Menurutku… kupu-kupu itu adalah hewan yang cantik,”
Kening Ageha mengerut. Apa dia baru saja menggodaku?. Batinnya.
“Oh, maaf. Jika aku berkata yang tidak-tidak. Tapi kenapa kamu menangis sendirian di sini. Apa tidak bahaya, di sini banyak orang mabuk, lho.”
“Tidak. Aku hanya ingin berfikir jernih saja. Lagi pula rumahku ada di dekat sini.”
“Benarkah? Rumahku juga ada di dekat sini. Aku baru pindah, makanya rumahku agak berantakan. Jadi aku malas di rumah. BE-RAN-TAK-AN sekali.”
Ageha merasa geli dengan perilaku laki-laki yang ada di hadapannya ini. Tapi ia pikir, lelaki ini bukanlah orang jahat. Senyuman tersinggung dari bibir Ageha.
“Kenapa tersenyum. Emang ada yang lucu dari aku?”
“Tidak. Tidak ada, kok. Aku hanya heran, dari semua orang yang melewati taman ini dari tadi. Tidak ada satu pun yang berani menyapaku. Tapi… aku salut dengan keberanian kamu untuk menyapaku.”
“Yah… tidak usah sungkan-sungkan. Aku orangnya memang seperti ini. Tidak bisa melihat seorang perempuan menangis begitu saja.”
Ageha tersenyum.
“Makasih karena kamu sudah menghiburku. Aku mau pulang dulu, sampai nanti,”
“Eh, kapan-kapan ketemuan lagi ya.”
Ageha meninggalkan Ryuga dengan senyumannya. Ryuga menatap sosok Ageha yang perlahan hilang ditelan kegelapan malam dihiasi bulan yang indah.
Keesokan harinya, Ageha pergi ke sekolah untuk menimba ilmu. Tapi, karena panyakit yang diidapnya. Dia tak ingin turun sekolah. Tapi ibunya memaksanya untuk tetap bersekolah dan mencari hal yang dapat menenangkan hati dan pikirannya. Karena tak ingin menyakiti hati ibu untuk kedua kalinya. Akhirnya Ageha pergi ke sekolah dengan perasaan tak enak mengganjal di hatinya. Sesampainya di sekolah, Ageha langsung disambut oleh kerabat baiknya dengan raut wajah simpati atas apa yang menimpanya. Dan hal itu membuat Ageha kesal, sangat kesal. Ia tak ingin teman-temannya menganggap bahwa ia sebentar lagi akan meninggalkan mereka.
“Ageha, aku turut prihatin dengan keadaan kamu.”
“Iya, aku juga. Bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat di mana kita bisa menikmati masa-masa terakhir kami denganmu.”
“Iya. Kami tidak ingin kamu pergi, Ageha”
“Sudah cukup!!!!! Aku tak ingin medengarkan omongan kalian tentang aku akan pergi atau tidak. Kalian seperti mengharapkan aku lekas mati! Seharusnya kalian memberikanku semangat untuk hidup! Bukan sebaliknya!” Bentaknya.
Semua murid yang ada di kelas menatap Ageha dengan pandangan yang menusuk. Tanpa peduli, ia berjalan melewati teman-temannya, dan duduk di kursinya. Setelah inisiden itu, guru yang mengajar fisika pun masuk ke dalam kelas. Ketua kelas langsung memberikan aba-aba kepada semua murid untuk memberi hormat.
“Berdiri,”
“Beri hormat,”
“Selamat pagi, pak.” Ucap semua murid yang ada di dalam kelas.
“Selamat pagi. Ya, anak-anak. Hari ini kalian mendapatkan teman baru.”
Seluruh murid mulai bergemuruh.
“Tenang… tenang! Dia adalah murid pindahan dari Tokyo, jadi kalian semua harus membantunya beradaptasi di lingkungan sekolah.”
“Baik pak…”
“Ya, bagus. Kalo begitu silahkan masuk, Suzuki.”
Lelaki muda berbadan tegap dan berbahu bidang yang tampan masuk ke dalam kelas. Dia adalah murid baru yang diungkit guru tadi. Ketika laki-laki itu masuk, semua perempuan yang ada di dalam kelas tercengang. Melihat betapa gagahnya murid baru itu. Dan mulai bergemuruh.
“Tenang semuanya! Jangan ribut! Ya, silahkan suzuki. Perkenalkan dirimu.”
“Baik. Perkenalkan nama saya Suzuki Ryuga. Kalian bisa panggil saya Ryuga, mohon bantuannya.”
Ageha yang sedang memasukan buku pelajarannya ke dalam laci. Merasa mendengar nama yang tak asing di telinganya. Ia kemudian menoleh ke anak baru yang berdiri di depan kelas itu. Dan ia langsung tahu bahwa murid baru itu adalah lelaki yang ia temui malam tadi. Tapi reaksi Ryuga ketika melihat Ageha sangatlah dingin. Dia hanya melihat Ageha dengan pandangan dingin dan kembali berkonsentrasi dengan seisi kelas.
“Terima kasih. Kamu bisa duduk sekarang.”
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments