Bab 4 : Celaka

Berniat mencari pembelaan. Namun, yang didapat Hana justru cibiran. Sang ibu tiri yang selama ini dia pikir baik ternyata juga sama seperti Bunga. Dari sini Hana menyadari, kalau Tantri selama ini hanyalah bersandiwara. Kebaikan, ketulusan serta tawa yang pernah terukir di antara mereka hanyalah kamuflase belaka.

"Tapi Bunga itu salah, Ma!" sentak Hana.

"Dan apa menurutmu kamu benar? Lihat penampilan kamu, Hana. Kamu itu sudah seperti tampungan air. Laki-laki mana yang betah bersama wanita seperti kamu?"

"Ma ...."

Tantri berdiri, bersedekap dia menatap Hana. "Jangan salahkan pelakor jika tampilan istri sah saja seperti pembantu."

Air mata Hana semakin tumpah. Sekarang dia menyadari, kalau yang menusuknya bertambah satu orang lagi.

Setelah mengatakan itu Tantri pun memutar tumit. Dia tinggalkan Hana yang terduduk di sofa ruang tamu. Hancur sudah harapannya untuk dibela.

Hana melangkah pelan menuju pintu. Kepalanya berat, hatinya perih, tenaganya perlahan lenyap dan tak mampu menopang berat badan. Wanita yang tengah rapuh itu akhirnya terhuyung di ambang pintu. Dia terisak makin hebat memikirkan bagaimana nasib rumah tangganya.

***

Sementara itu di rumah, Bagas sudah menunggu. Dia sudah mendengar dari Bunga kalau hubungan terlarang mereka sudah diketahui oleh Hana. Jadi, pria itu pikir tidak perlu lagi berpura-pura mencintai Hana karena sudah tidak ada rasa yang tersisa.

Setelah menunggu hampir satu jam akhirnya orang yang dinanti dengan hati bergemuruh tiba juga. Nyalang Bagas menatap Hana yang terhuyung limbung kala memasuki rumah. Dengan emosi meletup-letup dia memanggil Hana dan menariknya hingga terduduk kasar di sofa.

"Mas?"

Mata Hana yang memerah menatap lamat suaminya yang telah berselingkuh. Ada kemarahan yang tak bisa dia gambarkan di netra sang suami. Dan selama mengenal, baru kali ini Hana melihat sisi lain dari diri Bagas.

"Kamu kenapa?" tanyanya dengan nada bergetar. Dia benci Bagas karena berselingkuh, tapi tidak rela jika ditinggalkan karena cintanya begitu besar.

"Apa yang kamu lakukan ke Bunga?" tanya Bagas dengan nada bentakan.

Hana yang mendengar itu sontak melotot. Dia baru sadar kalau Bunga pasti sudah mengadu. Meski hatinya sakit, Hana pun berdiri, berpikir harus tetap menyadarkan suaminya. Dia yakin, Bungalah yang menyebabkan Bagas berubah. Dia pegang tangan dan mengabaikan tatapan Bagas yang seolah mampu menelannya bulat-bulat.

"Mas, aku akan memaafkan kamu. Asal kamu janji tidak akan mengulanginya. Aku juga tidak akan mengungkit ini. Tapi tolong, Mas. Akhiri hubungan itu. Aku istrimu. Kita ...."

Lisan Hana tergantung karena Bagas dengan beringas menepis tangannya. Wanita bertubuh gempal itu bahkan sampai terduduk kembali. Tenaganya benar-benar sudah terkuras habis.

"Aku ingin bercerai!"

Bak tersambar petir, Hana yang tadinya hendak berdiri kembali terduduk.

"Mas ...."

Bagas memutar tumit, dia ambil satu amplop dari dalam laci lalu melemparkannya ke Hana beserta pulpen. "Tandatangani itu! Aku tidak sudi memiliki istri gendut dan jelek yang tidak bisa merawat diri sepertimu!"

Hancur lebur. Kepingan hati Hana tak bersisa lagi tatkala menyadari semua sudah disiapkan oleh sang suami. Serpihan-serpihan kecil kenangan indah mereka berdua selama ini langsung sirna terbawa angin. Meski terseok, Hana tetap berusaha berdiri. Namun, Bagas dengan tak peduli menabraknya hingga kembali terduduk. Tangis Hana pun pecah di sana.

Sepeninggal Bagas, Hana yang masih meratapi nasib tiba-tiba dibuat tidak nyaman. Seperti ada sesuatu dalam perutnya yang berdesakan minta di keluarkan. Dengan langkah lebar dia pun berlari menuju kamar mandi. Di sana, tumpah ruah segalanya.

Hana menghapus air mata lalu menatap pantulan dirinya dari cermin. Setelahnya dia membuka laci yang tersedia di sana. Dengan tangan gemetar dia raih alat uji kehamilan yang selalu dia setok.

Air mata Hana kembali tumpah setelah melihat alat itu menunjukkan dua garis merah yang artinya sudah ada janin di dalam rahimnya.

"Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku menghadapi ini?" rintihnya yang semakin lama semakin terdengar pilu. Anak yang diharapkan setelah sekian lama akhirnya hadir, tapi sayang dalam keadaan rumah tangganya yang sedang kacau.

Hana berdiri, bergegas membasuh muka dan membenahi penampilan. "Aku tidak boleh lemah. Aku harus kuat. Ada anak dalam rahimku. Dia butuh Ayah. Aku yakin, anak ini adalah anugerah yang Tuhan berikan untuk aku memperbaiki pernikahan ini."

Dengan langkah panjang Hana keluar dari rumah. Dia abaikan rasa lapar dan tetap berkendara menuju rumah di mana Bunga tinggal. Dia tidak bisa pasrah ketika rumah tangga sedang berada di ambang kehancuran.

***

"Pergilah dari sini! Aku tekankan aku tidak akan meninggalkan Bagas!" sentak Bunga ketika melihat Hana berdiri di ambang pintu.

"Bunga, aku mohon. Lepaskan Bagas. Kamu masih cantik, kamu bisa dapatkan laki-laki mana saja. Tapi tidak Bagas. Dia suamiku. Terlebih lagi sekarang aku ... aku sedang mengandung anaknya," tutur hana. Lirih dan penuh kesedihan di suaranya itu.

Namun, Bunga yang sudah terlanjur terhina karena ditampar Hana pun bersedekap. "Berlututlah! Mungkin aku bisa mempertimbangkan permintaan kamu ini?"

Hana yang sudah putus asa pun berlutut. Air matanya merembes. "Tolong, putuskan hubunganmu dan suamiku."

Bunga yang memang tak berniat pergi dari hidup Bagas pun tersenyum penuh kemenangan.

"Maaf, aku tidak bisa. Jadi Hana, berhentilah melakukan hal sia-sia. Tandatangani saja surat cerai yang diberikan mas Bagas lalu pergilah dari hidup kami."

Setelah mengatakan itu, Bunga pun berbalik. Dia banting pintu dengan keras. Lantas, mengukir senyum jahat. "Aku, tidak akan biarkan kamu jadi penghalang, Hana. Tidak akan pernah."

***

Hana yang sedang hancur hatinya menghabiskan berjam-jam mengurung diri di kamar. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi dan tidak tahu harus bicara pada siapa.

Sang Papa sedang ada perjalan bisnis keluar kota dan akan kembali esok hari, sedangkan Bagas, terus saja mengabaikan panggilan telepon darinya.

Gelap, Hana merasa dunianya hancur dalam sekejap. Tidak menyangka Bagas begitu mudah memutuskan untuk menceraikan dirinya setelah mereka melewati semua. Biduk rumah tangga yang dia kira baik-baik saja hancur dalam sekejap.

Cinta yang dulu bertahta tinggi seakan tidak ada arti lagi di hati pria itu. Keterpurukan Hana juga semakin menjadi kala mengingat apa yang sudah dilakukan oleh adik dan ibu tirinya.

Saat sedang meratap seperti itu tiba-tiba terdengar ada suara berisik di luar. Bergegas Hana membenahi penampilan karena berpikir suaminya pulang. Dengan senyum terkembang dia berlari menghampiri arah suara yang berasal dari ruang tamu.

Nyatanya, bukan Bagas yang dilihat melainkan beberapa orang berpakaian serba hitam. Mereka memakai masker dan terlihat sedang mengacak-acak ruangan itu.

"S-siapa kalian?" tanya Hana terbata. Matanya bergerak liar mengamati tiga orang lelaki mencurigakan di sana. Ketakutan menyeruak ketika mendengar suara tawa dari orang-orang itu.

Keterkejutan Hana tak sampai di situ, tiba-tiba ada yang menghantam kepalanya. Hana limbung dan tumbang, kesadarannya mulai menipis, pandangannya juga mulai berkunang-kunang. Belum lagi, tendangan serta pukulan menerpa tubuhnya yang gempal.

Hana meraung, dia menjerit kesakitan dan minta dilepaskan. Dia memohon ampun, tapi mereka tidak peduli dan terus menghujani perut Hana dengan tendangan hingga akhirnya rintihan Hana hilang dari pendengaran mereka.

***

Samar-samar Hana mendengar suara orang berbicara. Mata yang berat dia buka perlahan dan silau lampu membuatnya kembali terpejam, setelah itu kembali melihat sekitar. Di ujung kakinya ada sosok laki-laki yang begitu dia cintai sedang menempelkan ponsel ke telinga.

"Sayang, tenanglah! Aku akan ke sana ketika dia sadar. Kamu jangan khawatir, aku tidak akan meninggalkan kamu. Aku mencintai kamu, Bunga. Jadi jangan cemburuan seperti itu."

Setelah itu terdengar kekehan kecil. Hati Hana kembali diiris. Perih, rasanya seperti di toreh ribuan belati. Suami yang dicinta memilih selingkuhan dibanding dirinya yang sudah banyak berkorban. Sakit hatinya melebihi sakit fisik.

