Bab

Sore hari adalah waktunya pulang bekerja begitu juga dengan Yovela yang kini sudah sampai di rumah mewahnya. Dia mendengar suara seseorang yang begitu familiar di telinganya melangkah masuk ke dalam dengan cepat karena dia tahu betul suara siapa.

Sampai di ruang keluarga Ibu tirinya, Arka dan nenek Sasmita sedang berbincang-bincang dengan Paman Samuel yang kini berada di luar kota. Semua manta menatap ke arah Yovela.

"Paman Sam, kapan kau datang!" Ucap Yovela menghampirinya lalu mencium punggung tangannya.

"Baru saja Vela, sekarang kau sudah besar dan semakin cantik keponakan Paman ini" puji Paman Sam.

"Sudahlah Paman jangan memujiku seperti itu"

"Tidak sayang, kau memang cantik, dimana Papamu?" Mengedarkan pandangannya.

"Di sini" sahutnya, menghampiri Paman dan merentangkan kedua tangannya.

Tentu saja Paman Sam menyambutnya dan saling berpelukkan.

"Kakak bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Paman Sam, setelah melepaskan pelukkannya.

"Seperti yang kau lihat Sam"ucapnya tertawa.

Sementara Nyonya Maria dan Arka saling beradu pandang dan tersenyum devil, entah rencana apa yang akan mereka lakukan.

"Sudahlah Raul, Sam cepatlah. Aku sudah sangat lapar ayo kita makan malam dulu" lerai nenek Sasmita.

"Baiklah Bu,"

Mereka pun menuju ruang makan begitu juga dengan Yovela yang pergi menuju kamarnya, selesai mengganti pakaian lalu di memakai bedak tipis lalu tanpa sengaja matanya menatap kalender dan mata Yovela pun berkaca-kaca karena besok adalah hari peringatan ibu kandungnya. Yovela begitu sedih jika mengingat hal itu setiap tahunnya, ingin rasanya dia berlari sejauh mungkin agar bisa melupakan ibunya yang entah seperti apa orangnya.

Yang Yovela tahu dari nenek Sasmita jika ibunya itu adalah wanita yang kuat dan hebat, mampu melewati ujian, tetapi bagi Yovela dia tidak tahu bagaimana rasa kasih sayang dari ibu kandungnya. Sedangkan ibu tirinya begitu membencinya.

"Ibu, besok hari peringatan ibu, Vela pasti akan datang mengunjungi makam ibu hiks hiks" Ucap Yovela dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Tiba-tiba pintu di ketuk lalu Yovela mengusap kasar air matanya dan menyuruhnya masuk.

"Masuk, tidak di kunci" sahut Yovela.

Pintu pun terbuka lalu masuklah Bi Rahma dan menghampiri Yovela, Bi Rahma melihat Yovela memegang kalender dia tahu betul jika besok adalah hari peringatan ibunya Yovela dan Yesika.

"Non Vela, semua sudah menunggu Nona di meja makan"Ucap bi rahma sopan.

"Iya Bi, terima kasih ya" ucap Yovela dengan raut wajah sedihnya.

"Non Lona jangan sedih ya, besok 'kan hari peringatan Nyonya besar jadi Non Vela bisa datang ke makamnya"ucap Bi Rahma yang mengerti tentang keadaan Yovela sekarang.

"Iya Bi, Vela mengerti! Iya sudah ayo Bi kita turun" ucapnya tersenyum manis, walaupun matanya agak sembab.

Bi Rahma pun menganggukkan kepalanya merek berdua pun menuruni anak tangga lalu berbeda arah Bi Rahma menuju dapur dan Yovela menuju meja makan.

"Vela kemari sayang, ayo kita makan malam bersama" ajak Paman Sam.

"Iya Paman"

Yovela pun duduk lalu dia mulai mengambil nasi dan lauknya, Tuan Raul melihat mata Yovela agak sembab lalu dia pun bertanya kepadanya.

"Vela apa kau menangis?" Tanya Tuan Raul.

Dan sontak saja membuat semua mata menatap ke arah Yovela, Yovela yang di tatap seperti tersangka itupun segera menundukkan kepalanya.

"Papa sudahlah, Vela menangis paling mengingat kematian ibunya saja"ketusnya.

"Mama kenapa sikapmu semakin hari semakin tidak ada etikanya, bagaimanapun juga ibu Yovela adalah istriku juga kau menganggap itu tidak penting" ucap Tuan Raul dengan raut wajah kesalnya.

"Papa, yang namanya orang sudah meninggal, iya sudah! Untuk apa di tangisi" mengerucutkan bibirnya.

"Marina, kau tidak menghargai ibunya Vela, dan harus kau ingat jika bukan karena kau merebut Raul darinya pasti dia masih hidup sampai sekarang" timpal nenek Sasmita.

"Cukup.....kalian semua tidak perlu mempermasalahkan ini, dan bibi Marina terima kasih kau telah mengingatkanku" menarik nafas dalam-dalam." Aku sudah kenyang aku akan istirahat di kamar saja" bangun dari duduknya, dan melangkah pergi.

"Vela ...Yovela.." teriak tuan Raul.

"Sudahlah Raul biarkan Vela menenangkan fikirannya, lebih baik kau lanjut saja dengan makananmu. Nanti aku akan membawa makanan untuknya" ucap Nenek Sasmita.

"Baiklah, aku mengerti"

Yovela sudah masuk ke dalam kamar lalu dia menaiki ranjangnya dan menangis sejadi-jadinya, karena hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.

"Ibu hiks hiks, kenapa kau begitu tega meninggalkanku sendirian Bu, Vela tidak kuat lagi Bu setiap hari keluarga kita selalu saja bertengkar Bu, hiks hiks Vela butuh ibu saat ini" ucapnya dengan air mata yang sudah membanjiri seluruh wajah cantiknya.

Terdengar suara pintu kamar di ketuk dan Yovela mengusap kasar air matanya, lalu di buka pintu kamar dan masuklah Nenek Sasmita dengan Bi Rahma yang membawa nampan yang berisi makanan. Nenek Sasmita pun menghampiri Yovela yang sedang menangis, Yovela tidak perduli dengan apapun, dia menangis di pelukkan Nenek Sasmita.

"Sayang ayo makan dulu nak"ucap Nenek Sasmita mengusap lembut punggung Yovela.

"Hiks hiks nenek kenapa dunia begitu kejam, sehingga memisahkan Vela dengan ibu hiks hiks, padahal Vela sayang sama ibu tetapi ibu telah tiada hiks hiks"ucap Yovela yang menangis, sesekali di mengusap kasar air matanya.

Nenek Sasmita dan BI rahma pun saling menghembuskan nafas beratnya, merek tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi Yovela yang sedang sedih seperti ini.

"Vela sayang cukup nak, kau jangan menangis lagi" ucap Nenek Sasmita.

Lalu Yovela pun melepaskan pelukkannya dan Nenek Sasmita mengusap lembut air mata Yovela yang masih membasahi wajah cantiknya.

"Nenek terima kasih Nenek selalu ada buat Vela di saat Vela sedang sedih" ucapnya.

"Iya cucuku, Nenek 'kan sudah bilang jika kau adalah cucu kesayangan Nenek"ucapnya.

Dan juga dia, suatu saat nanti kau pasti akan bertemu dengannya.batin Nenek Sasmita.

Lalu Nenek Sasmita menyuapi Yovela agar mau memakan makan makanannya.

Setelah pekerjaan selesai seperti biasa Bi Rahma pulang ke rumahnya dan dia pun sampai di depan pintu rumahnya, lalu membuka pintu dan masuk ke dalam.

Pandangan matanya tertuju pada kamar Yesika, dia masuk ke dalam kamar Yesika dan mengusap lembut kepala Yesika.

"Sika kenapa belum tidur, ini sudah malam"ucap Bi Rahma sopan.

"Bu tadi Sika tidak sempat pergi ke makam ibu kandung Sika, karena Sika sibuk membantu orang yang membutuhkan tenaga Sika hiks hiks"ucapnya dengan air mata menetes.

"Ya ampun Sika, kau jangan menangis lagi, besok 'kan kau bisa ke sana!" Ucap Bi Rahma tersenyum manis.

"Iya Bu, tetapi ibu tidak apa-apa 'kan jika Sika ke makam ibu kandung Sika?" ucapnya memastikan.

Bi Rahma pun tersenyum manis ke arah Yesika dan menggelengkan kepalanya."Tidak nak, pergilah karena besok adalah hati peringatan ibumu"

"Terima kasih ibu, Sika sayang ibu!"

"Iya Sika, iya sudah ibu akan kemar mandi dulu. Dan kau harus beristirahat ya jangan sampai kau kelelahan Sika"ucap Bi Rahma sebelum keluar dari kamar Yesika.

"Baik Bu, tenang saja"

Bi Rahma pun meninggalkan Yesika di kamarnya dan dia membersihkan tubuhnya, sebenarnya bi Rahma sangat tahu betul, alasan apa yang di lakukan Nyonya besarnya sewaktu dulu. Sehingga dia menitipkan Yesika kepadanya sewaktu dulu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!