Aku lahir tanpa senyuman bahagia dari ayahku. Sementara ibu kandungku, Tuhan lebih sayang kepadanya. Dia seenaknya saja membawa Ibuku kembali ke pangkuan-Nya setelah berjuang untuk menunjukan betapa indahnya dunia ini.
~Raena Kartika Wijaya~
****
November 1991
@Rumah Sakit
"Selamat, Tuan. Anak anda lahir perempuan dengan kondisi sehat." Ucap seorang dokter kepada pria berusia 31 tahun yang sedari tadi menunggu dengan gelisah ketika mendapat kabar kekasihnya akan melahirkan anak mereka.
Ini sedikit miris memang, di saat pria itu seharusnya di Jakarta menemani Istri dan anaknya yang sedang berulang tahun yang pertama. Pria bernama Anton Kusuma Wijaya, lebih memilih menemani kekasihnya yang tak lain sepupu istrinya melahirkan anak hasil hubungan gelap mereka.
"Lalu kondisi ibunya bagaimana, Dok?" Tanyanya penuh harap.
"Maaf, tuan. Ibu dari bayi Anda tak bisa diselamatkan nyawanya. Karena pendarahan yang serius setelah melahirkan bayinya. Maafkan kami," jelas sang Dokter membungkukkan bahunya.
Bagaikan di sambar petir hatinya, Pria itu langsung bertekuk lutut, dan tidak percaya orang yang paling dia cintai dari pada istrinya itu. Memilih meninggalkannya bersama sang putri yang baru saja lahir.
* * * *
Tiga hari setelah pemakaman sang kekasih. Tuan Anton membawa bayi yang masih merah itu pulang ke rumahnya dan mengakui kesalahannya kepada sang istri dan orangtuanya di Jakarta.
"Plak...!" Suara tamparan keras dari Tuan besar Wijaya kepada anak sulungnya.
"Keterlaluan kau Anton! kau berani membawa anak haram itu di hadapanku!" teriak Tuan besar Wijaya sambil menunjuk bayi berusia 3 hari di gendongan istri Anton
"Ingat, Anton. Sampai kapan pun, aku tidak akan menerima dia sebagai cucuku. Cucuku hanya dari istrimu saja Yuna bukan dari Soraya." tegasnya sambil membuang muka.
"Aku juga tidak akan pernah menganggap dia itu anakku, Ayah. Dia yang membuat orang yang aku cintai meninggal dunia." batin Anto menatap benci anaknya yang beri nama Raena Kartika Wijaya di gendongan sang Istri.
"Bunda, bunda. Dia capa?" tunjuk anak kecil berusia 1 tahun yang baru bisa bicara lancar.
"Ini adik perempuannya Jin. Namanya Raena Kartika Wijaya," ucap sang Bunda sambil membelai surai anaknya dan menunjukan bayi di dekapannya kepada sang anak.
"Allo dedeknya Jin," Ucap anak kecil itu sambil membelai pipi adiknya itu dengan penuh kasih sayang.
Sementara, Raena yang sudah tidur di dekapan Ibu sambungnya. Hanya mengeliat sedikit, dan tidur kembali.
"Nanti malam, jangan lupa berikan dia susu formula anak itu agar dia tidak rewel." ucap Anton datar kepada sang istri.
"Biarkan aku memberikan ASI kepadanya, Mas. Susu formula itu, tidak cocok untuk usia Raena."balas Yuna tidak terima.
"Kau memberikan anak ini ASImu bagaimana dengan Jin, Yuna? Dia belum dua tahun, dan dia juga butuh ASI." Anton mulai emosi kepada istrinya itu.
"Aku bisa mengaturnya, Mas. Walau bagaimana juga dia juga anakku. Meskipun dia tidak lahir di rahimku." lirih Yuna menatap box tidur bayi tempat tidur Raena
"Terserah kau saja, aku tidak peduli. Aku pergi dulu," balas Anton datar.
Ingin rasanya Yuna membalas perkataan suaminya itu. Tapi dia tidak ada keberanian untuk nyalinya. Sejak Anton membawa bayi itu. Sebenarnya hati Yuna sangat terluka karena penghianatan suaminya. Namun dia tetap tegar, dan menerima bayi yang di bawa Anton sebagai anaknya sendiri.
"Walau kau sejak lahir dibenci. Bunda harap kelak kau bisa menjadi wanita yang tegar, dan tegas seperti Ibu kandungmu. Bunda akan tetap mendukungmu, kelak jika kau sudah dewasa. Nak...," ucap Yuna sambil mengecup kening bayi itu.
Bersambung...
***
Hai semua, sebenarnya cerita ini adalah Fanfiction di platform orange milik aku sendiri. Namun di sini aku ubah lebih melokal saja, dan tanpa mengubah isi cerita.
Cerita ini masih berlanjut, di Noveltoon iya dan platform Orange iya.
Jadi jangan lupa share dan komentarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments