Bab 6 : Mendapat Tamparan

Hana mendongak mantap gedung Kelana Grup. Ulasan bibirnya begitu manis, rasa harunya belum hilang. Dia benar-benar tak percaya bisa diterima setelah melewati tahap demi tahap seleksi yang rumit, dan bisa mengalahkan hampir seratus orang kandidat. Sekarang gelar sekretaris sudah dia sandang.

Dengan langkah mantap Hana memasuki gedung itu. Hanya saja ada yang sedikit mengusik kesenangan hatinya. Tersiar kabar yang tak mengenakkan kala dia melakukan wawancara kemarin.

Katanya, Kelana Pramudya sang CEO sekaligus atasannya ini memiliki penyimpangan seksual, pria itu tidak menyukai wanita. Semua orang yang pernah bekerja menjadi sekretaris Kelana tidak pernah ada yang awet bekerja. Mereka memilih mengundurkan diri dan tidak ada yang bertahan lebih dari lima bulan.

"Tidak, aku tidak boleh takut. Aku butuh uang. Lagi pula kalau dia penyuka sesama jenis bukankah itu bagus. Jadi dia tidak akan macam-macam denganku," batin Hana menghibur diri sendiri.

Hana kembali mengayunkan langkah. Tak peduli dengan apa pun yang akan menghadang, dia akan tetap bertahan. Uang dan tujuannya balas dendam bisa dia dapatkan sekaligus. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

"Baiklah semua, perkenalkan namanya Hana Prameswari. Mulai sekarang dia yang akan menjadi sekretarisnya Pak Kelana," ucap seorang wanita paruh baya, berkacamata dan bersanggul di depan karyawan yang duduk di meja kerja masing-masing.

Ucapan selamat dan tepuk tangan pun menggema menambah euforia yang ada. Belum lagi begitu banyak karyawan pria yang mengatakan kalau Hana itu cantik. Mereka juga melayangkan gombalan-gombalan receh. Hana jadi kikuk sendiri, dia bahagia dan malu di sambut seheboh itu.

Tiba-tiba suara dehaman dari belakang mengagetkan semua orang. Ruangan itu seketika senyap. Mereka menunduk segan karena orang yang menginterupsi dengan dehaman itu ternyata adalah Bagas. Sosok manager HRD yang disegani di sana.

"Apakah sudah selesai acara perkenalannya?" tanya Bagas. Suaranya datar tapi penuh penekanan.

Hening, tak ada yang menyahut.

"Kalau tidak ada hal yang penting lebih baik lanjutkan pekerjaan kalian. Awali pagi dengan bekerja, bukan bergosip apalagi merayu karyawan baru," tutur Bagas lagi dengan setengah tegas.

Tak ayal, karyawan yang tadinya semangat menyambut kedatangan Hana pun diam. Mereka kembali duduk dan pura-pura sibuk, dalam hati mereka mengutuk Bagas.

"Ya sudah, Hana. Sebentar lagi Pak Kelana tiba, jadi buatkan dulu beliau kopi. Ingat, takarannya satu sendok munjung gula dan satu sendok kopi."

Hana mengiakan perkataan wanita yang menjabat sebagai wakil manager HRD itu lalu berlalu. Sebelum itu dia sempat bersisian bahu dengan Bagas. Namun, Hana pura-pura tidak melihat. Bagas jadi keheranan. Sejak kapan Hana jadi berkharisma dan penuh percaya diri seperti itu. Aura Hana begitu berbeda saat masih menjadi istrinya.

Ketika Hana tiba, sosok laki-laki berpakaian rapi berjas abu-abu tua sudah duduk di belakang meja. Lelaki itu menatap nyalang Hana yang datang dengan sebuah nampan.

Hana sedikit gemetar kala matanya bersitatap dengan sosok laki-laki yang baru pertama kali dijumpainya itu. Lelaki berwajah tegas yang sudah Hana yakini bernama Kelana. Rumor mengatakan Kelana sangat tampan, dan lelaki yang ada di depannya ini memang sangat tampan.

"Tapi sayang G-A-Y," batin Hana. Dia letakkan kopi buatannya ke meja. "Ini Pak, kopinya."

"Kenapa tangan kamu bergetar begitu? Apa kamu sedang melihat hantu?"

Berat dan datar suara Kelana. Hana kaget dan cepat-cepat menggeleng. Bisa tamat riwayatnya jika Kelana marah.

"Maaf, Pak, saya hanya belum terbiasa."

"Biasakan mulai sekarang! atau jika tidak terbiasa juga kamu bisa pergi. Pintu keluarnya masih di sana." Telunjuk Kelana membuat Hana ketar-ketir.

"Maaf, Pak, saya akan mulai membiasakan diri."