"Hey, jangan merajuk. Aku tidak akan kembali padanya. Lagi pula dia juga sudah keguguran."

Kembali, Hana menitikkan air mata. Dia sentuh perutnya yang penuh lemak. Ketika mendengar suara isak dari belakang, Bagas pun membalik badan lalu memutus panggilan.

"Sudah sadar rupanya kamu," ketusnya lalu menuju nakas. "Aku semalam menemukanmu dan langsung membawamu ke sini. Aku tidak tahu kamu seceroboh ini sampai kita kerampokan, tapi syukurlah tidak ada benda yang hilang."

Hana merasa bagai diremas hatinya. Bagas sama sekali tidak peduli dengan keadaan dirinya.

"Aku mengandung anakmu, Mas." Bibir Hana bergetar mengatakannya.

"Tapi kamu sudah keguguran! Tapi bagus juga, lagi pula kita akan tetap bercerai."

Hana diam. Mata mereka bersitatap. Hana penuh air mata sedangkan Bagas penuh kebencian. Lelaki itu juga tanpa segan melemparkan amplop cokelat padanya.

"Tanda tangani itu!"

"Mas, aku mencintaimu."

"Tapi aku tidak lagi!

Hana menunduk. Pundaknya terguncang hebat.

"Tanda tangani saja itu. Aku beri kamu waktu tiga hari." Setelahnya Bagas tanpa peduli pergi dari sana.

Melihat punggung sang suami yang telah hilang ditelan pintu, Hana pun merebah di ranjang. Matanya yang merah dan berair menatap lampu. Bagas benar-benar sudah pergi, baik hati serta tubuhnya bukanlah miliknya lagi.

Tak berselang lama masuklah Arman. Lelaki tua itu berjalan mendekati ranjang Hana. Lantas, melihat keadaan anaknya yang sangat memprihatikan.

''Hana ...."

Hana duduk, dia peluk pinggang papanya dan menumpahkan semua rasa yang menyesakkan dada. Dari sekian banyak orang hanya papanya yang bisa dia harapkan.

Dengan derai air mata berlinang, Hana menceritakan semua yang dilaluinya kemarin. Menceritakan luka sama saja mengoreknya lagi. Namun, dia juga tak bisa diam saja.

"Jadi aku harus bagaimana, Pa? Apa yang harus aku lakukan," rintih Hana. Baju sang papa sudah basah karena air matanya.

Arman mengurai pelukan. Dari netra Hana dia sudah bisa menangkap bahwa benar-benar ada luka di sana, bahkan sangat dalam dan Arman mengerti itu.

Hanya saja hubungannya bersama Tantri baru dimulai. Dia mencintai Tantri dan tidak rela jika diceraikan juga. Lagi pun menurutnya Hana lebih baik bercerai saja dari Bagas. Bagas tidak menghargai jadi untuk apa dipertahankan.

Arman duduk, lantas menghapus air mata sang anak semata wayang. "Lebih baik kamu setujui itu."

"Pa...."

"Papa tidak bisa berbuat apa-apa, Sayang. Papa juga tidak bisa menghalangi Bunga dan Bagas. Mereka sudah dewasa dan pastilah punya banyak cara untuk melanjutkan hubungan mereka. Jadi saran Papa, lepaskan laki-laki brengsek seperti itu."

"Papa ...." Air mata Hana menganak lagi.

"Mendiang ibumu punya rumah peninggalan di luar kota ini. Saran Papa lupakan Bagas dan jalani hidupmu yang berharga. Mulailah dari sana. Jika Papa senggang, Papa akan menjengukmu. Lupakan dia, Sayang. Selingkuh itu penyakit yang susah disembuhkan. Jika dia bisa selingkuh, maka nanti pun juga bisa seperti itu. Air matamu terlalu berharga untuk menangisi dia."

Terpopuler

Comments

Elvi Nopricha

Elvi Nopricha

aku gk ngerti kenapa wanita karir seperti hana bisa berpenampilan zeperti babu begitu,lh walau di rmah bae kn bisa sambil perawatan ,kita istri harus mnjaga penampilan harus taat dn patuh ,bila sdh semua suami ttp selingkuh ber arti dia mmg sampah dan lepas kan,seperti kata arman air mata terlalu berharga buat dibuang tuk org yg tak bernilai

