CEO Kembar Dan Gadis Pilihan

CEO Kembar Dan Gadis Pilihan

Istana Serasa Neraka

"Katakan padanya untuk berhenti melakukan kesalahan. Setidaknya ini peringatan pertama sekaligus yang terakhir dariku. Selepas ini, jika hal semacam ini terulang kembali, maka enyah secepatnya kau dari gedung ini."

Suara bariton itu menggema, memenuhi ruangan. Tanpa menatap, CEO muda itu melontarkan kata-kata pedasnya untuk seseorang gadis berpakaian cleaning service yang menundukan kepala di depannya.

Tak mampu berbuat banyak, gadis itu hanya mampu tertunduk sebagai bentuk penyesalan.

"Baik, Tuan." Seorang manager keuangan berusia matang menganggukan kepala, meneruti perintah Erich, yang menjabat sebagai CEO di sebuah perusahaan tempatnya bekerja sebelum keadaan bertambah runyam.

"Pergilah!" sarkas Eric seraya memalingkan wajah, engan menatap kearah gadis yang sudah mengotori berkas-berkas pentingnya dengan cairan kopi.

"Baik, tuan." Sang Manager itu pun lekas menarik pergelangan tangan sang gadis pembersih itu untuk membawanya keluar ruangan secepat mungkin.

Begitu pintu ruangan tertutup, manager itu melepaskan pergelangan tangan sang gadis, kemudian menghela nafas dalam.

"Kenapa kau bisa seceroboh ini? Kau sudah melakukan kesalahan fatal. Beruntung Tuan Eric bisa mengontrol emosinya kali ini. Jika tidak, kau pasti akan dipecat dari perusahaan hari ini juga." Meski diliputi kekesalan, namun pria matang itu tetap bertindak sebijak mungkin untuk tidak mencaci bahkan memaki gadis yang nyatanya baru bekerja dua hari ini.

Gadis itu masih butuh bimbingan. Begitulah sang manager berkesimpulan.

"Ingat, setidaknya pikirkan Bu Retno. Jika kau tak fikirkan pekerjaanmu, maka fikirkanlah pekerjaan bu Retno."

Gadis bernama Isabel itu kian tertunduk.

"Maaf, tuan."

"Jadi, berhati-hatilah dalam setiap melakukan pekerjaan. Terlebih, jika menyangkut dengan tuan muda Eric."

"Pergilah."

Tanpa menunggu Isabel pergi, manager tersebut kembali memasuki ruangan CEO. Sungguh, ia lelah jika berada dalam situasi seperti ini. Kemungkinan besar ialah yang akan menjadi tempat pelampiasan sang tuan atas kesalahan yang baru saja diperbuat oleh gadis cleaning service tersebut.

Sial

"Di mana bu Retno?" Cecar Eric begitu manager memasuki ruangan.

"Maaf, tuan. Bu Retno sedang sakit hingga sementara waktu pekerjaanya akan digantikan oleh Isabel."

Eric membuang nafas kasar. Tak senang dengan jawaban pria di depannya.

"Sakit apa, dan lagi pula kenapa harus digantikan dengan karyawan baru yang sama sekali tak berpengalaman?"

Manager itu menelan saliva berat. Tentu tak akan mungkin ia menjawab jika seluruh cleaning service memilih angkat tangan dan ketakutan jika menyangkut urusan tuannya. Terlebih untuk memasuki ruangan yang mereka lebih menyeramkan dari pada ruang eksekusi.

"Maaf, tuan. Seluruh staf pembersih menolak. Mereka beralasan jika Isabel sudah mendapatkan penjelasan langsung dari Bu Retno segala seluk beluk ruangan, penataan, juga letak berkas-berkas penting milik tuan begitu pun dengan makanan juga minuman yang kerap tuan konsumsi. Tentu Bu Retno menjelaskan semua dengan terperinci pada Isabel yang menggantikan perannya sebagai staf pembersih ruangan tuan untuk sementara waktu."

