Lampu restu

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

"Bapak!" pekik Aluna saat pria baya itu kini berdiri tepat di belakangnya dengan sorot mata yang begitu tajam menatap Zico yang terlihat sama kagetnya.

"Hati siapa?" tanya ulang bapak.

"Hem, maaf! Maksud saya..."

Aluna yang terlanjur panik langsung mendorong Zico keluar pagar dan menutupnya. Ia juga lalu menarik tangan bapak untuk masuk kedalam rumah.

"Siapa pria tadi?" Bapak kini tak lagi sekedar bertanya tapib ia mulai sedikit menyelidik.

"Bos Aluna di resto, Pak" jawabnya jujur, karna ia memang tak pernah bisa berbohong meski hal terkecil sekalipun.

"Mau apa kemari?"

"Mau... "

Belum selesai Aluna bicara, suara gedoran pagar kembali terdengar. Aluna yang kesal karna belum siap menceritakan apapun pada Bapak bergegas kembali ke luar.

Braaak..

"Mau apa lagi sih?" sentak Aluna sambil membuka pagar besi rumahnya.

"Saya mau antar paket, kak" ucap seorang laki laki berseragam merah senada dengan warna topinya juga.

"Ah, maaf Mas"

Aluna yang sudah menerima barangnya pun kembali masuk, tapi langkahnya terhenti saat ia melihat bapak masih di posisi yang sama seperti saat terakhir ia tinggalkan.

"Paket, pak" ucap Aluna.

"Bapak masih menunggu ceritamu, bapak tak suka kamu menyembunyikan apapun dari bapak. JIka bukan pada bapak lalu dengan siapa kamu akan bercerita?" Tegasnya pada putri semata wayangnya yang kini berdiri dengan sedikit menundukkan pandangan.

"Iya, Pak tapi Aluna memang tak ada hubungan apapun dengannya. Dia benar benar bos Aluna di resto" jelas Aluna lagi.

"Aluna, permisi untuk membuka paket dulu ya, pak" pamitnya kemudian pada bapak.

Bapak yang akhirnya mengangguk seakan mengizinkan putri semata wayangnya itu untuk naik ke lantai dua menuju kamarnya.

Perasaan lega Aluna rasakan saat ia sudah berada dalam ruangan pribadinya, tempat dimana ia menumpahkan segala rasa termasuk rasa kesepiannya. Perasaan yang cukup ia saja yang tahu bagaimana sakitnya tak pernah merasakan pelukan hangat seorang ibu dan tak pernah tau nikmatnya masakan langsung tangan seorang ibu.

Diatas kasur besar ia baringkan tubuh lelah dan pikiran kacaunya berharap rasa kantuk menyerangnya karna hanya dengan terbuai mimpi lah ia bisa sedikit melupakan beban perasaannya.

.

.

Lain Aluna tentu lain juga dengan Zico, ia yang sudah terlanjur datang tentu tak mudah untuk pulang. Ia ssemakin di buat penasaran dengan sikap Aluna yang tiba tiba mengusirnya saat ada pria baya yang ia yakini ayah Aluna datang menghampiri.

Dengan perasaan campur aduk ia kembali mendatangi rumah bertingkat dua yang pagarnya tertutup rapat. jarang ada orang yang tahu bentuk rumah itu jika tak masuk dan mengijaknya sendiri.

Zico yang berdiri menunggu di bukakan pintu mulai merasa resah. Harapan Aluna yang datang justru malah pria dengan perut buncitlah yang kini berdiri di depannya.

"Selamat sore, Om" sapa Zico seramah mungkin untuk menutupi rasa canggungnya.

"Kamu lagi, ada apa?"

"Perkenalkan, saya Zico calon suami Aluna" ucapnya dengan percaya diri tingkat dewa.

"Calon suami siapa?" tanya Bapak dengan raut wajah terkejut.

"Aluna, anak om yang tadi" sahutnya.

"sejak kapan Aluna punya calon suami?" tanya bapak semakin bingung.

"Sejak kami pertama kali kenal, Om"

"Boleh kan, Om? Mommy saya aja udah kasih lampu hijau buat anak Om" sambung Zico dengan menaik turunkan alisnya.

.

.

.

"Maaf, tapi saya akan kasih lampu merah buat kamu!"

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Pede nya ketinggian awas nyangkut di baling baling helikopter Zee 🤣🤣🤣.

Kelakuan lo bikin tepok jidat ah.

like komennyayuk ramaikan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***