Kelana cuma berdengkus. Lelaki berusia tiga puluh dua tahun itu membolak-balik kertas yang ada di depannya, lantas manggut-manggut.

"Apa kamu yang bernama Hana Prameswari? Usiamu dua puluh sembilan tahun dan berstatus janda."

Glug! Hana telan ludahnya yang terasa kelat.

Baru kali ini dia mendapat pertanyaan seperti itu. Pertanyaan biasa tapi mengintimidasi.

Namun, karena harus profesional dia pun mengangguk mengiakan. Ya, walaupun agak terhina dengan nada yang Kelana ucapkan barusan.

"Apa salahnya jadi janda? Janda itu lebih terhormat daripada perawan rasa janda. Apalagi perawan yang memilih jadi pelakor."

Mendadak Hana geram sendiri. Dia mengepalkan tangan ketika teringat dengan sosok Bunga. Kelana yang melihat itu jadi keheranan dan menggetok meja dengan empat buku jarinya.

"Kamu melamun?" Pertanyaan bernada tudingan itu membuat Hana tersentak. Cepat Hana menggelengkan kepalanya lagi.

"Baiklah, aku tidak peduli dengan statusmu. Jika mereka sudah menerimamu itu artinya kamu layak jadi sekretarisku. Tapi ingat, masa percobaanmu hanya satu bulan. Jika kinerjamu tidak bagus bersiaplah minggat."

Kembali Hana menelan ludah. Dia bagai didorong ke ujung tebing. Berhadapan dengan Kelana dia seperti masuk ke rumah hantu. Horor.

"Baik, Pak. Saya paham dan juga hari ini ...." Hana membuka buku kecil hendak membacakan jadwal pertemuan kelana hari ini, tetapi Kelana menginterupsi dengan dehaman dan tatapan dingin.

"Cancel semua jadwal saya hari ini!"

Hana keheranan. Bukankah seorang CEO itu dituntut untuk sibuk? Tanggung jawab seorang CEO bukankah besar? Lalu ....

"Semuanya, Pak?"

"Iya semuanya. Hari ini aku lelah dan hanya ingin beristirahat. Jadi tugas kamu hari ini berjaga di depan pintu. Jangan biarkan siapa pun masuk ke sini, karena aku mau pura-pura sibuk bekerja, mengerti!" lanjut Kelana yang tak ingin bantahan.

Hana pun mengangguk paham, lantas memutar tumit pergi. Baru kali ini dia berhadapan dengan orang seperti pria itu.

Satu jam.

Dua jam.

Hampir jam makan siang tapi Kelana tak kunjung keluar. Sementara Hana, sudah meliuk-liuk menahan bosan. Embusan napas panjang entah sudah berapa ribu kali keluar dari mulutnya itu.

Namun, dari arah lorong tiba-tiba datang seorang wanita tua berpenampilan elegan. Terlihat juga tas tangan branded di pergelangannya. Melihat itu Hana sedikit terkesiap dan langsung berdiri menyambut.

"Apa kelana ada di dalam?" tanya wanita tua itu bernada angkuh. Wanita itu bernama Dinar-ibunya Kelana.

"Maaf, Bu. Pak kelana sedang tidak ingin diganggu," balas Hana sopan. Dia sama sekali tidak mengetahui kalau Dinar adalah ibu dari Kelana.

"Ya sudah!" Dinar hendak masuk, tapi ditahan oleh Hana. Sebagai sekretaris tentulah dia harus melakukan apa yang diperintahkan Kelana.

"Apa-apaan kamu!" sentak Dinar bernada geram, matanya yang keriput menatap nyalang Hana. Akan tetapi Hana tak mau kalah dan tetap menahan pergelangan tangan wanita itu yang masih saja mencoba mendorong pintu ruang kerja Kelana.

"Sekali lagi tanpa mengurangi rasa hormat pada Ibu, Pak Kelana tidak ingin diganggu dulu."

"Jadi kamu kira saya pengganggu!" sentak Dinar, nadanya menggeram kali ini.

"Maaf, Bu. Saya hanya disuruh dan Pak Kelana bilang dia ingin istirahat dan tidak ingin diganggu siapa pun."

Merasa harga dirinya terluka Dinar pun dengan beringas melayangkan tamparan tepat di pipi kiri Hana. Tak hanya itu, dia juga menuding muka Hana dengan telunjuk.

"Kamu, beraninya kamu melakukan ini kepadaku! Apa kamu tidak tahu kalau aku...."

Lisan Dinar tergantung karena pintu ruang Kelana terbuka. Kelana pun sedikit terkejut melihat memar di pipi Hana. Dia tahu kalau itu pastilah ulah sang mama. Hanya saja pria itu memilih diam.