Eric menghela nafas dalam.

"Cukup, keluarlah dan katakan pada gadis itu untuk pergi dari gedung ini, sekarang. Hari ini, aku tak ingin melihatnya keluar masuk ruanganku."

"Baik tuan." Menundukan kepala, selepas memutar tumit manager itu pun berlalu dari hadapan sang tuan.

💗💗💗💗💗

"Isabel," panggil seorang gadis yang tak lain adalah Starla, sekertaris pribadi Eric. Isabel menggeser pandang, hingga dua pasang netra itu berpautan.

"Kemarilah," ucap Starla lagi.

Isabel mengangguk, lantas berjalan pelan ke arah Starla.

"Duduk dan minumlah." Starla menepuk kursi kosong di sisinya kemudian mengulurkan sebotol air mineral pada gadis berpakaian Office girl tersebut.

"Terimakasih banyak, kak." Isabel menurut. Duduk kemudian meneguk minuman tersebut perlahan.

"Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. Percayalah." Starla menyemangati, meski sejujurnya tak membantu meredakan kecemasan Isabel sama sekali.

Gadis itu hanya mengulas senyum tipis, hingga pintu ruangan CEO tiba-tiba terbuka. Isabel menghela nafas dan sigap berdiri saat sang manager-lah yang keluar dari balik pintu tersebut.

"Pulanglah," titah sang manager yang mana membuat Isabel meneguk saliva berat.

"Apa tuan benar-benar memecat saya? Lalu bagaimana dengan nasib bi Retno. Saya mohon tuan, maafkan kesalahan saya. Beri saya satu kesempatan lagi, saya janji akan bekerja lebih baik lagi." Isabel mengiba. Bukan hanya untuk dirinya, namun lebih kepada nasib hidup Retno yang kini berada di tanggannya.

Manager itu tersenyum tipis.

"Pulanglah sekarang dan kembalilah esok pagi. Kau tetap bekerja. Tuan muda tidak memecatmu, hanya saja saat ini beliau sedang tidak ingin melihatmu berkeliaran di ruangannya." Sang manager memberi penjelasan.

Isabel dan Starla menghela nafas lega. Saling pandang dan tersenyum bersamaan.

"Terimakasih tuan."

"Jangan berterimakasih padaku, berterimakasihlah pada tuan muda Eric yang sudah berbaik hati untuk tidak memecatmu. Meski sejujurnya yang beliau pertahankan bukanlah dirimu, melainkan Bu Retno."

Isabel menunduk. Sadar jika dirinya bukanlah siapa-siapa tanpa ada nama Retno yang membentenginya.

💗💗💗💗💗

"Bibi, maaf." Wajah Isabel menunduk di hadapan perempuan yang punggungnya bersandar di pembaringan.

Retno tersenyum tipis. Perempuan baya berwajat pucat itu menatap wajah Isabel lekat.

"Apakah nona melakukan kesalahan lagi?"

Gadis itu mengangguk.

"Aku menumpahkan kopi di atas berkas-berkas penting tuan. Tapi demi tuhan, aku benar-benar tak sengaja bi."

Retno tersenyum. Wajahnya yang memucat, kini mulai memerah, seakan teraliri darah. Rupannya kedatangan Isabel membawa dampak besar pada kesehatan tubuhnya yang mulai menurun.

"Apakah Nona masih tetap yakin untuk mengantikan posisi saya hingga bisa kembali bekerja? Maaf, apakah nona masih sanggup untuk menghadapi sikap tuan muda Eric."

Sejenak Isabel terdiam, hingga anggukan kepala pelan, menjadi jawaban pertanyaan Retno.

"Aku benar-benar butuh uang untuk bisa membawa Ayah pergi dari rumah. Sedangkan aku tak yakin untuk bisa mendapatkan pekerjaan dalam waktu dekat, selain menggantikan bibi." Isabel tertunduk lesu. Sungguh sejujurnya ia tak ingin berada dalam posisi hidup seperti ini.