2023-03-11

1

나의 햇살

나의 햇살

dia pengen istrinya cantik tapi gk dikasih uang lebih untuk merawat tubuhnya

2023-02-01

3

나의 햇살

나의 햇살

sunat aja lagi kelaminnya itu biar gk bisa main sama perempuan lain lagi

2023-02-01

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Rutinitas Hana
2 Bab 2 : Adik Tiri
3 Bab 3 : Perselingkuhan
4 Bab 4 : Celaka
5 Bab 5 : Berubah
6 Bab 6 : Mendapat Tamparan
7 Bab 7 : Atasan Jahil
8 Bab 8 : Six Sense
9 Bab 9 : Merusak Pesta
10 Bab 10 : Tawaran
11 Bab 11 : Tertimbun Lemak
12 Bab 12 : Drama
13 Bab 13 : Pesta Pernikahan
14 Bab 14 : Move On
15 Bab 15 : Berhutang Besar
16 Bab 16 : Membandingkan
17 Bab 17 : Sedot Lemak
18 Bab 18 : Sekretaris Plus Plus
19 Bab 19 : Keceplosan
20 Bab 20 : Wanita Bodoh
21 Bab 21 : Sejauh Mana
22 Bab 22 : Warga Negara Wakanda
23 Bab 23 : Istri Dua
24 Bab 24 : Kontrak
25 Bab 25 : Tidak Mau
26 Bab 26 : Dia Lucu
27 Bab 27 : Dilabrak Bunga
28 Bab 28 : Woi! Gendut
29 Bab 29 : Berharap Disiram
30 Bab 30 : Cuan
31 Bab 31 : Gede Rasa
32 Bab 32 : Honey
33 Bab 33 : Tidak Waras
34 Bab 34 : Ribet
35 Bab 35 : Offside
36 Bab 36 : Mengerikan
37 Bab 37 : BPH
38 Bab 38 : Size
39 Bab 39 : Gosong
40 Bab 40 : Setia Kawan
41 Bab 41 : Pingsan
42 Bab 42 : Baper
43 Bab 43 : Dua Enam
44 Bab 44 : Melamar
45 Bab 45 : Izin Selingkuh
46 Bab 46 : Alasan Bertahan
47 Bab 47 : Menikah
48 Bab 48 : Perjaka VS Janda
49 Bab 49 : Menegangkan
50 Bab 50 : Menyirami Istri
51 Bab 51 : Jangan Salahkan!
52 Bab 52 : Pilih
53 Bab 53 : Tinggal Satu Atap
54 Bab 54 : Membelaku
55 Bab 55 : Pengesahan
56 Bab 56 : Panas Dingin
57 Bab 57 : Kepergok
58 Bab 58 : Bekas
59 Bab 59 : Menginap Di Rumah Mertua
60 Bab 60 : Kepribadian
61 Bab 61 : Pasir Hisap
62 Bab 62 : Ramuan
63 Bab 63 : Tanyakan Ke Mamamu
64 Bab 64 : Hana Buka Praktik
65 Bab 65 : Tangan Sakit, Pipi Linu
66 Bab 66 : Sekretaris Untuk Suamiku
67 Bab 67 : Standar Operasional Prosedur
68 Bab 68 : Pangku-pangkuan
69 Bab 69 : Sepolos itu?
70 Bab 70 : Master VS Grade Dua
71 Bab 71 : Turun Naik
72 Bab 72 : Pagi yang Panas
73 Bab 73 : Tembakan Nenek Gayung
74 Bab 74 : Ajari Aku!
75 Bab 75 : Overdosis
76 Bab 76 : Belajar Hal Seperti Ini
77 Bab 77 : Bisnis
78 Bab 78 : Rem Blong
79 Bab 79 : Blunder
80 Bab 80 : Rencana
81 Bab 81 : Pikiran Licik Ibu Pelakor
82 Bab 82 : DP
83 Bab 83 : Nakal
84 Bab 84 : Merdu
85 Bab 85 : Warisan
86 Bab 86 : Keuangan
87 Bab 87 : Ke Rumah Papa
88 Bab 88 : Panas Hati
89 Bab 89 : Goyangan
90 Bab 90 : Sifat Jelek
91 Bab 91 : Lesehan
92 Bab 92 : Sarapan
93 Bab 93 : Iri?
94 Bab 94 : Anak
95 Bab 95 : Periksa
96 Bab 96 : Kamera
97 Bab 97 : Cari Mati
98 Bab 98 : Mengusap
99 Bab 99 : Tak Bisa Tidur