"Kenapa mama ke sini?" tanya Kelana yang seketika juga membuat mata Hana terbelalak. Dia tak menyangka dan tidak tahu kalau wanita yang ada di hadapannya ini, wanita yang emosional ini adalah ibu sang atasan.

Akan tetapi, bukannya menjawab Dinar justru mendengkus dia menyipitkan mata kala melihat Hana yang menunduk.

"Pecat dia! Sekretaris tidak becus!" ujarnya, setelah itu langsung masuk ke ke ruangan sang putra.

"Maaf, Pak. Saya tidak tahu kalau beliau ibunya Bapak," tutur Hana yang masih menunduk. Pandangan matanya mulai terpecah dan air mata mulai berdesakan.

"Tidak apa-apa. Kamu pergilah ke klinik dan obati pipimu," balas Kelana datar, lantas menutup pintu.

Sekarang Hana tahu, kalau dua orang itu adalah satu keturunan. Keturunan berdarah dingin.

Hana pun pergi dari sana sembari menahan dongkol dan malu. Langkahnya gontai menuju klinik perusahaan. Setelah mendapat obat dan kompres, dia pun hendak kembali ke meja kerja tapi tidak sengaja berpapasan dengan Bagas.

"Hana kamu kenapa? Kenapa pipimu merah?" tegur Bagas kampret sok peduli.

Hana diam saja, sengaja dia mengabaikan sang mantan suami. Bagas yang tak senang menarik lengannya dan menuntun ke salah satu lorong yang jarang dilewati karyawan.

"Kita harus bicara," katanya lagi.

Hana tak punya pilihan, sembari mengompres pipi dia menatap Bagas yang masih saja terlihat tampan dan rupawan.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Hana ketus.

"Aku hanya ingin tahu kabarmu," balas Bagas. Hana mendengkus, tapi demi balas dendam dia pun mengulas senyum.

"Aku baik-baik saja."

"Ya, memang sepertinya kamu baik-baik saja. Kamu bisa merawat diri dan kamu jadi lebih cantik." Bagas tanpa sungkan menatap padanya. Hana tentulah menahan dongkol. Sekarang dia sadar kalau Bagas memang mata keranjang.

"Bagaimana dengan kalian? Apa kalian sudah memiliki anak?"

Bagas menggeleng, terdengar helaan napas putus asa dari hidungnya. "Dia tidak mau hamil, katanya takut badannya melar."

Hana diam, lamat dia menatap mantan suaminya yang brengsek itu.

"Oiya, apa kamu tidak ingin menjenguk ayahmu? Tidak lama lagi mereka akan merayakan anniversary pernikahan, selama ini kamu tinggal di mana?"

Terpopuler

Comments

Naraland

Naraland

kepeeett.. kayaknya ini yg buat sekertaris yg dulu2 pada gak betah 😅🤣🤣

2023-06-25

1

Naraland

Naraland

yaiyalah beda.. waktu sama lu hana sibuk ngeramut lu da rumah lu.. lu nya aja yg gak tau diri

2023-06-25

1

'Nchie

'Nchie

dasar mata keranjang lihat yg bening pindah haluan...