"Bersabarlah nona. Saya yakin jika tuhan memiliki rencana indah untuk orang-orang penyabar seperti nona," hibur Retno.

"Semoga."

Enggan berlarut dalam kesedihan, Isabel bergerak membuka tas yang sedari tadi bertengger di punggungnya.

"Untuk bibi." Isabel menguluskan sekotak makan dari dalam tas.

Retno menatap sayu gadis di depannya. Sudut matanya memanas. Ia terharu.

"Nona tidak perlu melakukan ini. Pergunakanlah uang nona untuk memenuhi kebutuhan nona sendiri."

Setiap kali berkunjung Isabel tak pernah absen membawa buah tangan. Namun kini, kondisinya berbeda. Gadis muda itu bahkan rela menjadi cleaning service untuk menyambung hidup.

"Tapi aku senang melakukannya." Senyum tulus di bibir gadis itu terulas. "Baiklah, Abel tak bisa berlama. Ayah pasti sudah menunggu di rumah." Bangkit, Isabel berpamitan pada Retno selepas mencium punggung tangan paruh baya itu.

💗💗💗💗💗

Ada sejejak kegetiran kala gadis berusia sembilan belas tahun itu mulai menjejakkan kaki di pelataran rumah megah yang sudah sekian tahun ia tinggali.

'Rumahku Istanaku', Isabel tersenyum miris. Apakah masih pantas disebut istana jika tak ada lagi kehangatan di dalamnya. Justru bangunan megah itu lebih terlihat seperti neraka, begitu mencium aroma kebusukan dari para penghuni rumah.

Beberapa pengawal yang tanpa sengaja berpapasan tampak menunduk pada Isabel yang tengah berlalu. Namun tak jarang mereka abai, sebab sadar jika Gadis tersebut bukanlah majikan yang sebenarnya kini.

Isabel menghela nafas dalam saat sudah memasuki pintu depan rumah utama. Senyap, diruang tamu tampak lengang. Tak ada siapa pun. Namun samar terdengar gelak tawa dari arah meja makan.

"Abel, kau sudah pulang. Kemarilah, kita makan malam bersama." Suara perempuan menyambut saat tanpa sengaja Isabel melewati ruang makan di mana beberapa pasang mata tengah menikmati hidangan mewah serentak menatap kearahnya.

Langkah Isabel terhenti. Mau tak mau sepasang mata beningnya menatap kearah wajah pemilik suara yang beberapa detik lalu menyapanya.

Dua orang pria, dan dua orang perempuan duduk saling berhadapan di meja makan. Sial, Isabel merutuk diri. Seharusnya ia memilih masuk lewat pintu belakang untuk menghindaru bertemu pandang dengan mereka. Tapi, ah sudahlah...

Pemilik suara itu tersenyum tipis, yang justru membuat Isabel muak. Sungguh pemandangan yang membuatnya memanas. Arum, ibu tirinya tampak duduk berhadapan dengan Erwin, orang kepercayaan Ayahnya. Sementara di samping, Larasati, saudara tirinya tampak berhadapan dengan Steven, putra sulung Erwin. Sungguh memuakkan. Para penghiat rupanya tengah berpesta.

"Isabel kemarilah." Kini giliran suara lembut mendayu milik Larasati menyapa indra pendengaran. "Selain makan malam, kami juga sedang membahas perihal pertunanganku dengan Steven bulan depan. Apa kau tak ingin tau seantusias apa kami melakukan persiapan." Serigai kemenangan terukir jelas dibibir berpoles lipstik warna nude milik Larasati. Ya, gadis itu bangga, sebab mampu merebut seorang Steven dari rengkuhan saudara tirinya, Isabel.

"Terimakasih. Silahkan lanjutkan acara kalian. Maaf, Aku permisi," tolak Isabel. Gadis itu sempat menundukan kepala sejenak, sebelum berlalu meninggalkan ruang makan. Lamat-lamat Isabel mampu mendengar gelak tawa menggiring kepergiaannya yang Isabel yakini keluar dari bibir seorang Larasati.

