting murah, dapat banyak pula" ucap Hasan melihat kantong plastik.
Hasan pergi ke rumah Aleta dengan motor kesayangannya.
"Assalamualaikum" ucap Hasan di depan pintu rumah Aleta.
"Assalamualaikum" ucap Hasan di depan pintu rumah Aleta.
"Ini kagak ada orang apa ya?" tanya Hasan celingukan mengintip ke dalam rumah Aleta dari luar pagar.
"Akh SHiA!, itu ada bel, kenapa gw pakai acara manggil-manggil segala" ucap Hasan saat menyadari ada bel di samping pintu pagar Aleta.
Hasan memencet bel itu dan seorang pria menghampirinya.
"Cari siapa ya mas?" tanya seorang pria mengintip di celah pintu pagar.
"Mau cari Aleta pak" ucap Hasan menatap pria itu dari celah pintu pagar.
"Ada keperluan apa ya mas?, mas siapa?, kok bisa kenal sama nona Aleta?" tanya pria itu.
"Saya temannya Aleta pak, ada keperluan sebentar sama Aleta" ucap Hasan.
"Namanya siapa mas?" tanya pria itu.
"Hasan pak" jawab Hasan.
"Sebentar ya mas" ucap pria itu yang langsung pergi menjauhi Hasan.
Pria itu mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.
"Oke" ucap pria itu yang langsung mematikan panggilan teleponnya.
Pria itu kembali ke depan dan membukakan pintu pagar untuk Hasan masuk.
"Silakan masuk mas" ucap pria itu.
"Makasih pak" ucap Hasan tersenyum kecil.
Pria itu hanya tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya.
Hasan ingin mengetuk pintu rumah Aleta namun dengan tiba-tiba Aleta membuka pintunya.
"Eh mas Hasan, ada apa mas kesini?" tanya Aleta.
"Engg-enggak apa-apa kok, emangnya salah ya kalau aku kesini?" tanya Hasan.
"Hm, enggak kok mas" ucap Aleta tersenyum kecil.
"Oh iya, ini untuk kamu" ucap Hasan memberikan martabak yang tadi ia beli.
"Makasih ya mas" ucap Aleta tersenyum.
"Iya sama-sama" balas Aleta dengan senyuman.
"Siapa yang datang Al?" tanya ibunya menghampiri.
"Kamu?" tanya ibu Aleta tersenyum.
"Iya tante, aku Hasan" ucap Hasan tersenyum.
"Ada apa nak Hasan kesini?" tanya ibu Aleta.
"Gak apa-apa kok tante, cuma tadi kebetulan aku dari rumah teman aku, terus sekalian aja deh aku kesini, soalnya rumah teman aku dekat dari sini" ucap Hasan tersenyum.
"Oh gitu" ucap ibu Aleta.
"Iya tante" jawab Hasan tersenyum menganggukkan kepala.
"Ini dari mas Hasan mah" ucap Aleta memberikan kantong plastik berisi martabak yang tadi Hasan berikan untuknya.
Ibu Aleta melihat isi plastik yang Hasan berikan.
"Hm, martabak?, ini kan martabak pasar, bertamu cuma bawa tiga martabak pasar?" tanya ibu Aleta yang langsung berubah eskpresi.
"Tante kenapa?" tanya Hasan.
"Engg-enggak kok, gak apa-apa" ucap ibu Aleta tersenyum kecil menggelengkan kepalanya.
"Saya pamit pulang ya tante, assalamualaikum" ucap Hasan tersenyum.
"Wa'alaikumsalam" ucap ibu Aleta dan Aleta kompak.
Ketika Hasan perlahan pergi meninggalkan mereka, Aleta terus memandangi Hasan sembari tersenyum. Ibunya yang melihat sontak menatapnya sinis.
"What?, apa-apaan ini?, Aleta suka sama tuh cowok miskin?, gak bisa ini!, gak boleh sampai terjadi!, mau taruh dimana muka aku nanti kalau punya menantu miskin?" tanya ibu Aleta dalam hati menatap Aleta yang masih senyum-senyum sendiri.
Ibu Aleta yang kesal langsung meninggalkan Aleta sembari menggelengkan kepalanya. Aleta masih terus tersenyum layaknya orang gila baru padahal Hasan sudah tidak ada lagi disitu.
"Kalau dilihat-lihat mas Hasan manis juga ya hm" ucap Aleta tersenyum.
"Eh tapi mas Hasan udah punya pasangan belum ya?, entar aku main suka-suka aja lagi, eh gak tahunya mas Hasan udah punya istri dan anak kan gak lucu banget, hm, semoga aja mas Hasan belum nikah aamiin, dia pria yang baik, pasti hidup aku akan bahagia deh jika menjadi istrinya kelak" ucap Aleta tersenyum.
"Istri-istri!, tidak akan mamah biarkan kamu menjadi istri dari seorang pria miskin sepertinya!" ucap ibu Aleta menyeringai dan mengintip di balik jendela.
"Aleta anak ku sayang, apa kamu berfikir jika mamah akan merestui mu dengan dia setelah dia menyelamatkan nyawa mu?, oh tentu tidak putri ku sayang!, dia bisa saja menyelamatkan nyawa mu itu, tapi dia tidak akan pernah bisa untuk menjadi pasangan hidup mu, ya aku mengerti, dia membawakan martabak itu untuk mendapatkan hati putri ku, dan hati ku, ya dia berhasil mendapatkan hati putri ku, tapi tidak dengan hati ku!, yang aku inginkan itu Aleta menikah dengan anak tunggal kaya raya sama seperti dirinya, bukan laki-laki miskin kelas bawah, kelas atas hanya untuk kelas atas, tidak untuk kelas bawah, rendahan!" ucap ibu Aleta menyeringai.
Aleta masuk ke dalam rumahnya dan dengan segera ibunya pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
larasatiayu
jd pgn martabak bcnya gt
2024-10-27
1
LISA🌟
Curiga si Alderts zhikopet 🤔 lanjut baca dulu deh biar gak penasaran sama Alderts 😁
2022-07-16
1
kak Ya
jangan2 alderts kelainan , nyimaakk dl aahh 😁😁
2022-06-22
1