2023-01-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Rutinitas Hana
2 Bab 2 : Adik Tiri
3 Bab 3 : Perselingkuhan
4 Bab 4 : Celaka
5 Bab 5 : Berubah
6 Bab 6 : Mendapat Tamparan
7 Bab 7 : Atasan Jahil
8 Bab 8 : Six Sense
9 Bab 9 : Merusak Pesta
10 Bab 10 : Tawaran
11 Bab 11 : Tertimbun Lemak
12 Bab 12 : Drama
13 Bab 13 : Pesta Pernikahan
14 Bab 14 : Move On
15 Bab 15 : Berhutang Besar
16 Bab 16 : Membandingkan
17 Bab 17 : Sedot Lemak
18 Bab 18 : Sekretaris Plus Plus
19 Bab 19 : Keceplosan
20 Bab 20 : Wanita Bodoh
21 Bab 21 : Sejauh Mana
22 Bab 22 : Warga Negara Wakanda
23 Bab 23 : Istri Dua
24 Bab 24 : Kontrak
25 Bab 25 : Tidak Mau
26 Bab 26 : Dia Lucu
27 Bab 27 : Dilabrak Bunga
28 Bab 28 : Woi! Gendut
29 Bab 29 : Berharap Disiram
30 Bab 30 : Cuan
31 Bab 31 : Gede Rasa
32 Bab 32 : Honey
33 Bab 33 : Tidak Waras
34 Bab 34 : Ribet
35 Bab 35 : Offside
36 Bab 36 : Mengerikan
37 Bab 37 : BPH
38 Bab 38 : Size
39 Bab 39 : Gosong
40 Bab 40 : Setia Kawan
41 Bab 41 : Pingsan
42 Bab 42 : Baper
43 Bab 43 : Dua Enam
44 Bab 44 : Melamar
45 Bab 45 : Izin Selingkuh
46 Bab 46 : Alasan Bertahan
47 Bab 47 : Menikah
48 Bab 48 : Perjaka VS Janda
49 Bab 49 : Menegangkan
50 Bab 50 : Menyirami Istri
51 Bab 51 : Jangan Salahkan!
52 Bab 52 : Pilih
53 Bab 53 : Tinggal Satu Atap
54 Bab 54 : Membelaku
55 Bab 55 : Pengesahan
56 Bab 56 : Panas Dingin
57 Bab 57 : Kepergok
58 Bab 58 : Bekas
59 Bab 59 : Menginap Di Rumah Mertua
60 Bab 60 : Kepribadian
61 Bab 61 : Pasir Hisap
62 Bab 62 : Ramuan
63 Bab 63 : Tanyakan Ke Mamamu
64 Bab 64 : Hana Buka Praktik
65 Bab 65 : Tangan Sakit, Pipi Linu
66 Bab 66 : Sekretaris Untuk Suamiku
67 Bab 67 : Standar Operasional Prosedur
68 Bab 68 : Pangku-pangkuan
69 Bab 69 : Sepolos itu?
70 Bab 70 : Master VS Grade Dua
71 Bab 71 : Turun Naik
72 Bab 72 : Pagi yang Panas
73 Bab 73 : Tembakan Nenek Gayung
74 Bab 74 : Ajari Aku!
75 Bab 75 : Overdosis
76 Bab 76 : Belajar Hal Seperti Ini
77 Bab 77 : Bisnis
78 Bab 78 : Rem Blong
79 Bab 79 : Blunder
80 Bab 80 : Rencana
81 Bab 81 : Pikiran Licik Ibu Pelakor
82 Bab 82 : DP
83 Bab 83 : Nakal
84 Bab 84 : Merdu
85 Bab 85 : Warisan
86 Bab 86 : Keuangan
87 Bab 87 : Ke Rumah Papa
88 Bab 88 : Panas Hati
89 Bab 89 : Goyangan
90 Bab 90 : Sifat Jelek
91 Bab 91 : Lesehan
92 Bab 92 : Sarapan
93 Bab 93 : Iri?
94 Bab 94 : Anak
95 Bab 95 : Periksa
96 Bab 96 : Kamera
97 Bab 97 : Cari Mati
98 Bab 98 : Mengusap
99 Bab 99 : Tak Bisa Tidur
100 Bab 100 : Hukuman
101 Bab 101 : Tumben
102 Bab 102 : Berbohong
103 Bab 103 : Meninggalkan
104 Bab 104 : Lahar
105 Bab 105 : Infeksi
106 Bab 106 : Pelakor Abadi
107 Bab 107 : Pertanyaan
108 Bab 108 : Gaya
109 Bab 109 : Cukup Secolek
110 Bab 110 : Mama Cemas
111 Bab 111 : Di QC
112 Bab 112 : Murka
113 Bab 113 : Ajakan Liburan
114 Bab 114 : Arisan
115 Bab 115 : Pemeriksaan Fisik
116 Bab 116 : Selimut Hidup
117 Bab 117 : Makan Ati
118 Bab 118 : Maaf
119 Bab 119 : Membayangkan
120 Bab 120 : Perang Air
121 Bab 121 : Mama Datang
122 Bab 122 : Ekuador
123 Bab 123 : Yang Penting Memuaskan
124 Bab 124 : Lolos
125 Bab 125 : Harap Sabar
126 Bab 126 : Terlambat
127 Bab 127 : Jawaban Bunga
128 Bab 128 : Jadi-jadian
129 Bab 129 : Salep 69
130 Bab 130 : Mau Coba Merayu?
131 Bab 131 : Mujur
132 Bab 132 : Udon
133 Bab 133 : Bisa Langsung Dipecat
134 Bab 134 : Bawahan
135 Bab 135 : Acara Diadakan di
136 Bab 136 : Habis Udon Terbit Ngadon
137 Bab 137 : Bau Kemenangan
138 Bab 138 : Makian
139 Bab 139 : Basa-Basi
140 Bab 140 : Alasan Sendiri
141 Bab 141 : Biaya Perawatan
142 Bab 142 : Gengsinya Gede
143 Bab 143 : Dia Sudah Mati
144 Bab 144 : Kaum Lemah
145 Bab 145 : Penyet
146 Bab 146 : Itu Efek Obat
147 Bab 147 : Membahas Acara
148 Bab 148 : Perjalanan Menuju Jogja
149 Bab 149 : Hotel
150 Bab 150 : Nuansa Alam
151 Bab 151 : Pesan Dari Amanda
152 Bab 152 : Buru-buru
153 Bab 153 : Ceritakan!
154 Bab 154 : Kertas Perjanjian