100 Bab 100 : Hukuman
101 Bab 101 : Tumben
102 Bab 102 : Berbohong
103 Bab 103 : Meninggalkan
104 Bab 104 : Lahar
105 Bab 105 : Infeksi
106 Bab 106 : Pelakor Abadi
107 Bab 107 : Pertanyaan
108 Bab 108 : Gaya
109 Bab 109 : Cukup Secolek
110 Bab 110 : Mama Cemas
111 Bab 111 : Di QC
112 Bab 112 : Murka
113 Bab 113 : Ajakan Liburan
114 Bab 114 : Arisan
115 Bab 115 : Pemeriksaan Fisik
116 Bab 116 : Selimut Hidup
117 Bab 117 : Makan Ati
118 Bab 118 : Maaf
119 Bab 119 : Membayangkan
120 Bab 120 : Perang Air
121 Bab 121 : Mama Datang
122 Bab 122 : Ekuador
123 Bab 123 : Yang Penting Memuaskan
124 Bab 124 : Lolos
125 Bab 125 : Harap Sabar
126 Bab 126 : Terlambat
127 Bab 127 : Jawaban Bunga
128 Bab 128 : Jadi-jadian
129 Bab 129 : Salep 69
130 Bab 130 : Mau Coba Merayu?
131 Bab 131 : Mujur
132 Bab 132 : Udon
133 Bab 133 : Bisa Langsung Dipecat
134 Bab 134 : Bawahan
135 Bab 135 : Acara Diadakan di
136 Bab 136 : Habis Udon Terbit Ngadon
137 Bab 137 : Bau Kemenangan
138 Bab 138 : Makian
139 Bab 139 : Basa-Basi
140 Bab 140 : Alasan Sendiri
141 Bab 141 : Biaya Perawatan
142 Bab 142 : Gengsinya Gede
143 Bab 143 : Dia Sudah Mati
144 Bab 144 : Kaum Lemah
145 Bab 145 : Penyet
146 Bab 146 : Itu Efek Obat
147 Bab 147 : Membahas Acara
148 Bab 148 : Perjalanan Menuju Jogja
149 Bab 149 : Hotel
150 Bab 150 : Nuansa Alam
151 Bab 151 : Pesan Dari Amanda
152 Bab 152 : Buru-buru
153 Bab 153 : Ceritakan!
154 Bab 154 : Kertas Perjanjian
155 Bab 155 : Bandung Bondowoso
156 Bab 156 : Siapa Aku?
157 Bab 157 : Memang Fakta
158 Bab 158 : Terlambat Datang
159 Bab 159 : Meracuni?
160 Bab 160 : Meledak
161 Bab 161 : Kenyataan Ini
162 Bab 162 : Merah Muda
163 Bab 163 : Sudah Bangun
164 Bab 164 : Apa Mau Visum?
165 Bab 165 : Tekanan Darah
166 Bab 166 : Rekaman
167 Bab 167 : Alasan Perceraian
168 Bab 168 : Yakin Mau Cerai?
169 Bab 169 : Menemui Pengacara
170 Bab 170 : Curhat Ke Mertua
171 Bab 171 : Tamu Tak Di Undang
172 Bab 172 : Kalah Taruhan
173 Bab 173 : Sembarangan
174 Bab 174 : Mengecek Sendiri
175 Bab 175 : Siapa Yang Memberi ?
176 Bab 176 : Kasihan Mantunya
177 Bab 177 : Tak Level
178 Bab 178 : Transkrip
179 Bab 179 : Rudi Bingung
180 Bab 180 : Maafkan Mama!
181 Bab 181 : Mengakui Dengan Malu
182 Bab 182 : Genmu
183 Bab 183 : Pondasi
184 Bab 184 : Tak Harmonis
185 Bab 185 : Bertemu Mantan
186 Bab 186 : Jangan Biarkan!
187 Bab 187 : Bersama Suamiku
188 Bab 188 : Hikmah Diceraikan
189 Bab 189 : Mangga Mekar
190 Bab 190 : Pernah Melakukannya
191 Bab 191 : Patut Waspada
192 Bab 192 : Ketempelan
193 Bab 193 : Colek Dikit
194 Bab 194 : Surprise
195 Bab 195 : Apa Kamu Marah?
196 Bab 196 : Gelisah
197 Bab 197 : Bukan Seafood
