Tante Forzen

“Adik gak ada akhlak kamu yah!” seru Michele dan hendak mengejar adiknya kembali.

“Mama!” panggil Chila seketika membuat nya tersadar bahwa sedang ada tamu.

“Hehehe, maaf Kak,” ujar Michele lalu segera mempersilahkan Rasya masuk dan duduk di sofa.

“Kamu bilang kemarin apa? Chila pulang sekolah, langsung jalan. Kenapa malah Adi baru mandi hem?” kata Rasya sedikit berdecak karena Michele mengingkari ucapan nya sendiri.

“Hehehe iya iya maaf Kak, Aldi nya konser dulu tadi hihihi,” jawab Michele terkekeh.

“Konser?” dahi Rasya berkerut untuk sesaat, lalu saat Michele memberikan kode isyarat membuat dirinya paham dan menggelengkan kepala nya.

“Mama, Chila mau pipis.” Kata Chila kembali menyerobot pembicaraan Michele dan Rasya.

Michele mengangguk, sekaligus ia pamit pada Rasya akan membawa Chila ke toilet. Setelah Michele pergi, Rasya mengeluarkan ponsel nya dan fokus. Tanpa sadar seorang gadis yang tadi sempat menabrak nya, kembali datang dengan membawakan sebuah minuman dan cemilan.

“Silahkan kak, dan maaf.” Ujar nya pelan dan sopan.

“Kamu Anna kan?” tanya Rasya mengerutkan dahi nya, ia hanya ingin memastikan bahwa gadis itu, masih gadis yang sama dengan beberapa tahun yang lalu sempat berkenalan dengan nya, namun kini penampilan gadis itu sangat jauh berbeda. Lebih dewasa, sna juga potongan rambut nya yang semakin panjang membuatnya sedikit pangling.

“I- iya kak, a- aku Anna. Silahkan kak, A- Anna pergi dulu,” pamit nya lalu ia segera pergi, sementara Rasya, ia masih diam dan memperhatikan Anna yang semakin menjauh darinya.

Ia kembali mengingat saat beberapa tahun yang lalu, saat dimana dirinya terakhir kali bertemu dengan Anna. Yaitu saat Anna mengutarakan perasaan nya pada nya, namun Rasya tanpa pikir panjang langsung menolak nya. Bukan tanpa alasan Rasya menolak perasaan Anna, ia melakukan itu karena sadar, dirinya sibuk mengurus bayi dan juga, dia tidak pantas untuk gadis sebaik dan setulus Anna.

Sejak saat itu juga, Rasya tidak pernah lagi melihat Anna, dan terakhir ia mendengar kabar dari Aldi bahwa Anna melanjutkan sekolah serta kuliah nya di luar negri. Rasya merasa sedikit bersalah, namun ia kembali berfikir, mungkin itu yang terbaik. Lagi pula, Anna adalah adik Aldi, sementara Aldi adalah adik nya, jadi Rasya menganggap Anna sudah seperti adik nya sendiri.

‘Apakah dia masih marah padaku?’ gumam Rasya menghela napas nya dengan berat.

***

Setelah mengantarkan minuman kepada Rasya, Anna memilih untuk segera masuk ke dalam kamar. Dirinya baru saja sampai di rumah beberapa jam yang lalu,ia belum bisa beristirahat lantaran sejak tadi Michele terus mengusik nya. Michele marah karena Anna tidak bisa pulang saat hari pernikahan nya. Namun itu Anna lakukan karena memang dirinya masih dalam ujian, maka dari itu ia baru bisa pulang saat dua hari setelah hari pernikahan Aldi dan Michele.

“Kakak!” seru Anna tak percaya saat melihat isi kamar nya yang sudah sangat berantakan.

“Bukan Chila!” gadis kecil itu langsung berdiri dan mengangkat kedua tangan nya ke atas. Sementara itu, Michele nampak cuek dan tak perduli, ia masih mencari sesuatu yang sejak tadi begitu mengganjal di hatinya.

“Ssstttt, tenang dulu Na, bentaran doang.” Kata Michele tanpa menatap ke arah Anna.

“Kakak cari apa?” tanya Michele menggelengkan kepala nya sedikit kesal.

“Aha, ketemu!” Michele bersorak senang saat berhasil membongkar koper milik Anna dan menemukan benda yang ia cari. Sementara Anna yang begitu terkejut langsung berusaha mengambil kembali benda itu dari tangan Michele.

“Kakak, balikin ihhh!” keluh Anna berusaha melompat lompat mengambil benda di tangan Michele.

“Tante forzen kenapa menyimpan foto Ayah Chila?’ pertanyaan dari Chila seketika membuat tubuh Anna mematung, ia langsung menatap Kikuk kepada Chila yang sedang memiringkan kepala nya melihat perdebatan dua orang dewasa di depan nya.