155 Bab 155 : Bandung Bondowoso
156 Bab 156 : Siapa Aku?
157 Bab 157 : Memang Fakta
158 Bab 158 : Terlambat Datang
159 Bab 159 : Meracuni?
160 Bab 160 : Meledak
161 Bab 161 : Kenyataan Ini
162 Bab 162 : Merah Muda
163 Bab 163 : Sudah Bangun
164 Bab 164 : Apa Mau Visum?
165 Bab 165 : Tekanan Darah
166 Bab 166 : Rekaman
167 Bab 167 : Alasan Perceraian
168 Bab 168 : Yakin Mau Cerai?
169 Bab 169 : Menemui Pengacara
170 Bab 170 : Curhat Ke Mertua
171 Bab 171 : Tamu Tak Di Undang
172 Bab 172 : Kalah Taruhan
173 Bab 173 : Sembarangan
174 Bab 174 : Mengecek Sendiri
175 Bab 175 : Siapa Yang Memberi ?
176 Bab 176 : Kasihan Mantunya
177 Bab 177 : Tak Level
178 Bab 178 : Transkrip
179 Bab 179 : Rudi Bingung
180 Bab 180 : Maafkan Mama!
181 Bab 181 : Mengakui Dengan Malu
182 Bab 182 : Genmu
183 Bab 183 : Pondasi
184 Bab 184 : Tak Harmonis
185 Bab 185 : Bertemu Mantan
186 Bab 186 : Jangan Biarkan!
187 Bab 187 : Bersama Suamiku
188 Bab 188 : Hikmah Diceraikan
189 Bab 189 : Mangga Mekar
190 Bab 190 : Pernah Melakukannya
191 Bab 191 : Patut Waspada
192 Bab 192 : Ketempelan
193 Bab 193 : Colek Dikit
194 Bab 194 : Surprise
195 Bab 195 : Apa Kamu Marah?
196 Bab 196 : Gelisah
197 Bab 197 : Bukan Seafood
198 Bab 198 : Mencari Tambak
199 Bab 199 : Menantu tercinta
200 Wajib Baca Ya Sayangkuh
201 Bab 200 : Soft Blue
202 Bab 201 : Pamer
203 Bab 202 : Nama Panggilan
204 Bab 203 : Di Atas Angin
205 Bab 204 : Curang
206 Bab 205 : Hadiah Ulang Tahun
207 Bab 206 : Rumah Baru
208 Bab 207 : Periksa Kandungan
209 Bab 208 : Lambe Lumer
210 Bab 209 : Ingin Menghajar
211 Bab 210 : Mendatangi Kantor
212 Bab 211 : Bukan Ingin Mengganggu
213 Bab 212 : Segala cara
214 Bab 213 : Milik Kalian
215 Bab 214 : Musang Berbulu
216 Bab 215 : Mengakui
217 Bab 216 : Kegilaan Mamamu
218 Bab 217 : Pemadam Kebakaran
219 Bab 218 : Kelanaku Garang
220 Bab 219 : Amit-Amit
221 Bab 220 : Terong Belanda
222 Bab 221 : Baby Bean
223 Bab 222 : Pelet
224 Bab 223 : Membuat Malu
225 Bab 224 : Pertunjukan
226 Bab 225 : Live
227 Bab 226 : Bagaimana Rasanya?
228 Bab 227 : Dia Memiliki Aku
229 Bab 228 : Menyelamatkanmu
230 Bab 229 : Pilihan Sulit
231 Bab 230 : Bisa Gila
232 Bab 231 : Jangan Main-main!
233 Bab 232 : Tidak Sebodoh Itu
234 Bab 233 : Bunuh Saja Dia
235 Bab 234 : Takut Celaka
236 Bab 235 : Mister
237 Bab 236 : Menyewa Preman
238 Bab 237 : Dikeroyok
239 Bab 238 : Disambangi Polisi
240 Bab 239 : Pasti Fitnah
241 Bab 240 : Perjuanganku
242 Bab 241 : Hanya Kata Maaf?
243 Bab 242 : Tebus Dosa
244 Bab 243 : Memberi Contoh
245 Bab 244 : Jaga Kandunganmu!
246 Bab 245 : Tidak Akan Lolos
247 Bab 246 : Selesaikan Untukku!
248 Bab 247 : Turnamen
249 Bab 248 : Tidak Akan Sudi
250 Bab 249 : Suhu
251 Bab 250 : Pindahan Rumah
252 Bab 251 : Diceraikan Karena Gendut - END
253 Extra Part 1 : Asetku
254 Extra Part 2 : Sangat Berlebihan
255 Extra Part 3 : Liburan
256 Extra Part 4 : Melihat Penyu
257 Extra Part 5 : Kasihan Betina
258 Extra Part 6 : De Javu
259 Extra Part 7 : Kedatangan Huru Hara
260 Extra Part 8 : Sedang Berkencan?
261 Extra Part 9 : Tendangan
262 Extra Part 10 : Disantet
263 Extra Part 11 : Covid
264 Extra Part 12 : Salah Kaprah
265 Extra Part 13 : Ada Mbah Dukun
266 Extra Part 14 : Malu Semalu-malunya
267 Extra Part 15 : Sekata-kata
268 Extra Part 16 : Hanya Bingung
269 Extra Part 17 : Menemui Tantri
270 Extra Part 18 : Pakmil
271 Extra Part 19 : Bollywood
272 Extra Part 20 : Kebanyakan Makan
273 Extra Part 21 : Tujuh Bulan
274 Extra Part 22 : Baperan
275 Extra Part 23 : Album Foto
276 Extra Part 24 : Belanja Kebutuhan
277 Extra Part 25 : Kelahiran Normal
278 Extra Part 26 : Kecemasan
279 Extra Part 27 : Ketinggalan
280 Extra Part 28 : Wanita Hebat
281 Extra Part 29 : Nanggala Lingga
282 Extra Part 30 : AKHIR BAHAGIA (Tamat)
283 BONUS BAB 1
284 BONUS BAB 2
285 BONUS BAB 3
286 BONUS BAB 4
Episodes