198 Bab 198 : Mencari Tambak
199 Bab 199 : Menantu tercinta
200 Wajib Baca Ya Sayangkuh
201 Bab 200 : Soft Blue
202 Bab 201 : Pamer
203 Bab 202 : Nama Panggilan
204 Bab 203 : Di Atas Angin
205 Bab 204 : Curang
206 Bab 205 : Hadiah Ulang Tahun
207 Bab 206 : Rumah Baru
208 Bab 207 : Periksa Kandungan
209 Bab 208 : Lambe Lumer
210 Bab 209 : Ingin Menghajar
211 Bab 210 : Mendatangi Kantor
212 Bab 211 : Bukan Ingin Mengganggu
213 Bab 212 : Segala cara
214 Bab 213 : Milik Kalian
215 Bab 214 : Musang Berbulu
216 Bab 215 : Mengakui
217 Bab 216 : Kegilaan Mamamu
218 Bab 217 : Pemadam Kebakaran
219 Bab 218 : Kelanaku Garang
220 Bab 219 : Amit-Amit
221 Bab 220 : Terong Belanda
222 Bab 221 : Baby Bean
223 Bab 222 : Pelet
224 Bab 223 : Membuat Malu
225 Bab 224 : Pertunjukan
226 Bab 225 : Live
227 Bab 226 : Bagaimana Rasanya?
228 Bab 227 : Dia Memiliki Aku
229 Bab 228 : Menyelamatkanmu
230 Bab 229 : Pilihan Sulit
231 Bab 230 : Bisa Gila
232 Bab 231 : Jangan Main-main!
233 Bab 232 : Tidak Sebodoh Itu
234 Bab 233 : Bunuh Saja Dia
235 Bab 234 : Takut Celaka
236 Bab 235 : Mister
237 Bab 236 : Menyewa Preman
238 Bab 237 : Dikeroyok
239 Bab 238 : Disambangi Polisi
240 Bab 239 : Pasti Fitnah
241 Bab 240 : Perjuanganku
242 Bab 241 : Hanya Kata Maaf?
243 Bab 242 : Tebus Dosa
244 Bab 243 : Memberi Contoh
245 Bab 244 : Jaga Kandunganmu!
246 Bab 245 : Tidak Akan Lolos
247 Bab 246 : Selesaikan Untukku!
248 Bab 247 : Turnamen
249 Bab 248 : Tidak Akan Sudi
250 Bab 249 : Suhu
251 Bab 250 : Pindahan Rumah
252 Bab 251 : Diceraikan Karena Gendut - END
253 Extra Part 1 : Asetku
254 Extra Part 2 : Sangat Berlebihan
255 Extra Part 3 : Liburan
256 Extra Part 4 : Melihat Penyu
257 Extra Part 5 : Kasihan Betina
258 Extra Part 6 : De Javu
259 Extra Part 7 : Kedatangan Huru Hara
260 Extra Part 8 : Sedang Berkencan?
261 Extra Part 9 : Tendangan
262 Extra Part 10 : Disantet
263 Extra Part 11 : Covid
264 Extra Part 12 : Salah Kaprah
265 Extra Part 13 : Ada Mbah Dukun
266 Extra Part 14 : Malu Semalu-malunya
267 Extra Part 15 : Sekata-kata
268 Extra Part 16 : Hanya Bingung
269 Extra Part 17 : Menemui Tantri
270 Extra Part 18 : Pakmil
271 Extra Part 19 : Bollywood
272 Extra Part 20 : Kebanyakan Makan
273 Extra Part 21 : Tujuh Bulan
274 Extra Part 22 : Baperan
275 Extra Part 23 : Album Foto
276 Extra Part 24 : Belanja Kebutuhan
277 Extra Part 25 : Kelahiran Normal
278 Extra Part 26 : Kecemasan
279 Extra Part 27 : Ketinggalan
280 Extra Part 28 : Wanita Hebat
281 Extra Part 29 : Nanggala Lingga
282 Extra Part 30 : AKHIR BAHAGIA (Tamat)
283 BONUS BAB 1
284 BONUS BAB 2
285 BONUS BAB 3
286 BONUS BAB 4
Episodes