💗💗💗💗💗

Isabel bukanlah gadis miskin. Hidupnya berkecukupan dan ditunjang fasilitas mewah. Namun itu dulu, sebelum Arum datang dan menyelinap masuk kedalam rumah tangga orang tuanya.

Pergi dari ruang makan, Isabel melangkahkan kaki menuju sebuah ruangan yang berada diujung bangunan kediaman mewahnya.

Isabel membuka kenop pintu perlahan hingga tak menimbulkan suara. Hening dan temaram lampu tidur menyapanya.

Sang penghuni ruangan mungkin sudah tertidur.

Gadis itu meraba saklar lampu hingga seluruh ruangan berubah terang benderang. Isabel menghela nafas, menatap nanar tubuh renta yang tergolek lemah di atas ranjang. Tubuh kurus dengan rambut separuh memutih menjadikan seseorang yang tengah terlelap itu lebih tua dari usia sebenarnya.

"Ayah," sapa Isabel sesaat sesudah menjatuhkan bobot tubuhnya di pinggir ranjang.

Pria yang disebut ayah itu mengerjap. Sepasang netra sayu berbinar, dam tersenyum haru saat mendapati sang putri duduk di sampingnya.

Isabel menatap sepiring makanan di atas nakas yang sepertinya belum tersentuh.

"Ayah sudah makan?"

Pria itu menggeleng lemah.

"Ayo, Isabel suapi." Isabel mengangkat tubuh sang ayah untuk bersandar di pembaringan. Menyuapinya dengan telaten dan penuh kehati-hatian.

Sudut mata pria paruh baya itu memanas. Bola matanya mulai berkaca-kaca. Hidup dalam kelumpuhan membuatnya tak mampu berbuat apa-apa, walau untuk menebus kesalahannya di masa lalu.

"Ma-maaf, maafkan ayah nak," ucap pria paruh baya itu dengan bibir bergetar.

Sang putri bungkam, hanya anggukan samar pertanda jawaban.

Tbc.