Updated 286 Episodes

1
Bab 1 : Rutinitas Hana
2
Bab 2 : Adik Tiri
3
Bab 3 : Perselingkuhan
4
Bab 4 : Celaka
5
Bab 5 : Berubah
6
Bab 6 : Mendapat Tamparan
7
Bab 7 : Atasan Jahil
8
Bab 8 : Six Sense
9
Bab 9 : Merusak Pesta
10
Bab 10 : Tawaran
11
Bab 11 : Tertimbun Lemak
12
Bab 12 : Drama
13
Bab 13 : Pesta Pernikahan
14
Bab 14 : Move On
15
Bab 15 : Berhutang Besar
16
Bab 16 : Membandingkan
17
Bab 17 : Sedot Lemak
18
Bab 18 : Sekretaris Plus Plus
19
Bab 19 : Keceplosan
20
Bab 20 : Wanita Bodoh
21
Bab 21 : Sejauh Mana
22
Bab 22 : Warga Negara Wakanda
23
Bab 23 : Istri Dua
24
Bab 24 : Kontrak
25
Bab 25 : Tidak Mau
26
Bab 26 : Dia Lucu
27
Bab 27 : Dilabrak Bunga
28
Bab 28 : Woi! Gendut
29
Bab 29 : Berharap Disiram
30
Bab 30 : Cuan
31
Bab 31 : Gede Rasa
32
Bab 32 : Honey
33
Bab 33 : Tidak Waras
34
Bab 34 : Ribet
35
Bab 35 : Offside
36
Bab 36 : Mengerikan
37
Bab 37 : BPH
38
Bab 38 : Size
39
Bab 39 : Gosong
40
Bab 40 : Setia Kawan
41
Bab 41 : Pingsan
42
Bab 42 : Baper
43
Bab 43 : Dua Enam
44
Bab 44 : Melamar
45
Bab 45 : Izin Selingkuh
46
Bab 46 : Alasan Bertahan
47
Bab 47 : Menikah
48
Bab 48 : Perjaka VS Janda
49
Bab 49 : Menegangkan
50
Bab 50 : Menyirami Istri
51
Bab 51 : Jangan Salahkan!
52
Bab 52 : Pilih
53
Bab 53 : Tinggal Satu Atap
54
Bab 54 : Membelaku
55
Bab 55 : Pengesahan
56
Bab 56 : Panas Dingin
57
Bab 57 : Kepergok
58
Bab 58 : Bekas
59
Bab 59 : Menginap Di Rumah Mertua
60
Bab 60 : Kepribadian
61
Bab 61 : Pasir Hisap
62
Bab 62 : Ramuan
63
Bab 63 : Tanyakan Ke Mamamu
64
Bab 64 : Hana Buka Praktik
65
Bab 65 : Tangan Sakit, Pipi Linu
66
Bab 66 : Sekretaris Untuk Suamiku
67
Bab 67 : Standar Operasional Prosedur
68
Bab 68 : Pangku-pangkuan
69
Bab 69 : Sepolos itu?
70
Bab 70 : Master VS Grade Dua
71
Bab 71 : Turun Naik
72
Bab 72 : Pagi yang Panas
73
Bab 73 : Tembakan Nenek Gayung
74
Bab 74 : Ajari Aku!
75
Bab 75 : Overdosis
76
Bab 76 : Belajar Hal Seperti Ini
77
Bab 77 : Bisnis
78
Bab 78 : Rem Blong
79
Bab 79 : Blunder
80
Bab 80 : Rencana
81
Bab 81 : Pikiran Licik Ibu Pelakor
82
Bab 82 : DP
83
Bab 83 : Nakal
84
Bab 84 : Merdu
85
Bab 85 : Warisan
86
Bab 86 : Keuangan
87
Bab 87 : Ke Rumah Papa
88
Bab 88 : Panas Hati
89
Bab 89 : Goyangan
90
Bab 90 : Sifat Jelek
91
Bab 91 : Lesehan
92
Bab 92 : Sarapan
93
Bab 93 : Iri?
94
Bab 94 : Anak
95
Bab 95 : Periksa
96
Bab 96 : Kamera
97
Bab 97 : Cari Mati
98
Bab 98 : Mengusap
99
Bab 99 : Tak Bisa Tidur
100
Bab 100 : Hukuman
101
Bab 101 : Tumben
102
Bab 102 : Berbohong
103
Bab 103 : Meninggalkan
104
Bab 104 : Lahar
105
Bab 105 : Infeksi
106
Bab 106 : Pelakor Abadi
107
Bab 107 : Pertanyaan
108
Bab 108 : Gaya
109
Bab 109 : Cukup Secolek
110
Bab 110 : Mama Cemas
111
Bab 111 : Di QC
112
Bab 112 : Murka
113
Bab 113 : Ajakan Liburan
114
Bab 114 : Arisan
115
Bab 115 : Pemeriksaan Fisik
116
Bab 116 : Selimut Hidup
117
Bab 117 : Makan Ati
118
Bab 118 : Maaf
119
Bab 119 : Membayangkan
120
Bab 120 : Perang Air
121
Bab 121 : Mama Datang
122
Bab 122 : Ekuador
123
Bab 123 : Yang Penting Memuaskan
124
Bab 124 : Lolos
125
Bab 125 : Harap Sabar
126
Bab 126 : Terlambat
127
Bab 127 : Jawaban Bunga
128
Bab 128 : Jadi-jadian
129
Bab 129 : Salep 69
130
Bab 130 : Mau Coba Merayu?
131
Bab 131 : Mujur
132
Bab 132 : Udon
133
Bab 133 : Bisa Langsung Dipecat
134
Bab 134 : Bawahan
135
Bab 135 : Acara Diadakan di
136
Bab 136 : Habis Udon Terbit Ngadon
137
Bab 137 : Bau Kemenangan
138
Bab 138 : Makian
139
Bab 139 : Basa-Basi
140
Bab 140 : Alasan Sendiri
141
Bab 141 : Biaya Perawatan
142
Bab 142 : Gengsinya Gede
143
Bab 143 : Dia Sudah Mati
144
Bab 144 : Kaum Lemah
145
Bab 145 : Penyet
146
Bab 146 : Itu Efek Obat
147
Bab 147 : Membahas Acara
148
Bab 148 : Perjalanan Menuju Jogja
149
Bab 149 : Hotel
150
Bab 150 : Nuansa Alam
151
Bab 151 : Pesan Dari Amanda
152
Bab 152 : Buru-buru
153
Bab 153 : Ceritakan!
154
Bab 154 : Kertas Perjanjian
155
Bab 155 : Bandung Bondowoso
156
Bab 156 : Siapa Aku?
157
Bab 157 : Memang Fakta
158
Bab 158 : Terlambat Datang
159
Bab 159 : Meracuni?
160
Bab 160 : Meledak
161
Bab 161 : Kenyataan Ini
162
Bab 162 : Merah Muda
163
Bab 163 : Sudah Bangun
164
Bab 164 : Apa Mau Visum?
165
Bab 165 : Tekanan Darah
166
Bab 166 : Rekaman
167
Bab 167 : Alasan Perceraian
168
Bab 168 : Yakin Mau Cerai?
169
Bab 169 : Menemui Pengacara
170
Bab 170 : Curhat Ke Mertua
171
Bab 171 : Tamu Tak Di Undang
172
Bab 172 : Kalah Taruhan
173
Bab 173 : Sembarangan
174
Bab 174 : Mengecek Sendiri
175
Bab 175 : Siapa Yang Memberi ?
176
Bab 176 : Kasihan Mantunya
177
Bab 177 : Tak Level
178
Bab 178 : Transkrip
179
Bab 179 : Rudi Bingung
180
Bab 180 : Maafkan Mama!
181
Bab 181 : Mengakui Dengan Malu
182
Bab 182 : Genmu
183
Bab 183 : Pondasi
184
Bab 184 : Tak Harmonis
185
Bab 185 : Bertemu Mantan
186
Bab 186 : Jangan Biarkan!
187
Bab 187 : Bersama Suamiku
188
Bab 188 : Hikmah Diceraikan
189
Bab 189 : Mangga Mekar
190
Bab 190 : Pernah Melakukannya
191
Bab 191 : Patut Waspada
192
Bab 192 : Ketempelan
193
Bab 193 : Colek Dikit
194
Bab 194 : Surprise
195
Bab 195 : Apa Kamu Marah?
196
Bab 196 : Gelisah
197
Bab 197 : Bukan Seafood
198
Bab 198 : Mencari Tambak
199
Bab 199 : Menantu tercinta
200
Wajib Baca Ya Sayangkuh
201