Updated 286 Episodes

1
Bab 1 : Rutinitas Hana
2
Bab 2 : Adik Tiri
3
Bab 3 : Perselingkuhan
4
Bab 4 : Celaka
5
Bab 5 : Berubah
6
Bab 6 : Mendapat Tamparan
7
Bab 7 : Atasan Jahil
8
Bab 8 : Six Sense
9
Bab 9 : Merusak Pesta
10
Bab 10 : Tawaran
11
Bab 11 : Tertimbun Lemak
12
Bab 12 : Drama
13
Bab 13 : Pesta Pernikahan
14
Bab 14 : Move On
15
Bab 15 : Berhutang Besar
16
Bab 16 : Membandingkan
17
Bab 17 : Sedot Lemak
18
Bab 18 : Sekretaris Plus Plus
19
Bab 19 : Keceplosan
20
Bab 20 : Wanita Bodoh
21
Bab 21 : Sejauh Mana
22
Bab 22 : Warga Negara Wakanda
23
Bab 23 : Istri Dua
24
Bab 24 : Kontrak
25
Bab 25 : Tidak Mau
26
Bab 26 : Dia Lucu
27
Bab 27 : Dilabrak Bunga
28
Bab 28 : Woi! Gendut
29
Bab 29 : Berharap Disiram
30
Bab 30 : Cuan
31
Bab 31 : Gede Rasa
32
Bab 32 : Honey
33
Bab 33 : Tidak Waras
34
Bab 34 : Ribet
35
Bab 35 : Offside
36
Bab 36 : Mengerikan
37
Bab 37 : BPH
38
Bab 38 : Size
39
Bab 39 : Gosong
40
Bab 40 : Setia Kawan
41
Bab 41 : Pingsan
42
Bab 42 : Baper
43
Bab 43 : Dua Enam
44
Bab 44 : Melamar
45
Bab 45 : Izin Selingkuh
46
Bab 46 : Alasan Bertahan
47
Bab 47 : Menikah
48
Bab 48 : Perjaka VS Janda
49
Bab 49 : Menegangkan
50
Bab 50 : Menyirami Istri
51
Bab 51 : Jangan Salahkan!
52
Bab 52 : Pilih
53
Bab 53 : Tinggal Satu Atap
54
Bab 54 : Membelaku
55
Bab 55 : Pengesahan
56
Bab 56 : Panas Dingin
57
Bab 57 : Kepergok
58
Bab 58 : Bekas
59
Bab 59 : Menginap Di Rumah Mertua
60
Bab 60 : Kepribadian
61
Bab 61 : Pasir Hisap
62
Bab 62 : Ramuan
63
Bab 63 : Tanyakan Ke Mamamu
64
Bab 64 : Hana Buka Praktik
65
Bab 65 : Tangan Sakit, Pipi Linu
66
Bab 66 : Sekretaris Untuk Suamiku
67
Bab 67 : Standar Operasional Prosedur
68
Bab 68 : Pangku-pangkuan
69
Bab 69 : Sepolos itu?
70
Bab 70 : Master VS Grade Dua
71
Bab 71 : Turun Naik
72
Bab 72 : Pagi yang Panas
73
Bab 73 : Tembakan Nenek Gayung
74
Bab 74 : Ajari Aku!
75
Bab 75 : Overdosis
76
Bab 76 : Belajar Hal Seperti Ini
77
Bab 77 : Bisnis
78
Bab 78 : Rem Blong
79
Bab 79 : Blunder
80
Bab 80 : Rencana
81
Bab 81 : Pikiran Licik Ibu Pelakor
82
Bab 82 : DP
83
Bab 83 : Nakal
84
Bab 84 : Merdu
85
Bab 85 : Warisan
86
Bab 86 : Keuangan
87
Bab 87 : Ke Rumah Papa
88
Bab 88 : Panas Hati
89
Bab 89 : Goyangan
90
Bab 90 : Sifat Jelek
91
Bab 91 : Lesehan
92
Bab 92 : Sarapan
93
Bab 93 : Iri?
94
Bab 94 : Anak
95
Bab 95 : Periksa
96
Bab 96 : Kamera
97
Bab 97 : Cari Mati
98
Bab 98 : Mengusap
99
Bab 99 : Tak Bisa Tidur
100
Bab 100 : Hukuman
101
Bab 101 : Tumben
102
Bab 102 : Berbohong
103
Bab 103 : Meninggalkan
104
Bab 104 : Lahar
105
Bab 105 : Infeksi
106
Bab 106 : Pelakor Abadi
107
Bab 107 : Pertanyaan
108
Bab 108 : Gaya
109
Bab 109 : Cukup Secolek
110
Bab 110 : Mama Cemas
111
Bab 111 : Di QC
112
Bab 112 : Murka
113
Bab 113 : Ajakan Liburan
114
Bab 114 : Arisan
115
Bab 115 : Pemeriksaan Fisik
116
Bab 116 : Selimut Hidup
117
Bab 117 : Makan Ati
118
Bab 118 : Maaf
119
Bab 119 : Membayangkan
120
Bab 120 : Perang Air
121
Bab 121 : Mama Datang
122
Bab 122 : Ekuador
123
Bab 123 : Yang Penting Memuaskan
124
Bab 124 : Lolos
125
Bab 125 : Harap Sabar
126
Bab 126 : Terlambat
127
Bab 127 : Jawaban Bunga
128
Bab 128 : Jadi-jadian
129
Bab 129 : Salep 69
130
Bab 130 : Mau Coba Merayu?
131
Bab 131 : Mujur
132
Bab 132 : Udon
133
Bab 133 : Bisa Langsung Dipecat
134
Bab 134 : Bawahan
135
Bab 135 : Acara Diadakan di
136
Bab 136 : Habis Udon Terbit Ngadon
137
Bab 137 : Bau Kemenangan
138
Bab 138 : Makian
139
Bab 139 : Basa-Basi
140
Bab 140 : Alasan Sendiri
141
Bab 141 : Biaya Perawatan
142
Bab 142 : Gengsinya Gede
143
Bab 143 : Dia Sudah Mati
144
Bab 144 : Kaum Lemah
145
Bab 145 : Penyet
146
Bab 146 : Itu Efek Obat
147
Bab 147 : Membahas Acara
148
Bab 148 : Perjalanan Menuju Jogja
149
Bab 149 : Hotel
150
Bab 150 : Nuansa Alam
151
Bab 151 : Pesan Dari Amanda
152
Bab 152 : Buru-buru
153
Bab 153 : Ceritakan!
154
Bab 154 : Kertas Perjanjian
155
Bab 155 : Bandung Bondowoso