Terpopuler

Comments

Mutia Aulia

Mutia Aulia

seruuu bangett /Smile/

2023-10-15

0

Wiwit Safitri

Wiwit Safitri

ceritanya awalnya bagus
eps panjang

2023-03-11

1

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sehat

2022-11-23

0

lihat semua
Episodes
1 Istana Serasa Neraka
2 Kebahagiaan Yang Terenggut
3 Secangkir Kopi Untuk CEO
4 Ibu Peri
5 Bahagia Diatas Derita
6 Tertidur
7 Rasa Yang Terlupakan
8 Aneh Tapi Nyata
9 Tentang Rasa
10 Saat Rencana Tinggal Wacana.
11 Erich Penasaran
12 Masih Penasaran
13 Derita Diatas Derita
14 Aku Bukan Gadis Lemah
15 Ruang Rahasia
16 Peninggalan Tak Terduga
17 Kepulangan Erich
18 Tak Baik-Baik Saja
19 Sandara
20 Mulai Menyusun Rencana
21 Merindukan Secangkir Kopi
22 Ucapan Bernada Ancaman
23 Pergi Meninggalkan
24 Firasat
25 Peringatan Pertama
26 Penyesalan Pasti Datang Terlambat
27 Dapat Perlindungan
28 Tiba-Tiba Rindu
29 Bertemu 'Dia'
30 Benarkah?
31 Bertemu
32 Bertemu Part 2
33 Pilihan Sulit
34 Hanya Kaulah Yang Pantas
35 Maafkan Aku Isabela
36 Penyamaran Isabela
37 Menemui Erich
38 Kau Imut Sekali
39 Rencana Licik
40 Menginginkan Teman 'Hidup'
41 Firasat
42 Rela Jika Terluka
43 Turun Tangan
44 Kedatangan Keluarga Erich
45 Ada Apa Sebenarnya?
46 Pesmol Ikan
47 Menikmati Malam
48 Menerima tawaran
49 Curahan Hati Ernest
50 Malu Tapi Mau
51 Ambisi
52 Membutuhkan Bantuan
53 Melancarkan Aksi
54 Dibalik Serangan
55 Pengakuan
56 Tragedi Berdarah
57 Ambil Saja Darahku
58 Kedatangan Praja Diwangka
59 Tidak Boleh Terjadi
60 Terlupakan
61 Terasa Hambar
62 Tanpa Sadar Mengaguminya
63 Nasib Arum
64 Kejutan
65 Janjiku
66 Masihkah Ada Harapan
67 Pertunangan
68 Hati Ernest
69 Hati Ernest Part. 2
70 Obsesi
71 Kedatangan Sandara
72 Kedatangan Sandara Part. 2
73 Naluri Seorang Ibu
74 Tak Sabar
75 Berdua Denganmu
76 Sosok Misterius
77 Uji Kelayakan
78 Demi Tujuan Pribadi
79 Mencari Bukti
80 Panas Dan Terbakar
81 Tak Sabar
82 Rencana Buruk Sandara
83 Pengakuan Sandara
84 SAH
85 SAH
86 Malam Pertama
87 Andara Murka
88 Kemesraan Pengantin Baru
89 Kenapa?
90 Istri Yang Merasa Dihargai
91 Reuni Tiga Sahabat
92 Tentang Kegalauan Ernest Yang Tak Berkesudahan
93 Bunga
94 Toko Bunga
95 Emely
96 Belajar Melupakan
97 Kembali Ke Toko Bunga
98 Salah Kaprah
99 Mencari Keputusan.
100 Menemui Sandy