Bab 200 : Soft Blue
202
Bab 201 : Pamer
203
Bab 202 : Nama Panggilan
204
Bab 203 : Di Atas Angin
205
Bab 204 : Curang
206
Bab 205 : Hadiah Ulang Tahun
207
Bab 206 : Rumah Baru
208
Bab 207 : Periksa Kandungan
209
Bab 208 : Lambe Lumer
210
Bab 209 : Ingin Menghajar
211
Bab 210 : Mendatangi Kantor
212
Bab 211 : Bukan Ingin Mengganggu
213
Bab 212 : Segala cara
214
Bab 213 : Milik Kalian
215
Bab 214 : Musang Berbulu
216
Bab 215 : Mengakui
217
Bab 216 : Kegilaan Mamamu
218
Bab 217 : Pemadam Kebakaran
219
Bab 218 : Kelanaku Garang
220
Bab 219 : Amit-Amit
221
Bab 220 : Terong Belanda
222
Bab 221 : Baby Bean
223
Bab 222 : Pelet
224
Bab 223 : Membuat Malu
225
Bab 224 : Pertunjukan
226
Bab 225 : Live
227
Bab 226 : Bagaimana Rasanya?
228
Bab 227 : Dia Memiliki Aku
229
Bab 228 : Menyelamatkanmu
230
Bab 229 : Pilihan Sulit
231
Bab 230 : Bisa Gila
232
Bab 231 : Jangan Main-main!
233
Bab 232 : Tidak Sebodoh Itu
234
Bab 233 : Bunuh Saja Dia
235
Bab 234 : Takut Celaka
236
Bab 235 : Mister
237
Bab 236 : Menyewa Preman
238
Bab 237 : Dikeroyok
239
Bab 238 : Disambangi Polisi
240
Bab 239 : Pasti Fitnah
241
Bab 240 : Perjuanganku
242
Bab 241 : Hanya Kata Maaf?
243
Bab 242 : Tebus Dosa
244
Bab 243 : Memberi Contoh
245
Bab 244 : Jaga Kandunganmu!
246
Bab 245 : Tidak Akan Lolos
247
Bab 246 : Selesaikan Untukku!
248
Bab 247 : Turnamen
249
Bab 248 : Tidak Akan Sudi
250
Bab 249 : Suhu
251
Bab 250 : Pindahan Rumah
252
Bab 251 : Diceraikan Karena Gendut - END
253
Extra Part 1 : Asetku
254
Extra Part 2 : Sangat Berlebihan
255
Extra Part 3 : Liburan
256
Extra Part 4 : Melihat Penyu
257
Extra Part 5 : Kasihan Betina
258
Extra Part 6 : De Javu
259
Extra Part 7 : Kedatangan Huru Hara
260
Extra Part 8 : Sedang Berkencan?
261
Extra Part 9 : Tendangan
262
Extra Part 10 : Disantet
263
Extra Part 11 : Covid
264
Extra Part 12 : Salah Kaprah
265
Extra Part 13 : Ada Mbah Dukun
266
Extra Part 14 : Malu Semalu-malunya
267
Extra Part 15 : Sekata-kata
268
Extra Part 16 : Hanya Bingung
269
Extra Part 17 : Menemui Tantri
270
Extra Part 18 : Pakmil
271
Extra Part 19 : Bollywood
272
Extra Part 20 : Kebanyakan Makan
273
Extra Part 21 : Tujuh Bulan
274
Extra Part 22 : Baperan
275
Extra Part 23 : Album Foto
276
Extra Part 24 : Belanja Kebutuhan
277
Extra Part 25 : Kelahiran Normal
278
Extra Part 26 : Kecemasan
279
Extra Part 27 : Ketinggalan
280
Extra Part 28 : Wanita Hebat
281
Extra Part 29 : Nanggala Lingga
282
Extra Part 30 : AKHIR BAHAGIA (Tamat)
283
BONUS BAB 1
284
BONUS BAB 2
285
BONUS BAB 3
286
BONUS BAB 4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!