156
Bab 156 : Siapa Aku?
157
Bab 157 : Memang Fakta
158
Bab 158 : Terlambat Datang
159
Bab 159 : Meracuni?
160
Bab 160 : Meledak
161
Bab 161 : Kenyataan Ini
162
Bab 162 : Merah Muda
163
Bab 163 : Sudah Bangun
164
Bab 164 : Apa Mau Visum?
165
Bab 165 : Tekanan Darah
166
Bab 166 : Rekaman
167
Bab 167 : Alasan Perceraian
168
Bab 168 : Yakin Mau Cerai?
169
Bab 169 : Menemui Pengacara
170
Bab 170 : Curhat Ke Mertua
171
Bab 171 : Tamu Tak Di Undang
172
Bab 172 : Kalah Taruhan
173
Bab 173 : Sembarangan
174
Bab 174 : Mengecek Sendiri
175
Bab 175 : Siapa Yang Memberi ?
176
Bab 176 : Kasihan Mantunya
177
Bab 177 : Tak Level
178
Bab 178 : Transkrip
179
Bab 179 : Rudi Bingung
180
Bab 180 : Maafkan Mama!
181
Bab 181 : Mengakui Dengan Malu
182
Bab 182 : Genmu
183
Bab 183 : Pondasi
184
Bab 184 : Tak Harmonis
185
Bab 185 : Bertemu Mantan
186
Bab 186 : Jangan Biarkan!
187
Bab 187 : Bersama Suamiku
188
Bab 188 : Hikmah Diceraikan
189
Bab 189 : Mangga Mekar
190
Bab 190 : Pernah Melakukannya
191
Bab 191 : Patut Waspada
192
Bab 192 : Ketempelan
193
Bab 193 : Colek Dikit
194
Bab 194 : Surprise
195
Bab 195 : Apa Kamu Marah?
196
Bab 196 : Gelisah
197
Bab 197 : Bukan Seafood
198
Bab 198 : Mencari Tambak
199
Bab 199 : Menantu tercinta
200
Wajib Baca Ya Sayangkuh
201
Bab 200 : Soft Blue
202
Bab 201 : Pamer
203
Bab 202 : Nama Panggilan
204
Bab 203 : Di Atas Angin
205
Bab 204 : Curang
206
Bab 205 : Hadiah Ulang Tahun
207
Bab 206 : Rumah Baru
208
Bab 207 : Periksa Kandungan
209
Bab 208 : Lambe Lumer
210
Bab 209 : Ingin Menghajar
211
Bab 210 : Mendatangi Kantor
212
Bab 211 : Bukan Ingin Mengganggu
213
Bab 212 : Segala cara
214
Bab 213 : Milik Kalian
215
Bab 214 : Musang Berbulu
216
Bab 215 : Mengakui
217
Bab 216 : Kegilaan Mamamu
218
Bab 217 : Pemadam Kebakaran
219
Bab 218 : Kelanaku Garang
220
Bab 219 : Amit-Amit
221
Bab 220 : Terong Belanda
222
Bab 221 : Baby Bean
223
Bab 222 : Pelet
224
Bab 223 : Membuat Malu
225
Bab 224 : Pertunjukan
226
Bab 225 : Live
227
Bab 226 : Bagaimana Rasanya?
228
Bab 227 : Dia Memiliki Aku
229
Bab 228 : Menyelamatkanmu
230
Bab 229 : Pilihan Sulit
231
Bab 230 : Bisa Gila
232
Bab 231 : Jangan Main-main!
233
Bab 232 : Tidak Sebodoh Itu
234
Bab 233 : Bunuh Saja Dia
235
Bab 234 : Takut Celaka
236
Bab 235 : Mister
237
Bab 236 : Menyewa Preman
238
Bab 237 : Dikeroyok
239
Bab 238 : Disambangi Polisi
240
Bab 239 : Pasti Fitnah
241
Bab 240 : Perjuanganku
242
Bab 241 : Hanya Kata Maaf?
243
Bab 242 : Tebus Dosa
244
Bab 243 : Memberi Contoh
245
Bab 244 : Jaga Kandunganmu!
246
Bab 245 : Tidak Akan Lolos
247
Bab 246 : Selesaikan Untukku!
248
Bab 247 : Turnamen
249
Bab 248 : Tidak Akan Sudi
250
Bab 249 : Suhu
251
Bab 250 : Pindahan Rumah
252
Bab 251 : Diceraikan Karena Gendut - END
253
Extra Part 1 : Asetku
254
Extra Part 2 : Sangat Berlebihan
255
Extra Part 3 : Liburan
256
Extra Part 4 : Melihat Penyu
257
Extra Part 5 : Kasihan Betina
258
Extra Part 6 : De Javu
259
Extra Part 7 : Kedatangan Huru Hara
260
Extra Part 8 : Sedang Berkencan?
261
Extra Part 9 : Tendangan
262
Extra Part 10 : Disantet
263
Extra Part 11 : Covid
264
Extra Part 12 : Salah Kaprah
265
Extra Part 13 : Ada Mbah Dukun
266
Extra Part 14 : Malu Semalu-malunya
267
Extra Part 15 : Sekata-kata
268
Extra Part 16 : Hanya Bingung
269
Extra Part 17 : Menemui Tantri
270
Extra Part 18 : Pakmil
271
Extra Part 19 : Bollywood
272
Extra Part 20 : Kebanyakan Makan
273
Extra Part 21 : Tujuh Bulan
274
Extra Part 22 : Baperan
275
Extra Part 23 : Album Foto
276
Extra Part 24 : Belanja Kebutuhan
277
Extra Part 25 : Kelahiran Normal
278
Extra Part 26 : Kecemasan
279
Extra Part 27 : Ketinggalan
280
Extra Part 28 : Wanita Hebat
281
Extra Part 29 : Nanggala Lingga
282
Extra Part 30 : AKHIR BAHAGIA (Tamat)
283
BONUS BAB 1
284
BONUS BAB 2
285
BONUS BAB 3
286
BONUS BAB 4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!