101 Pertemuan Zara Dan Andara
102 Permintaan Maaf Andara
103 Ernest Menemui Sandara
104 Keputusan Ernest
105 Bahagiaku Bersamamu
106 Bahagiaku Bersamamu Part. 2
107 Bertemu Natasya
108 Bertemu Natasya Part. 2
109 Lowongan Kerja
110 Siapa Dia?
111 Atmadja Group
112 Pertemuan Ernest Dan Natasya
113 Pertemuan Ernest Dan Natasya Part. 2
114 Ibuku, Pahlawanku
115 Meminta Pertimbangan Pada Langit
116 Tamu Penting
117 Anastasya Di mata Rangga
118 Gondrong Tampan
119 Pertemuan Anastasya Dengan Seseorang Di Masa lalu
120 Pertemuan Anastasya Dan Rangga
121 Mengantarmu Pulang
122 Mengantarmu Pulang Part. 2
123 Informasi Tentang Natasya
124 Arka, Aku bertemu Anastasya
125 Larangan Anastasya
126 Izin Berlibur
127 Berlibur
128 Berlibur Part. 2
129 3 Hati Yang Sepemikiran.
130 Liburan Berakhir
131 Oleh - Oleh
132 Rasa Penasaran Zara
133 Pria Kesepian
134 Tertangkap
135 Rencana Yang Diketahui
136 Bernegosiasi
137 Pertemuan Rangga Dan Natasya
138 Natasya Memang Putri Anastasya
139 Bolehkah Aku Memelukmu?.
140 Rangga Mulai Beraksi
141 Seperti Mimpi
142 Ernest Mulai Curiga
143 Keinginan Zara
144 Pertemuan Tak Terduga
145 Apa kau Akan Percaya?
146 Aku Sangat Menyayangimu, Ibu
147 Aku Suka
148 Kedekatan Ibu Dan Anak
149 Pertemuan Zara Dan Anastasya
150 Penjelasan Anastasya
151 Tatapan Arka
152 Undangan Makan Malam Arka
153 Undangan Makan Malam Arka Part. 2
154 Tak Terduga
155 Sebuah Harapan
156 Datang Sebagai Tamu Tak Diundang
157 Rujuk?
158 Apakah Mereka Memang Ditakdirkan Bersama?
159 Rasa Penasaran
160 Do'a Anak
161 Seperti Anak Dan Ayah
162 Penyesalan Seorang Pria
163 Cari Pengganti
164 Usaha Ernest
165 Ibuku Nemang Cantik
166 Siomay
167 Aku Ibunya Dan Kau Putrinya
168 Undangan Yang Mengejutkan
169 Rangga Dan Anastasya
170 Ernest Dan Natasya
171 Penjelasan Anastasya
172 Abigail Surya Atmadja
173 Kedatangan Natasya
174 Jadikan Aku Sandaranmu
175 Undangan Makan Malam
176 Undangan Makan Malam Part. 2
177 Seperti Sebuah Keluarga
178 Di Toko Bunga
179 Di Toko Bunga Part. 2
180 Keputusan Anastasya
181 Keinginan Rangga
182 Pertemuan Keluarga
183 Permintaan Natasya
184 Mendapat Izin
185 Perjalanan
186 Pemakaman
187 Untukmu Saja
188 Mewujudkan Impian
189 Episode Sepesial
190 Episode Final ( END )
191 Mengejar Cinta Suami Dingin
Episodes

Updated 191 Episodes

1
Istana Serasa Neraka
2
Kebahagiaan Yang Terenggut
3
Secangkir Kopi Untuk CEO
4
Ibu Peri
5
Bahagia Diatas Derita
6
Tertidur
7
Rasa Yang Terlupakan
8
Aneh Tapi Nyata
9
Tentang Rasa
10
Saat Rencana Tinggal Wacana.
11
Erich Penasaran
12
Masih Penasaran
13
Derita Diatas Derita
14
Aku Bukan Gadis Lemah
15
Ruang Rahasia
16
Peninggalan Tak Terduga
17
Kepulangan Erich
18
Tak Baik-Baik Saja
19
Sandara
20
Mulai Menyusun Rencana
21
Merindukan Secangkir Kopi
22
Ucapan Bernada Ancaman
23
Pergi Meninggalkan
24
Firasat
25
Peringatan Pertama
26
Penyesalan Pasti Datang Terlambat
27
Dapat Perlindungan
28
Tiba-Tiba Rindu
29
Bertemu 'Dia'
30
Benarkah?
31
Bertemu
32
Bertemu Part 2
33
Pilihan Sulit
34
Hanya Kaulah Yang Pantas
35
Maafkan Aku Isabela
36
Penyamaran Isabela
37
Menemui Erich
38
Kau Imut Sekali
39
Rencana Licik
40
Menginginkan Teman 'Hidup'
41
Firasat
42
Rela Jika Terluka
43
Turun Tangan
44
Kedatangan Keluarga Erich
45
Ada Apa Sebenarnya?
46
Pesmol Ikan
47
Menikmati Malam
48
Menerima tawaran
49
Curahan Hati Ernest
50
Malu Tapi Mau
51
Ambisi
52
Membutuhkan Bantuan
53
Melancarkan Aksi
54
Dibalik Serangan
55
Pengakuan
56
Tragedi Berdarah
57
Ambil Saja Darahku
58
Kedatangan Praja Diwangka
59
Tidak Boleh Terjadi
60
Terlupakan
61
Terasa Hambar
62
Tanpa Sadar Mengaguminya
63
Nasib Arum
64
Kejutan
65
Janjiku
66
Masihkah Ada Harapan
67
Pertunangan
68
Hati Ernest
69
Hati Ernest Part. 2
70
Obsesi
71
Kedatangan Sandara
72
Kedatangan Sandara Part. 2
73
Naluri Seorang Ibu
74
Tak Sabar
75
Berdua Denganmu
76
Sosok Misterius
77
Uji Kelayakan
78
Demi Tujuan Pribadi
79
Mencari Bukti
80
Panas Dan Terbakar
81
Tak Sabar
82
Rencana Buruk Sandara
83
Pengakuan Sandara
84
SAH
85
SAH
86
Malam Pertama
87
Andara Murka
88
Kemesraan Pengantin Baru
89
Kenapa?
90
Istri Yang Merasa Dihargai
91
Reuni Tiga Sahabat
92
Tentang Kegalauan Ernest Yang Tak Berkesudahan
93
Bunga
94
Toko Bunga
95
Emely
96
Belajar Melupakan
97
Kembali Ke Toko Bunga
98
Salah Kaprah
99
Mencari Keputusan.
100
Menemui Sandy
101
Pertemuan Zara Dan Andara
102
Permintaan Maaf Andara
103
Ernest Menemui Sandara
104
Keputusan Ernest
105
Bahagiaku Bersamamu
106
Bahagiaku Bersamamu Part. 2
107
Bertemu Natasya
108
Bertemu Natasya Part. 2
109
Lowongan Kerja
110
Siapa Dia?
111
Atmadja Group
112
Pertemuan Ernest Dan Natasya
113
Pertemuan Ernest Dan Natasya Part. 2
114
Ibuku, Pahlawanku
115
Meminta Pertimbangan Pada Langit
116
Tamu Penting
117
Anastasya Di mata Rangga
118
Gondrong Tampan
119
Pertemuan Anastasya Dengan Seseorang Di Masa lalu
120
Pertemuan Anastasya Dan Rangga
121
Mengantarmu Pulang
122
Mengantarmu Pulang Part. 2
123
Informasi Tentang Natasya
124
Arka, Aku bertemu Anastasya
125
Larangan Anastasya
126
Izin Berlibur
127
Berlibur
128
Berlibur Part. 2
129
3 Hati Yang Sepemikiran.
130
Liburan Berakhir
131
Oleh - Oleh
132
Rasa Penasaran Zara
133
Pria Kesepian
134
Tertangkap
135
Rencana Yang Diketahui
136
Bernegosiasi
137
Pertemuan Rangga Dan Natasya
138
Natasya Memang Putri Anastasya
139
Bolehkah Aku Memelukmu?.
140
Rangga Mulai Beraksi
141
Seperti Mimpi
142
Ernest Mulai Curiga
143
Keinginan Zara
144
Pertemuan Tak Terduga
145
Apa kau Akan Percaya?
146
Aku Sangat Menyayangimu, Ibu
147
Aku Suka
148
Kedekatan Ibu Dan Anak
149
Pertemuan Zara Dan Anastasya
150
Penjelasan Anastasya
151
Tatapan Arka
152
Undangan Makan Malam Arka
153
Undangan Makan Malam Arka Part. 2
154
Tak Terduga
155
Sebuah Harapan
156
Datang Sebagai Tamu Tak Diundang
157
Rujuk?
158
Apakah Mereka Memang Ditakdirkan Bersama?
159
Rasa Penasaran
160
Do'a Anak
161
Seperti Anak Dan Ayah
162
Penyesalan Seorang Pria
163
Cari Pengganti
164
Usaha Ernest
165
Ibuku Nemang Cantik
166
Siomay
167
Aku Ibunya Dan Kau Putrinya
168
Undangan Yang Mengejutkan
169
Rangga Dan Anastasya
170
Ernest Dan Natasya
171
Penjelasan Anastasya
172
Abigail Surya Atmadja
173
Kedatangan Natasya
174
Jadikan Aku Sandaranmu
175
Undangan Makan Malam
176
Undangan Makan Malam Part. 2
177
Seperti Sebuah Keluarga
178
Di Toko Bunga
179
Di Toko Bunga Part. 2
180
Keputusan Anastasya
181
Keinginan Rangga
182
Pertemuan Keluarga
183
Permintaan Natasya
184
Mendapat Izin
185
Perjalanan
186
Pemakaman
187
Untukmu Saja
188
Mewujudkan Impian
189
Episode Sepesial
190
Episode Final ( END )
191
Mengejar Cinta Suami Dingin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!